Generasi Nunduk, Tak saling Mengenal

Generasi nunduk, tak saling mengenal
Sonny Ogawa

Generasi Nunduk, Tak Saling Mengenal

Pada zaman modern seperti saat ini, kita sering melihat fenomena dimana ponsel pintar menjadi barang dengan prioritas utama yang wajib dibawa kemana-mana.

Generasi nunduk tak saling kenal
Ilustrasi by: blog.unes.ac.id

Saat pergi jalan-jalan, nongkrong, bertamasya, pergi ke sekolah, pergi kuliah, saat berada diangkutan umum, dan tempat lainnya, atau saat berada dirumah, gadget seakan sudah menjadi kebutuhan wajib yang harus dimiliki oleh setiap orang. Kebanyakan orang hanya menunduk seharian memainkan gadget mereka, bermain game, ber-sosial media, chating dan sebagainya.

Tapi sadarkah Anda, bahwa anda sudah jauh dari arti kata makhluk sosial itu sendiri, Anda melupakan dan seakan mengacuhkan orang-orang disekitar Anda dengan sibuk sendiri bermain gadget, Anda hanya menundukkan kepala dengan tangan memegang gadget dan mengabaikan apa yang terjadi?

Padahal, fungsi utama gadget khususnya ponsel, awalnya yang tadinya memiliki tujuan utama untuk mendekatkan yang jauh, namun pada era kini justru turut menjauhkan yang dekat.

"Saya memiliki banyak teman tapi saya merasa kesepian, saya berbicara kepada mereka setiap hari, namun tak ada satupun dari mereka yang benar-benar mengenal saya".

Coba pikirkan...! Sudah berapa banyak waktu yang terbuang sia-sia?

Memang tidak bisa dipungkiri, gadget bisa memudahkan penggunanya. Namun harus diingat, berinteraksi secara langsung secara tatap muka jauh lebih baik. Lewat interaksi langsung, kita tahu bagaimana bahasa tubuh atau emosi lawan bicara kita.

Saya sering berpergian ketempat keramaian yang penuh sesak dengan orang-orang. Tapi yang saya lihat hanyalah orang-orang yang sibuk dengan gadget-nya masing-masing. Terkadang saya juga merasa dilema terhadap keluarga yang setiap kali berkumpul dengan anak-anaknya dan mereka hanya sibuk dengan gadget mereka.

Bukankah waktu bersama keluarga adalah waktu yang sangat berharga? Karena tidak setiap waktu mereka bisa berkumpul lengkap bersama tapi kebersamaan itu dihancurkan oleh perangkat khayalan yang bernama teknologi.

Persahabatan dan rasa kebersamaan ketika kita beranjak dari perangkat khayalan ini, kita tersadar dan melihat dunia yang membingungkan, dunia dimana kita diperbudak oleh teknologi yang kita ciptakan dimana informasi dipenuhi dengan kepentingan pribadi, pencitraan, promosi diri, dimana kita memberikan bagian terbaik kita tanpa menggunakan perasaan.

Saat orang aktif dalam sosial media, seperti banyak berpendapat atau berkomentar tapi belum tentu mereka aktif dalam kehidupan sosial di dunia nyata. Kebanyakan orang terjebak oleh teknologi dan semakin menjauhkan diri dari kehidupan positif bersama orang lain disekitarnya.

"Saya pernah melihat dua orang yang duduk bersebelahan bisa tak saling berbincang di dunia nyata tetapi saling ngobrol dengan serunya di dunia maya. Aneh?"

Menurut saya, ada beberapa hal negatif yang bisa saya simpulkan dari generasi menunduk ini, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Generasi Anti Sosial

Sadarkah Anda, bahwa teknologi yang anda gunakan selama ini seperti ponsel pintar, laptop dan lain-lain telah merusak hubungan sosial antara anda dan orang lain dalam bermasyarakat?

Banyak orang yang lebih memilih berkutat dengan gadgetnya seharian daripada berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Kebanyakan orang akan lebih sering disibukan dengan membalas chat, update status, berkomentar, mencari sesuatu diinternet.

Banyak orang menjadi lebih tertutup pada lingkungan sekitarnya dan merasa dunia sudah ada dalam perangkat khayalan yang bernama teknologi. Semuanya seakan sudah menjadikan teknologi sebagai jendela untuk melihat dunia, sehingga mereka tidak merasa perlu lagi berpergian atau bertemu orang lain untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Sebenarnya mereka tidak sadar bahwa teknologi yang telah dijadikan sebagai bagian dari hidupnya adalah ilusi. Mereka menutup pintu mereka dari dunia nyata dan terlena oleh dunia maya.

Dulu saya sering melihat anak-anak ditaman, bermain ayunan, bersepeda, berlarian, dan bermain bola dengan time outnya bukan 90 menit tapi adzan maghrib. Tapi sekarang taman menjadi sepi dan sunyi, tak ada anak-anak yang bermain ayunan. Mereka kebanyakan sibuk menunduk bermain game di gadgetnya masing-masing.

Bahkan mushollah yang biasanya ramai dipenuhi dengan anak-anak yang sedang belajar mengaji, kini mulai ditinggalkan. Mereka lebih asyik bermain "anggry bird" ketimbang membuka "jus amma". Miris memang!

2. Merusak Moral

Saat kita sibuk dengan gadget. Kita lupa akan apa yang ada disekitar kita. Contohnya anak zaman sekarang, saat dipanggil oleh orang tuanya, dia pura-pura tidak mendengar, dia lebih memilih untuk terus bermain dengan gadgetnya daripada menanggapi panggilan orang tuanya.

Saat acara kumpul bersama keluarga, anak-anak sibuk sendiri dengan gadgetnya masing-masing. Contoh lain saat ber-sosial media. Sering kita mendengar terjadinya konflik antara pengguna sosial media yang satu dengan yang lainya. Mengumpat, berkata-kata kotor, mengunggah gambar yang tidak semestinya dan lain-lain.

Belum lagi masalah pornografi. Salah satu faktor perusak moral yang diakibatkan oleh perangkat yang kita sebut teknologi. Orang-orang dewasa bahkan anak-anak dapat dengan mudahnya mengakses situs-situs porno yang beredar di internet menggunakan gadget yang mereka miliki.

Kita merasa paling berbahagia ketika berbagi pengalaman. Akankah sama rasanya bila tidak ada orang lain?

Kita membanggakan diri dan mengharapkan pujian. Kita pura-pura tidak menyadari bahwa kita terasing secara sosial. Kita merangkai kata hingga terlihat hidup kita indah. Padahal kita tidak tahu apakah ada yang peduli kepada kita.

Kita dikelilingi oleh anak-anak yang sejak kecil sudah memiliki gadget, hidup mereka dipenuhi dengan media sosial, internet dan chat grup. Yang mereka tahu ialah mencari teman sebanyak-banyaknya, follower tanpa memperdulikan apakah mereka mengenalnya dan bahkan hanya untuk mengajak makan teman disebelahnya dia bukannya langsung berbicara, tapi menggunakan chat message.

Sendirian bukan masalah, itulah intinya. Bila kita membaca buku, melukis atau melakukan latihan tertentu kita menjadi produktif dan diakui. Bukan hanya menjadi pelengkap.

Jadi, ketika Anda berada ditempat umum dan merasa kesepian. Angkat tangan Anda dan jauhkan dari gadget. Anda tidak membutuhkanya kan? Bila perlu matikan sambungan data, saling berbicara dan belajar hidup bersama.

Saya tidak tahan melihat keheningan disebuah taman, saya tidak tahan mendengar kesunyian didalam angkutan umum yang penuh sesak, dimana tak seorangpun ingin berbicara karena takut dibilang aneh. Kita menjadi anti sosial, kita tidak lagi terpuaskan dengan hubungan antar manusia dan saling bertatap mata.

"Saat ini ponsel yang pintar dan manusia yang bodoh"

Ambil sisi positifnya

Di zaman modern seperti saat ini memang tidak bisa dipungkiri, kita tak dapat dipisahkan dengan apa yang kita sebut dengan teknologi, Komputer, ponsel pintar dan gadget lainnya. Tapi kita bisa mengambil sisi positifnya. Kita tidak harus setiap waktu diperbudak oleh gadget. Kita dapat meluangkan waktu untuk kegiatan sosial dan peduli terhadap lingkungan disekitar kita dan mulailah saling berinteraksi.

Coba renungkan apakah dunia yang seperti inikah yang kita impikan?

Generasi menunduk dengan gadgetnya, bukan orang-orang ramah yang memberikan senyuman dan peduli terhadap sekitarnya.

Hidup sangat terbatas. Sayang sekali kalau hanya diisi dengan asyik sendiri bersama gadget. Sebelum menyesal, mari kita kendalikan teknologi, bukan sebaliknya, kita yang dikendalikan teknologi. (M. Iqbal)

AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.