Si Tangan Sakti merupakan seri ke 15 dari rangkaian cerita silat mandarin serial Bu-kek Sian-su karya Asmaraman S Kho Ping Hoo. Kisah ini adalah lanjutan langsung dari Si Bangau Merah.
Kaisar Kian Liong adalah seorang di antara para kaisar Kerajaan Ceng atau Mancu yang paling terkenal. Dia bijaksana dan pandai, walau pun seperti sebagian besar para kaisar dan tokoh-tokoh besar dunia, dia mempunyai pula sebuah kelemahan, yaitu mata keranjang terhadap wanita.
Dalam pemerintahannya selama enam puluh tahun (1736-1796) kerajaannya mendapat banyak kemajuan sehingga namanya tercatat dengan tinta emas di dalam buku sejarah. Tentu saja tentang semua pengalamannya sebagai lelaki mata keranjang, sejak masih menjadi pangeran, sengaja tidak dicatat karena hal itu akan menjadi noda saja dalam sejarah raja-raja yang selalu diagungkan.
Pada waktu kaisar ini masih muda, masih menjadi seorang pangeran, dia dikenal pula sebagai seorang pangeran yang amat pandai bergaul, yang suka bergaul dengan rakyat jelata, bahkan mendekati tokoh-tokoh dunia persilatan sehingga namanya populer dan disuka, disebut Pangeran Bijaksana, Pangeran Mulia dan sebagainya.
Ketika dia masih menjadi pangeran, pada suatu hari dia melihat seorang wanita muda yang teramat cantik dan manis berkunjung ke istana bagian puteri, mengunjungi kakak perempuannya. Teringatlah dia bahwa wanita itu adalah Fu Heng, isteri dari Pangeran Kian Tong yang menjadi kakak tirinya karena berlainan ibu.
Kalau dia merupakan putera permaisuri dan Pangeran Mahkota, Pangeran Kian Tong hanyalah puteri selir. Pangeran Kian Tong baru beberapa bulan lalu menikah dan wanita cantik itulah isterinya, yang kini berkunjung kepada Puteri Can Kim, kakaknya yang memang menjadi sahabat baik isteri Pangeran Kian Tong itu.
Semenjak bertemu dengan kakak iparnya yang bernama Fu Heng itu, Pangeran Kian Liong menjadi tergila-gila. Walau pun dia dapat memperoleh gadis mana saja yang dia kehendaki, tetapi pada waktu itu hanya bayangan kakak iparnya yang nampak di depan mata, siang malam!
Tidur tak nyenyak, makan tak enak, begitulah keadaan pangeran putera mahkota itu. Hal ini segera diketahui oleh pembantunya yang setia, juga pelayannya, yaitu seorang thaikam (laki-laki kebiri) bernama Siauw Hok Cu...