Pendekar Remaja adalah seri ke empat atau terakhir dari Serial Pendekar Sakti (Bu Pun Su) karya Asmaraman S Kho Ping Hoo. Pendekar Remaja merupakan lanjutan dari kisah Pendekar Bodoh
Kota Shaning terletak di lembah Sungai Yang-ce yang mengalir melalui Propinsi An-hui. Kota ini cukup besar dan penduduknya padat terbukti dari bangunan-bangunan rumah yang berhimpit-himpitan. Berbeda dengan tempat-tempat di sekitar lembah Sungai Huai yang juga mengalir melalui Propinsi An-hui dan yang sering kali membanjiri kanan kirinya, lembah di sekitar Sungai Yang-ce amat subur dan makmur. Demikian pula keadaan kota Shaning.
Kemakmuran kota ini terpancar keluar dan dapat dilihat dari seri wajah para penduduknya. Di sepanjang Sungai Yang-ce nelayan-nelayan melakukan pekerjaan mereka sambil bernyanyi gembira, juga petani-petani mengerjakan sawah ladang dengan giat dan muka berseri-seri.
Yakin akan hasil tanah yang diolahnya, para penggembala menghalau hewan ternaknya dengan perasaan ayem dan hati senang sambil memperdengarkan suara suling bambunya di kala mereka duduk di bawah pohon memandang dan menjaga hewan-hewan yang sedang makan rumput yang hijau segar.
Juga di dalam kotanya sendiri jelas nampak kemakmuran dengan banyaknya pedagang-pedagang yang menjual kebutuhan penduduk dengan harga murah. Pembesar-pembesar setempat melakukan tugas mereka dengan sangat baik, jujur, dan adil, berbeda sekali dengan sebagian besar petugas yang mempergunakan kedudukan dan kekuasaan mereka untuk menghisap rakyat dan memenuhi kantung mereka sendiri.
Hal ini tidak terjadi karena kebetulan saja pejabat-pejabat di Shaning adalah orang-orang yang baik budi, akan tetapi terutama sekali karena pengaruh seorang pendekar besar yang bertempat tinggal di kota Shaning. Pendekar inilah yang membuat para pembesar merasa takut untuk bertindak tidak adil atau memeras rakyat. Bahkan dengan adanya pendekar ini, maka daerah di sekitar kota Shaning menjadi aman sekali. Tak ada seorang pun perampok yang berani mengganggu daerah ini.
Memang tidak mengherankan apa bila para petualang dari kalangan Hek-to (jalan hitam atau dunia penjahat) tidak berani melakukan kejahatan di daerah itu, karena pendekar ini bukan lain adalah Sie Cin Hai, yaitu pendekar berilmu tinggi yang telah membuat gempar seluruh dunia persilatan dan kelihaiannya telah diakui oleh para tokoh persilatan di empat penjuru.
Di samping pendekar ini yang di kalangan kang-ouw mendapat nama julukan Pendekar Bodoh, juga isterinya adalah seorang pendekar wanita yang tidak kurang-kurang lihainya, karena isterinya ini adalah bekas sumoi-nya (adik seperguruan) sendiri, yang selain lihai ilmu silatnya, juga amat cantik jelita.
Di samping sepasang suami isteri yang tinggi ilmu kepandaiannya itu, masih ada lagi seorang yang juga amat disegani, yakni ayah angkatnya Nyonya Sie yang bernama Yo Se Fu. Melihat warna kulitnya dan potongan mukanya, orang akan menduga bahwa Yo Se Fu ini bukanlah seorang Han. Memang betul, kakek tua yang disebut Yo Se Fu ini berasal dari Turki dan dahulu namanya adalah Yousuf, seorang bangsawan Turki yang selain berilmu tinggi juga amat baik budi.
Di dalam cerita Pendekar Bodoh, diceritakan bahwa Yousuf atau Yo Se Fu ini sudah diangkat sebagai ayah oleh Lin Lin atau Kwee Lin yang sekarang menjadi Nyonya Sie Cin Hai. Selain ilmu silatnya yang tinggi, juga Yo Se Fu memiliki ilmu hoat-sut (sihir) yang cukup tinggi...