Bara Di Atas Singgasana

Cerita silat Indonesia Serial Pelangi Di Langit Singasari episode Bara Di Atas Singgasana karya Singgih Hadi Mintarjda

Bara Di Atas Singgasana adalah seri ke-2 dari rangkaian cerita silat Indonesia Serial Pelangi Di Langit Singasari karya S.H. Mintardja. Bara Di Atas Singgasana merupakan lanjutan dari kisah Bunga Di Kaki Gunung Kawi.


Yang pernah terjadi di Tumapel sudah hampir dilupakan. Rakyat Tumapel sendiri sudah tidak pernah menyebut nama Akuwu Tunggul Ametung yang sudah tidak ada lagi. Mereka tidak pernah mempersoalkan perkawinan Ken Arok dengan Ken Dedes.

Semuanya seolah-olah sewajarnya dan seharusnya terjadi. Para pemimpin yang tujuh, para perwira dan manggala, tidak ada yang membicarakannya lagi. Seperti juga tidak ada lagi yang membicarakan kematian Kebo Ijo.

Apalagi setelah rakyat Tumapel melihat kemampuan Ken Arok memerintah. Tumapel tidak lagi Tumapel yang sudah puas dengan dirinya seperti pada saat Akuwu Tunggul Ametung memerintah. Tumapel kini seakan-akan selalu bergolak.

Tanah-tanah kering harus menjadi basah, dan anak-anak muda yang duduk termenung harus bangkit mesu diri, membentuk kekuatan yang setiap saat dapat digerakkan untuk tujuan apapun. Demikianlah Ken Arok menjadikan Tumapel semakin lama menjadi semakin kuat dan makmur. Hidup rakyatnya menjadi kian baik, penghasilan pun bertambah-tambah.

Ken Dedes yang menyerahkan kekuasaannya dengan diam-diam kepada Ken Arak sama sekali tidak menyesal. Ia melihat perkembangan Tumapel dengan dada tengadah. Bukan saja sebagai seorang permaisuri, tetapi sebagai seorang istri pun Ken Dedes menemukan yang tidak pernah didapatkannya sebelumnya.

Meskipun Ken Arok lebih sering keluar istana, tetapi Ken Arok tidak pernah melupakannya. Apalagi Ken Dedes mengerti, bahwa setiap kali Ken Arok meninggalkan istana, maka sesuatu telah dilakukannya untuk mengembangkan Tumapel.

Hanya sekali-sekali saja Ken Arok melupakan kesibukan itu. Ada sesuatu yang masih kadang-kadang dirindukannya. Berburu di hutan-hutan seperti yang dilakukan oleh Akuwu Tunggul Ametung. Tetapi Ken Arok telah digerakkan oleh kenangannya pada masa-masa mudanya.

Hutan-hutan rindang di sekitar padang Karautan sangat menarik perhatiannya. Apabila ia sedang berburu di hutan itu dibawanya Ken Dedes serta, dan ditinggalkannya itu di taman yang pernah dibuatnya dahulu, di dekat padukuhan baru bagi orang-orang Panawijen.

Hari-hari yang demikian terasa sangat menyenangkan. Juga bagi Ken Dedes. Hijaunya padukuhan yang baru itu memberi kesegaran kepadanya. Ia merasa bahwa ia telah memberikan arti dari hidupnya kepada kampung halamannya....


Cerita silat Indonesia Serial Pelangi Di Langit Singasari Karya S H Mintardja
BARA DI ATAS SINGGASANA
Bara Di Atas Singgasana Jilid 01
Bara Di Atas Singgasana Jilid 02
Bara Di Atas Singgasana Jilid 03
Bara Di Atas Singgasana Jilid 04
Bara Di Atas Singgasana Jilid 05
Bara Di Atas Singgasana Jilid 06
Bara Di Atas Singgasana Jilid 07
Bara Di Atas Singgasana Jilid 08
Bara Di Atas Singgasana Jilid 09
Bara Di Atas Singgasana Jilid 10
Bara Di Atas Singgasana Jilid 11
Bara Di Atas Singgasana Jilid 12
Bara Di Atas Singgasana Jilid 13
Bara Di Atas Singgasana Jilid 14
Bara Di Atas Singgasana Jilid 15
Bara Di Atas Singgasana Jilid 16
Bara Di Atas Singgasana Jilid 17
Bara Di Atas Singgasana Jilid 18
Bara Di Atas Singgasana Jilid 19
Bara Di Atas Singgasana Jilid 20
Bara Di Atas Singgasana Jilid 21
Bara Di Atas Singgasana Jilid 22
Bara Di Atas Singgasana Jilid 23
Bara Di Atas Singgasana Jilid 24
Bara Di Atas Singgasana Jilid 25
Bara Di Atas Singgasana Jilid 26
Bara Di Atas Singgasana Jilid 27
Bara Di Atas Singgasana Jilid 28
Bara Di Atas Singgasana Jilid 29
Selanjutnya seri ke 3
Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.