Golok Bulan Sabit Jilid 06

Cerita Silat Mandarin Golok Bulan Sabit Jilid 06 karya Khu Lung
Sonny Ogawa

Golok Bulan Sabit Jilid 06

Cerita silat Mandarin Karya Khu Lung
KETIKA tiba di depan batu hijau, mendadak goloknya diloloskan dari dalam sarungnya. Liu Yok siong sama sekali tidak melihat gerakannya ketika meloloskan golok itu, sebab tahu-tahu golok itu sudah diloloskan dari dalam sarungnya.

Cahaya golok berkelebat lewat membawa semacam gerakan busur yang sangat aneh, lalu membacok ke atas batu hijau itu. Bacokan itu hanya dilakukan olehnya dengan suatu gerakan yang amat sederhana dan bersahaja, tapi begitu golok tersebut membabat ke bawah, suatu peristiwa anehpun muncul.

Batu hijau yang tampaknya lebih keras dari pada baja itu ternyata telah terbacok menjadi dua bagian oleh babatan golok tersebut. Golok itu sudah dimaksudkan kembali ke dalam sarungnya. Ting Peng telah pergi amat jauh, tampaknya masih berjalan santai, tapi sekejap kemudian dia sudah pergi amat jauh. Di atas permukaan salju sama sekali tidak dijumpai bekas telapak kaki, seolah-olah tak pernah ada orang yang berkunjung ke sana.

Gadis itu segera membawa Liu Yok siong melompat turun dari atas dahan pohon, kemudian katanya:

"Coba kau periksa batu hijau tersebut!"

Setelah diraba dengan tangan, dia baru tahu kalau batu tersebut tampaknya jauh lebih keras daripada sebuah besi baja. Tapi sekarang, batu hijau yang lebih tinggi daripada manusia dan lebih besar daripada meja itu sudah terbelah menjadi dua bagian oleh sebuah bacokan Ting Peng yang dilancarkan seenak hatinya.

Malam semakin kelam, angin yang berhembus lewat terasa makin dingin, namun Liu Yok siong sedang mengucurkan keringat, seluruh tubuhnya telah basah oleh peluh dingin.

Terdengar gadis yang mengenakan gaun berwarna putih bersih bagai salju itu berkata: "Yang dipergunakan olehnya bukan ilmu sihir, melainkan ilmu goloknya...!"

Pelan-pelan Liu Yok siong mengangguk. "Dapat kulihat kalau dia memang mempergunakan goloknya"

"Dapatkan kau saksikan perubahan dari ayunan goloknya tadi?"

"Aku tak dapat melihatnya"

Gadis berbaju putih salju itu segera tersenyum. "Tentu saja kau tak dapat melihatnya, sebab ayunan golok itu memang dilakukannya tanpa perubahan"

Walaupun bacokan golok itu merupakan bacokan golok yang mengejutkan dan paling menakutkan yang pernah dilihat Liu Yok siong sepanjang hidupnya namun ayunan golok tersebut memang benar-benar tanpa perubahan...

Ayunan golok itu amat sederhana, amat lamban langsung dan gamblang, akan tetapi justru mendatangkan suatu kekuatan yang sangat besar dan mengerikan hati.

Seandainya Liu Yok siong tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri, dia pasti tak akan percaya kalau golok yang terbuat dari besi baja biasa itu ternyata memiliki daya kekuatan yang begitu menakutkan.

Terdengar gadis berbaju putih itu berkata lagi: "Walaupun ayunan goloknya itu tanpa perubahan apa-apa, namun justru mengandung semua inti sari dan semua perubahan yang ada dalam ilmu golok"

"Mengapa?"

"Sebab cara yang digunakan olehnya di dalam ayunan tadi, baik soal sistim tempat, bagian, waktu, kekuatan dan kecepatan semuanya telah diatur menurut suatu ilmu perkiraan yang sempurna, dan secara kebetulan sekali justru dapat membuat segenap tenaga yang dimilikinya bisa tersalurkan mencapai puncak yang di inginkan"

Keterangan semacam ini memang bukan suatu perkataan yang mengandung arti mendalam. Kecepatan, cara, waktu sesungguhnya memangnya dapat mempengaruhi perubahan kekuatan dari setiap benda.

Sesungguhnya itulah makna yang sebenarnya dari ilmu silat, oleh karena itulah. ilmu silat baru bisa menggunakan gerakan lamban mengalahkan kecepatan, menggunakan gerakan lemah menangkan gerakan kuat.

Bila kau dapat memanfaatkan kekuatan yang dapat terpancar oleh semacam benda hingga mencapai pada puncaknya, sekalipun kau gunakan sebatang ranting kering juga bisa menembusi tameng kuat.

Kembali gadis berbaju putih itu berkata: "Untuk bisa melatih bacokan golok yang sama sekali tanpa perubahan ini, seseorang harus memahami dahulu segenap perubahan yang berada dalam suatu ilmu golok, aku tahu Ting Peng telah melatihnya cukup lama"

Setelah tertawa, dia melanjutkan: "Tapi bacokan golok tersebut bukan dipersiapkan untuk menghadapi dirimu..."

"Aku tahu, untuk menghadapi diriku, hakekatnya dia tak perlu mempergunakan ilmu golok semacam ini"

"Dia melatih golok tersebut, tujuannya adalah ingin menghadapi Sam sauya dari keluarga Cia"

"Cia Siau hong dari perkampungan Sin kiam san seng?" Liu Yok siong menjerit kaget. "Ya, selain dia, masih ada siapa lagi?"

Setelah berhenti sejenak dia melanjutkan: "Karena ilmu pedangnya sudah mencakup seluruh perubahan yang ada didalam ilmu pedang, Ting Peng harus menggunakan sebuah jurus serangan yang sama sekali tiada perubahan itu untuk menghadapi dirinya"

Liu Yok siong segera tertawa getir, katanya: "Seandainya aku belum pernah menyaksikan ayunan goloknya tadi, aku pasti akan menganggap dia sudah gila"

Hanya orang gila baru berkeinginan untuk pergi mengalahkan Cia Siau hong. Tapi sekarang dia telah menyaksikan bacokan goloknya itu, entah bacokan itu dapat mengalahkan Cia Siau hong atau tidak, untuk memenggal batok kepalanya jelas bukan suatu masalah yang sulit.

"Pernahkah kau bayangkan bahwa dalam empat tahun yang begitu singkat, dia telah berhasil memiliki ilmu golok semacam ini?" tanya gadis berbaju putih itu kemudian.

"Aku sama sekali tidak menyangka" Setelah menghela napas panjang, terusnya: "Hakekatnya mimpipun aku tak pernah menyangkanya..."

"Tentu saja kau tak akan menyangkanya sebab di dunia ini memang tak ada ilmu golok semacam ini"

"Kalau memang di dunia ini tak terdapat ilmu golok semacam itu bagaimana dia melatih diri?"

Gadis berbaju putih itu tidak menjawab, sebaliknya malah bertanya: "Dulu, apakah kau pernah membayangkan didalam waktu hanya beberapa bulan saja dia dapat membangun sebuah perkampungan yang begitu anggun, mewah dan megah?"

"Akupun tak pernah menduganya"

"Tapi sekarang perkampungan ini telah selesai dibangun" Setelah berhenti sejenak pelan-pelan sambungnya: "Semua perbuatan yang sebenarnya tak mungkin bisa dikerjakan oleh tenaga manusia ia dapat melakukan semua, bila dia ingin menggunakan semacam kekuatan untuk menghadapimu, kau bersiap untuk berbuat bagaimana?"

"Tampaknya aku... aku tinggal menunggu datangnya kematian" jawab Liu Yok siong kemudian.

"Kau ingin mati?"

"Tidak, aku tidak ingin mati"

Gadis berbaju putih itu segera menghela napas panjang, katanya: "Sayang sekali, tampaknya kau sudah pasti akan mati!"

"Kenapa dia belum juga turun tangan?"

"Sebab dia hendak menunggu sampai tanggal lima belas bulan depan"

"Mengapa dia harus menunggu sampai hari itu?"

"Pada hari itu dia hendak melangsungkan suatu perjamuan besar di sana, dia hendak membongkar kedok dan tipu muslihat di hadapan para enghiong hohan yang ada dikolong langit, bukan saja dia hendak membuat kau mati, nama baikmu juga akan dirusak"

"Tipu muslihatku? Tipu muslihat apa?"

"Kau tentunya tahu sendiri tipu muslihat apakah yang kumaksudkan itu, maka. kaupun tak usah mengelabuhi diriku"

Setelah berhenti sejenak, lanjutnya dengan dingin: "Mungkin kali masih menganggap dia tak dapat mengeluarkan bukti untuk membongkar siasatmu itu, maka orang lain tak akan percaya dengan perkataannya. Namun sekarang, setiap ucapan merupakan fakta, merupakan bukti, karena dia lebih kaya daripada dirimu, lebih berkuasa. Kalau dia mengatakan dengan jurus Thian gwa liu-seng (bintang lewat dari luar langit) merupakan ciptaannya, siapa yang tak akan percaya dan siapa yang berani tidak percaya?"

Mendengar disebutkannya kata "Thian gwa liu seng" tersebut, paras muka Liu Yok siong berubah makin hebat, katanya tanpa terasa: "Darimana kau bisa tahu tentang persoalan ini?"

"Sudah kukatakan asal ada persoalan yang ingin kuketahui, aku pasti dapat mengetahuinya"

"Sebenarnya siapa kau?"

"Aku adalah bintang penolongmu, satu-satunya bintang penolongmu"

"Bintang penolong?"

"Walaupun sekarang kau sudah pasti akan mati, tapi aku masih dapat menolongmu." Setelah berhenti sebentar, lanjutnya dengan hambar: "Sekarang hanya aku pula yang dapat menolongmu, sebab kecuali aku, di dunia ini tak akan ada orang kedua yang sanggup menghadapi Cing cing!"

Cing cing. Untuk pertama kalinya Liu Yok siong mendengar nama ini tentu saja dia keheranan, sehingga tak tahan tanyanya: "Cing cing? Siapakah Cing cing?"

"Cing cing adalah isteri Ting Peng, Ting Peng dapat melakukan banyak pekerjaan yang sebetulnya tak mampu dilakukan dengan tenaga manusia, karena dia mempunyai Cing Cing"

Mendadak suaranya berubah menjadi sangat aneh, lanjutnya: "Yang sungguh menakutkan bukanlah Ting Peng, melainkan Cing cing, aku berani menjamin, selama hidup kau tak akan pernah membayangkan sampai dimanakah menakutkannya perempuan itu"

"Tapi selama ini belum pernah kudengar tentang seorang manusia semacam itu di dalam dunia persilatan"

"Tentu saja kau belum pernah mendengarnya, sebab dia sama sekali bukan manusia"

.... Halaman 13 - 14 hilang ...

Cerita dongeng tentang siluman rase yang sakti sudah banyak didengar, terutama sewaktu masih kecil dulu. Dia selalu beranggapan, cerita-cerita semacam ini hanya akan dipercaya oleh orang-orang desa.

Tapi sekarang, mau tak mau dia harus mempercayainya, sebab dengan mata kepala sendiri ia menyaksikan kejadian itu, bahkan jauh lebih tak masuk diakal daripada apa yang didengarnya dalam dongeng.

Perempuan cantik yang anggun dan berdiri disampingnya sekarang, apakah termasuk juga seorang siluman rase?

Tentu saja dia tak berani bertanya. Entah perempuan ini manusia? atau rase? Tampaknya dialah satu-satunya bintang penolong baginya. Kecuali dia, ia benar-benar tidak tahu, siapakah yang dapat menyelamatkan dirinya lagi?

Walaupun demikian, dia toh tak tahan untuk bertanya juga: "Kenapa kau datang untuk menolongku?"

Gadis cantik berbaju putih itu segera tertawa, sahutnya: "Soal ini memang merupakan suatu masalah yang sangat penting, kau memang seharusnya mengajukan pertanyaan ini kepadaku"

"Tentu saja kau tak akan menolongku, tanpa suatu sebab musabab bukan?"

"Tentu saja tidak" Setelah tertawa, lanjutnya: "Kalau aku mengatakan aku tertarik kepadamu maka baru datang menolongmu, tentu kaupun tak akan percaya, aku dapat melihat bahwa kau bukanlah seorang lelaki yang suka mengunggulkan diri"

Liu Yok siong turut tertawa, katanya: "Sewaktu masih muda dulu, aku pernah selalu mengunggulkan diri, untung saja waktu seperti itu kini sudah lewat"

"Di sana terdapat sebuah pohon, asal kau bersembunyi di belakang pohon dan menunggu aku di situ kau akan segera tahu mengapa aku datang menolongmu" Kemudian ia menambahkan: "Tapi kau harus ingat selalu, perduli kejadian apa saja yang kau lihat, jangan sekali-kali kau perdengarkan suara, lebih- lebih jangan bergerak. kalau tidak, bahkan akupun tak sanggup untuk menyelamatkan dirimu"

Maka Liu Yok siong pun bersembunyi di belakang pohon, tak sampai berapa lama, ia menyaksikan seseorang muncul dari kegelapan. Dia adalah seorang gadis yang ramping, mengenakan gaun hijau dan cantik seperti bidadari dalam lukisan.

* * *

LAN LAN DAN CING CING

CING CING. Yang datang sudah pasti adalah Cing cing. Ketika gadis berbaju putih itu melihat kemunculan gadis berbaju hijau tersebut, dari jauh dia sudah tertawa. Suara tertawanya amat nyaring dan merdu.

Dari kejauhan gadis berbaju putih itu telah menyongsong kedatangannya, malah dia berseru: "Cing cing, Cing cing, tahukah kau betapa kangennya aku kepadamu?"

Cing cing juga tertawa merdu, lalu menyahut: "Lan lan, Lan lan, tahukah kau akupun sangat kangen kepadamu?"

Sekarang Liu Yok siong baru tahu, rupanya tuan penolongnya itu bernama Lan lan. Mereka berdua, yang satu bernama Cing-cing, yang lain bernama Lan lan, kedua orang itu kelihatan mesrah sekali.

Cing cing adalah istrinya musuhnya, Cing cing sedang bermaksud untuk merenggut nyawanya Mengapa Lan lan hendak menolongnya? Jangan-jangan semuanya ini hanya merupakan perangkap yang telah mereka persiapkan?

Hampir saja Liu Yon siong tidak tahan dan ingin melarikan diri terbirit-birit dari situ. Dia tidak kabur, bukan karena dia penurut, melainkan karena dia tahu mustahil baginya untuk bisa meloloskan diri dari sana.

Perduli kepandaian yang dipergunakan Lan lan tadi adalah ilmu meringankan tubuh atau ilmu sihir, untuk membekuknya, dia dapat melakukan hal ini bagaikan burung elang yang menangkap anak ayam. Oleh karena itu dia sama sekali tak berani bergerak.

Cing cing dan Lan lan masih tertawa, suara tertawa mereka manis lagi mesra.

"Kau benar benar rindu kepadaku?" tanya Lan lan.

"Tentu saja aku amat rindu kepadamu, hakekatnya aku rindunya setengah mati.." sahut Cing cing.

"Akupun rindunya setengah mati kepadamu."

"Aku rindu kepadamu sampai ingin nyawamu!"

"Akupun rindu kepadamu sampai menginginkan nyawamu"

Setelah kedua orang Itu sama-sama mengungkapkan rasa rindunya, tentu masih banyak, banyak sekali perkataan yang hendak disampaikan. Kedua orang gadis itu segera saling bertumbukan seakan-akan memang ada persoalan yang belum diselesaikan. Siapa sangka ternyata ucapan mereka telah selesai, mendadak saja selesai.

Tiba tiba Cing cing membalikkan badan, kemudian berjalan masuk ke dalam kegelapan sedangkan Lan-lan mendadak roboh terkapar di tanah.

Liu Yok siong menjadi tertegun setelah menyaksikan kejadian itu. Kemunculan Cing cing sama sekali di luar dugaan, tapi kepergiannya juga sama sekali di luar dugaan. Akibatnya jauh lebih mencekam hati lagi.

Dia ingin maju ke depan, ingin menengok mengapa secara tiba-tiba Lan lan roboh ke tanah, namun dia sama sekali tak berkutik. Untung saja Lan-lan telah melompat lagi, seperti burung walet dia melayang ke sampingnya, kemudian sambil menarik lengannya dia berseru dengan cemas:

"Mari kita pergi, cepat tinggalkan tempat ini"

Ia pergi dengan gerakan amat cepat, jauh lebih cepat daripada sewaktu datang tadi. Lan-lan telah mengajaknya balik ke kebun belakang perkampungan Siang siong san-ceng, setelah itu baru menghembuskan napas panjang, bisiknya pelan:

"Sungguh berbahaya" Baru selesai mengucapkan perkataan itu, kembali tubuhnya roboh ke atas tanah.

Sekarang Liu Yok siong sudah agak mengerti, kemungkinan besar Lan-lan sudah kena disergap oleh Cing cing. Dia sendiri bukannya tak pernah melakukan perbuatan munafik seperti ini, apalagi menyembunyikan golok dibalik senyuman. Dia hanya berharap sekarang luka yang diderita Lan lan tidak terlampau berat. Sebab sekarang dia sudah mempercayainya penuh, hanya dia yang dapat menolong dia, hanya dialah satu satunya bintang penolong baginya.

Sekarang Lan lan sudah duduk di atas tanah, duduk bersila di atas permukaan salju dengan gaya seorang pendeta yang paling sempurna. Lewat berapa saat kemudian tiba-tiba dari atas kepalanya mengepul keluar hawa panas yang menggumpal, kemudian permukaan salju yang berada di bawahnya mulai mencair, air yang mencair bukan berwarna putih, melainkan hijau menyeramkan.

Salju itu mencair dengan amat cepatnya seperti selembar kertas yang kena tersulut api, dalam sekejap mata di tengahnya telah muncul sebuah lubang amat besar. Tiba-tiba saja di atas permukaan salju itu telah muncul sebuah lingkaran berwarna hijau menyeramkan, besarnya melebihi permukaan sebuah meja bulat.

Mendadak Lan lan menggulung ujung baju lengannya sehingga tampaklah sebuah lengan yang putih halus menggairahkan. Yang diperlihatkan sekarang adalah sebuah lengan kirinya. Sewaktu dia sedang bermesrahan dengan Cing cing tadi, agaknya lengan inilah yang dipakainya untuk menepuk pelan tubuh lawan.

Kemudian dia menggerakkan pula lengan kanannya, dengan dua jari tengah dan telunjuknya yang lembut dan halus dia menjepit sesuatu dari atas jalan darah Ci ti hiat di atas lengan kirinya, ternyata sebatang jarum perak sepanjang tiga inci yang telah tercabut keluar.

Liu Yok siong memperhatikan terus tangannya itu, namun tak sempat diikuti olehnya bagaimana cara gadis itu untuk mencabut keluar jarum perak itu. Tapi dia dapat melihat bahwasanya gadis itu sudah lolos dari mara bahaya, sebab dia sudah bangkit berdiri, lalu menghembuskan napas panjang.

"Sungguh berbahaya" keluhnya kemudian, seandainya akupun tidak mengadakan persiapan lebih dulu, mungkin hari ini aku sudah tewas di tangannya"

Liu Yok siong juga turut menghembuskan napas lega, katanya sambit tertawa getir: "Sekarang akupun baru mengerti, ketika dia mengatakan rindu kepadamu sehingga mengingini nyawamu, rupanya kaupun menginginkan nyawanya, ketika ia mengatakan rindu kepadamu sampai setengah mati, kaupun rindu kepadanya sampai setengah mati"

Lan lan tersenyum manis. "Kau memang pintar sekali!" pujinya.

"Tapi aku tidak habis mengerti, kalau memang sergapannya berhasil, kenapa dia malah pergi secara tiba-tiba?"

"Sebab ketika aku bilang rindu dia sampai mati, aku memang menginginkan agar dia mati sungguh-sungguh"

Suara tertawanya telah pulih kembali seperti sedia kala, lanjutnya lebih lanjut: "Oleh sebab itu, ketika dia menghadiahkan sebatang jarum kepadaku, akupun mengerjai tubuhnya, aku yakin penderitaan yang dialaminya pasti tak akan lebih ringan daripada apa yang ku derita, sekarang jika ia tidak cepat-cepat pergi, mungkin dialah yang akan mati duluan daripada diriku"

Liu Yok siong ikut tertawa lebar. Dia sendiripun pernah melakukan perbuatan semacam ini, akan tetapi jika dibandingkan dengan mereka, paling banter dia hanya bisa dihitung sebagai muridnya.

"Sekarang tentunya kaupun sudah memaklumi bukan, kenapa aku hendak menolongmu" ucap Lan lan.

"Karena Cing cing?"

"Tepat sekali!" Dengan gemas dan penuh rasa dendam, ia melanjutkan: "Sepanjang hidupku hanya mempunyai seorang musuh, musuhku itu tak lain adalah dia, ia hendak mencelakaimu maka akupun menolong dirimu, dia membantu Ting peng, aku pun membantu dirimu"

"Aku pasti akan membalaskan rasa mendongkolmu itu" dengan cepat Liu Yok siong berjanji.

"Oleh karena aku dapat melihat kalau kau melebihi Ting peng, maka kau baru kupilih, seperti juga Cing cing memilih Ting peng"

Mendengar perkataan itu, Liu Yok siong merasakan jantungnya sedang berdebar keras. Cing cing memilih Ting Peng, maka dia kawin dengan Ting Peng. Dan sekarang perempuan yang bernama Lan-lan ini memilihnya, mengapa dia memilih dirinya?

Terdengar Lan lan berkata lagi: "Aku bukan cuma dapat menolongmu, malah dapat pula kulakukan banyak pekerjaan yang mimpipun tak pernah kau duga"

Tiba-tiba dia menggenggam tangan Liu Yok siong dengan lembut dan halus, kemudian pelan-pelan berkata: "Bahkan akupun bersedia untuk kawin denganmu"

Detak jantung Liu Yok siong kedengaran menggema semakin keras, hampir saja ia tak sanggup mengendalikan diri.

Lan-lan kembali berkata: "Kalau bukan lantaran kau sudah beristri, aku pasti akan menikah denganmu" Setelah menghela napas panjang, ia melanjutkan: "Ting Peng tidak beristri, maka kau hanya dalam hal ini saja yang tak dapat menandinginya, kecuali...."

"Kecuali bagaimana?"

"Kecuali istrimu mati secara tiba-tiba" Dengan suara hambar dia melanjutkan: "Setiap orang pasti akan mati, mati lebih cepat, mati lebih lambat, sesungguhnya sama sekali tiada perbedaan yang terlalu besar"

Liu Yok siong tidak berbicara lagi, tentu saja dia dapat memahami apa yang dimaksudkan gadis itu.

Terdengar Lan lan berkata lebih jauh: "Kau bilang dia toh akan pergi dari sini, bagimu hidup atau mati dari istrimu itu sudah tiada perbedaannya lagi?"

"Kalau dia telah pergi, soal mati atau hidup memang sama sekali tidak perbedaan yang terlalu besar lagi bagiku"

"Tapi setelah pergi dia toh bisa balik lagi, bagaimanapun juga ia toh masih berstatus sebagai Liu Hujin, bila dia ingin kembali kemari, setiap saat dia dapat kembali ke sini"

"Seandainya dia sudah bukan Liu hujin lagi?" tanya Liu Yok siong kemudian sambil menatap wajah gadis itu.

"Tentu saja besar pula perbedaannya"

Pelan-pelan dia menurunkan tangannya, kemudian melanjutkan: "Aku hanya berharap kau bisa mengingatnya selalu, bila kau ingin memperoleh sesuatu hasil, maka kau harus membayar dulu dengan suatu pengorbanan yang berarti."

* * *

BULAN sebelas tanggal dua puluh sembilan.

Semalaman suntuk Liu Yok siong tak dapat tidur, dia teringat diri Ting Peng, teringat Cing cing, teringat siluman rase, teringat istrinya, teringat pula dengan sambaran golok Ting Peng yang dilakukan dengan kecepatan seperti sambaran kilat itu. Tentu saja soal Lan-lan yang paling banyak dia pikirkan dan dia bayangkan.

Kemisteriusan Lan-lan, kecantikan Lan-lan, daya iblis yang dimiliki Lan-lan, kehangatan dan kelembutan sikap dari Lan-lan sewaktu menggandengnya, serta lengan Lan-lan yang digulung hingga berada dalam keadaan telanjang itu...

Ia tak bisa menghilangkan ingatan tersebut dari dalam benaknya. Terbayang lengannya yang putih dan halus itu, mau tak mau diapun membayangkan pula bagian tubuh lainnya dari gadis tersebut. Terbayang bagian-bagian lain dari tubuhnya itu mendadak Liu Yok siong merasakan timbulnya suatu dorongan kekuatan yang amat besar seperti dorongan kekuatan seorang pemuda.

Seandainya Lan-Lan benar-benar akan kawin dengannya, setiap hari setiap detik dia ingin meniduri gadis itu sampai sepuas-puasnya. Bila ia dapat menikahi seorang istri semacam itu, masalah apakah yang akan merisaukan dirinya lagi?

Tentu saja diapun tak dapat tidak untuk memikirkan semua perkataan yang pernah diucapkan Lan-lan kepadanya itu, bila kau ingin mendapatkan sesuatu maka kau harus membayar dulu sejumlah pengorbanan yang sama nilainya dengan apa yang kau harapkan.

Oleh karena itu pagi-pagi sekali dia sudah bangun kemudian pergi mencari istrinya yang sudah lama tidur secara terpisah dengannya itu. Tapi tak tahan, ia berpikir juga bagaimana seandainya secara tiba-tiba istrinya itu berubah menjadi seekor anjing betina?

Dia tidak tega membayangkan lebih lanjut. Jalan pemikiran semacam ini, bagaimana-pun juga memang merupakan suatu hal yang amat tidak menyenangkan. Istrinya tidak berubah menjadi seekor anjing betina, tapi dia telah berubah menjadi seorang ibu. Tentu saja bukan ibu dari anak mereka. Mereka tidak dikaruniai seorang anakpun.

Kini dia seakan-akan telah berubah menjadi ibunya Song Tiong, sebab bagaikan seorang anak-anak, Song Tiong sedang tertidur didalam pelukannya yang mesrah.

Setelah menyaksikan Liu Yok siong muncul di sana tentu saja Song Tiorg yang paling terperanjat, bagaikan seekor anak kelinci yang kena dianak panah, serentak dia melompat bangun dari atas pembaringan, lalu dengan badan masih telanjang bulat melarikan diri terbirit birit dari situ. Tapi Liu Yok siong tetap tenang, seakan-akan tidak menyaksikan kejadian semacam itu.

Sesungguhnya mereka suami istri berdua sudah mengadakan perjanjian, sang suami tidak seharusnya masuk ke kamar sang istri dalam keadaan sepagi ini demikian pula sebaliknya.

Liu Yok siong seperti tak marah barang sedikitpun jua karena dia memang tak bisa marah. Liu Hujin pun tidak marah, bukan lantaran dia tak punya alasan untuk marah, melainkan karena dia benar-benar terlalu lelah.

Seseorang apabila menyaksikan istri sendiri menunjukkan sikap yang begitu "kecapaian" entah bagaimanakah perasaan hatinya ketika itu. Namun Liu Yok siong seolah-olah tidak merasakan apa-apa, sekalipun dalam hatinya merasakan sesuatu, hal itu juga tidak diperlihatkan diatas wajahnya.

Dengan ogah-ogahan Liu hujin menggeliatkan tubuhnya lalu menguap, katanya kemudian sambil tertawa paksa. "Pagi benar bangunmu hari ini?"

"Ehmm....!" Liu Yok siong mengangguk.

"Inginkah kau tidur sebentar di sini?"

Pertanyaan dari Liu hujin ini amat jitu. Namun jawaban dari Liu Yok siong jauh lebih jitu lagi. Tiba-tiba ia berkata: "Pergilah kau, tak usah menunggu sampai besok lagi, sekarang kau juga boleh pergi!"

Kebanyakan perempuan, bila mereka mendengar suaminya mengucapkan kata-kata semacam itu kepada mereka, sudah pasti mereka akan bertanya: Mengapa kau minta aku pergi saat ini juga? Apakah kau akan pergi bersamaku?

Kebanyakan perempuan, sudah pasti tak akan membungkam dalam seribu bahasa dalam keadaan seperti ini. Namun, Liu hujin memang jauh berbeda dengan kebanyakan perempuan lain. Dia tidak berkata apa-apa, sepatah kata pun tidak diucapkan.

Kembali Liu Yok siong berkata: "Terserah kau hendak kemana? terserah kau hendak berbuat apa? Dulu aku tak pernah mengurusi dirimu, di kemudian hari aku lebih-lebih tak akan mengurusi dirimu, mulai sekarang kau she Chin dan aku she Liu, kita sudah tiada ikatan atau hubungan apa-apa lagi, kaupun tak usah balik kemari lagi untuk selama-lamanya"

Ucapan tersebut diucapkan dengan tandas dan bersifat fatal. Bila perempuan-perempuan lain yang mendengar suaminya mengucapkan kata-kata yang tandas dan tajam seperti ini, sekalipun mereka tidak melompat-lompat sambil menangis tersedu-sedu, atau berteriak seperti orang gila, sudah pasti orang-orang itu akan kesedihan setengah mati.

Namun perempuan itu sama sekali tidak memberikan reaksi apa-apa, dia hanya memandang wajahnya dengan tenang, memandangnya sampai lama sekali. Bahkan sedikit perubahan mimik wajah pun tidak diperlihatkan olehnya. Tiada perasaan pula, kadangkala merupakan pertanda dari suatu sikap, suatu perasaan. Tatkala seseorang merasa teramat sedih sekali, atau teramat kecewa, kadang kala dia akan berubah menjadi begini rupa.

Pelan-pelan Liu Yok siong membalikkan badannya dan tidak memandang lagi ke arahnya. Sedikit banyak timbul juga perasaan sedih didalam hatinya, sebab bagaimanapun juga mereka adalah suami istri yang telah terjalin selama banyak tahun, tapi setiap kali teringat akan Lan-lan, rasa sedihnya segera lenyap, perasaan yang lembekpun berubah keras kembali.

Katanya Kemudian dengan suara dingin: "Dari tujuh buah peraturan, kau telah melanggar semuanya, aku tidak membunuhmu sudah merupakan suatu kemujuran bagimu, kau masih..."

Ia tidak menyelesaikan perkataan tersebut, tiba-tiba pinggang bagian belakangnya terasa menjadi lemas, empat buah jalan darah penting yang berada disekitar pinggangnya tahu-tahu menjadi tersumbat semua.

Ternyata serangan yang dipergunakan untuk menghadapinya itu adalah ilmu menotok jalan darah aliran Bu tong pay. Ketika istrinya merayakan ulang tahun ke tiga puluh tempo hari, dia telah mewariskan kepandaian tersebut kepadanya sebagai hadiah ulang tahunnya.

Waktu itu dia masih merasa amat bangga sekali, karena dia bilang yang diinginkan olehnya sebetulnya adalah seuntai rantai mutiara. Seuntai rantai mutiara tersebut bernilai lima laksa tahil lebih, sebab butiran mutiara yang terkecilpun besarnya seperti buah lengkeng. Lagi pula sudah diketahui oleh istrinya.

Sedangkan ilmu menotok jalan darah ini sama sekali tak berharga apa-apa, karena dia tak usah mengeluarkan uang barang sepeserpun. Terhadap istrinya ia memang tak pernah bersikap royal. Karena dia selalu beranggapan bila menginginkan istrinya selalu lemah lembut dan dan setia kepada suaminya, maka jangan sekali kali diberi uang yang terlalu banyak dalam genggamannya, kalau tidak, maka yang dia hamburkanpun akan lebih banyak pula.

Lelaki yang pintar tak akan melakukan perbuatan semacam ini, tak bisa disangkal lagi dia memang seorang yang pintar, pintar sekali. Itulah sebabnya, sekarang dia harus roboh terkapar di atas tanah.

Chin Ko cing menatap wajahnya, lalu di atas mimik wajahnya yang hambar tanpa perasaan tersungging sekulum senyuman yang manis dan menawan hati.

"Sekarang aku baru tahu, rupanya hadiah ulang tahun yang kau berikan kepadaku ini jauh lebih berharga daripada untaian rantai bermutiara tersebut. Sudah seharusnya kalau aku merasa berterima kasih sekali kepadamu"

Sambil tersenyum dia berjalan keluar. lalu menarik tangan Song Tiang untuk diajak masuk ke dalam. Song Tiong masih belum berani bertatapan muka dengannya.

Ko cing segera tertawa, katanya: "Sekarang dia sudah bukan merupakan suami lagi, mengapa kau musti merasa malu?"

"Dia sudah pensiun dirimu?" tanya Song Tiong.

"Bukan cuma di pensiun saja, bahkan dia telah mengusirku pergi dari sini..."

Setelah menghela napas panjang, lanjutnya: "Sudah belasan tahun aku kawin dengannya, tapi kenyataannya lebih buruk keadaanku daripada anjing yang dipelihara orang selama belasan tahun, kini dia telah mengusirku, maka akupun harus menggelinding pergi dari sini dengan tanpa membantah"

"Kalau memang begitu, mari kita pergi"

"Kau akan mengajakku pergi!"

"Sekalipun dia sudah tidak mau dirimu lagi, aku masih mau"

"Kau benar-benar masih bersedia untuk menerima aku si nenek tua ini...?"

"Sekalipun kau benar-benar berubah menjadi seorang nenek tua, akupun tak akan berubah hati terhadapmu"

Ko cing kembali tertawa, tertawanya tampak sangat manis dan menggiurkan hati, katanya lagi dengan lembut: "Kau sangat baik, ternyata aku memang tidak salah memilih kau, cuma sayang..."

"Sayang apa?"

"Sayang aku masih tak ingin benar-benar menjadi seorang nenek peot, oleh karena itu setiap hari aku masih membutuhkan bedak mutiara yang seharga dua puluh tahil perak tiap harinya untuk mencegah munculnya keriputan di atas wajahku, pakaian yang kukenakan juga harus kain tenun yang berasal dari negeri Thian tok atau Persia, agar orang lain melihat wajahku jauh lebih muda lagi, akupun butuh mandi air susu tiap harinya serta memerlukan beberapa orang dayang untuk melayani segala macam kebutuhan sehari-hariku"

Dengan lembut dibelainya tangan Song Tiong, kemudian katanya lebih lanjut: "Kau toh tahu juga, kau sudah terbiasa makan enak, berpakaian yang baik serta perempuan yang sudah terbiasa menghamburkan uang"

"Aku tahu"

"Bila aku musti kawin dengan dirimu sanggupkah kau untuk memelihara aku?"

Song Tiong menjadi tertegun, tertegun untuk beberapa saat lamanya, setelah itu baru serunya lantang: "Aku bisa menjadi seorang perampok untuk memenuhi kebutuhanmu itu."

"Kenapa kau harus menjadi seorang perampok? Apakah itulah keahlian yang paling kau andalkan?"

Setelah berhenti sejenak, sambungnya dengan suara hambar: "Membunuh orang baru merupakan keahlianmu yang sebenarnya, asal kau dapat membunuh seseorang, maka kitapun akan hidup senang sepanjang masa"

"Siapa yang hendak kau bunuh?" tanya Song Tiong.

Ko cing cuma tertawa, ia tidak berkata apa-apa. Song Tiong bukan seorang yang bodoh, dia seharusnya mengerti siapa yang dimaksudkan perempuan itu. Walaupun dia tidak begitu suka membunuh orang, akan tetapi dia bukanlah manusia yang takut membunuh orang, entah siapapun yang hendak dibunuhnya hal itu sama saja baginya.

Sementara itu Chin Ko cing telah meloloskan sebilah pedang dari atas dinding ruangan dan serahkan senjata itu kepadanya kemudian ujarnya kembali:

"Asal kau mengayunkan tanganmu, maka aku akan berubah menjadi seorang janda yang patut dikasihani, perduli bagaimanakah bengis dan buasnya Ting peng, tak mungkin dia akan menghadapi seorang janda yang patut di kasihani seperti aku ini."

Setelah tersenyum lanjutnya: "Untung saja aku si janda yang patut di kasihani ini adalah seorang janda yang kaya raya, siapapun yang dapat mengawininya hidupnya sepanjang masa akan berbahagia dan tak perlu risau lagi"

Song Tiong bukan orang bodoh, sudah barang tentu dia memahami semua perbuatan itu, diapun bisa membayangkan semua yang barusan dikatakan oleh perempuan itu.. Maka diterimanya pedang tersebut dari tangan Ko ching, Kemudian bersiap sedia untuk melakukan pekerjaannya. Asal pedang tersebut diayunkan ke bawah, niscaya Liu Yok siong akan mati konyol.

* * *

SUATU KEJADIAN ANEH

LIU YOK SIONG tahu, dia sudah pasti akan mati. Bukan saja ia telah memandang remeh perempuan ini, lagi pula dia menilai diri sendiri terlalu tinggi, barang siapa berani melanggar kesalahan ini, dia pasti akan mati.

"Criing...!" sebilah pedang telah diloloskan dari dalam sarungnya. Pelan-pelan Song Tiong telah membalikkan badannya dan memandang ke arahnya dengan pandangan dingin.

"Kau tak bisa menyalahkan aku, hanya bisa menyalahkan dirimu sendiri...." demikian dia berkata.

Liu Yok siong harus mengakui akan hal itu, hatinya memang kurang kejam, cara kerjanya kurang tegas, dia seharusnya turun tangan lebih dulu untuk membinasakan dirinya. Cahaya pedang berkelebat lewat, tahu-tahu pedang itu sudah menusuk ke atas tenggorokannya.

She Song bernama Tiong, sebuah tusukannya selalu mematikan, bukan saja serangannya saja amat tepat, lagi pula ganas, sudah barang tentu serangannya tak mungkin meleset, terutama untuk membunuh seseorang yang sama sekali tak punya kekuatan lagi untuk melakukan perlawanan. Kecuali muncul suatu kejadian aneh, Liu Yok siong sudah pasti akan mampus. Siapa tahu kejadian aneh tersebut ternyata benar-benar telah berlangsung.

Mendadak, "Criit" desingan angin tajam berhembus menembusi angkasa kemudian "Triing..." percikan bunga api bertaburan kemana-mana, pedang yang berada ditangan Song Tiong telah patah menjadi dua bagian. Sebuah benda jatuh ketanah menyusul kutungan pedang itu dan menggelinding sampai jauh, ternyata benda itu adalah sebuah biji pohon siong.

Pedang itu milik Liu Yok siong, sebilah pedang yang khusus ditempa oleh seorang ahli, pembuat pedang Go Too di luar perbatasan, dengan ongkos seribu delapan ratus tahil perak. Go Too sudah tiga puluh tahun lamanya bekerja sebagai penempa pedang, setiap pedang hasil tempaannya merupakan pedang mestika, jangan toh baru batu atau senjata lain, bahkan pula baja yang beratpun jangan harap bisa menabasnya sampai kutung.

Tapi kenyataannya sekarang, pedang itu sudah dibikin patah oleh sebuah biji pohon siong. Tangan Song Tiong telah digertak sampai kesemutan rasanya, dia mundur lima langkah dengan sempoyongan, sedangkan Chin Ko cing bertindak cepat, ia segera melepaskan pula tujuh buah titik cahaya bintang yang gemerlapan.

Sudah barang tentu Liu Yok siong juga tahu senjata rahasia apakah yang dilancarkan perempuan itu, sebab senjata rahasia inipun khusus dibuat atas pesanannya dengan biaya mahal, bahkan secara khusus pula dia, menyuruh orang untuk memolesi racun diatasnya.

Walaupun caranya melepaskan senjata rahasia tak bisa menandingi kelihaian dari Hoa Sin koh atau Kwan im bertangan seribu, akan tetapi dalam jarak dua kaki, serangannya jarang sekali meleset.

Sekarang jarak mereka cuma satu kaki belaka, kecuali muncul kembali suatu kejadian aneh, Liu Yok siong sudah pasti akan tewas. Siapa tahu, suatu kejadian aneh kembali telah berlangsung. Sebenarnya ke tujuh titik cahaya bintang itu tertuju ke arah ulu hati Liu Yok siong. tapi tahu-tahu arah sasarannya telah berubah dan meluncur ke depan jendela.

Dari balik jendela tiba-tiba muncul seseorang dan mengenakan baju berwarna putih bersih bagaikan salju. Ketika ujung bajunya dikebaskan pelan ke tujuh titik cahaya bintang itu seketika lenyap tak berbekas, menyusul kemudian terdengar suara gemerincing nyaring..."Criing" segulung desingan angin tajam meluncur keluar dari balik ujung bajunya dan menghajar lutut Chin Ko cing.

Sebenarnya ketika itu tubuh Chin Ko cing sedang menubruk ke muka, tiba-tiba ia jatuh berlutut di tanah, berlutut dengan tubuh tegak lurus, sama sekali tak mampu berkutik lagi.

Sebaliknya Liu Yok siong secara tiba-tiba bangun berdiri. Ternyata walaupun suara desingan anginnya hanya berbunyi sekali, biji pohon siong yang disambit keluar ada dua buah, sebuah menghajar jalan darah Huan tiau hiat di tubuh Chin Ko cing, sedangkan yang lain membebaskan jalan darah Liu Yok siong yang tertotok.

Gadis cantik yang berbaju putih bersih bagaikan salju ini telah melancarkan dua buah biji siong pada saat yang bersamaan, selain kekuatannya mengerikan sekali, cara maupun tenaga yang dipergunakan juga saling berbeda antara yang satu dengan lainnya.

Song Tiong yang menyaksikan kejadian itu menjadi tertegun dibuatnya. Belum pernah dia saksikan cara melepaskan senjata rahasia yang begitu lihaynya, bahkan sampai mendengarpun belum pernah.

Bila Hoa Sin koh dan kwan im bertangan seribu sekalian jago-jago senjata rahasia yang tersohor didalam dunia persilatan itu dibandingkan dengan perempuan ini, pada hakekatnya kepandaian mereka seperti anak kecil yang bermain kelereng. Hampir saja dia tidak mempercayai pandangan mata sendiri.

Liu Yok siong percaya akan kesemuanya itu, sebab dia telah menyaksikan kepandaian serta perbuatan lain dari Lan-lan yang jauh lebih hebat dan mengerikan daripada apa yang dilihatnya sekarang.

"Mengapa kau masih tidak pergi membunuhnya?" tiba-tiba Lan-lan bertanya kepadanya.

"Kau....." Liu Yok siong gelagapan, dia tak tahu bagaimana harus menjawab.

"Dia hendak membunuhmu, maka kaupun boleh membunuhnya, sebab bila kau tidak membunuhnya, dialah yang akan membunuh dirimu"

Tangannya lantas menggapai, kutungan pedang yang tergeletak di atas tanah itu mendadak mencelat ke udara dan terjatuh ke tangannya. Ia sodorkan kutungan pedang ke tangan Liu Yok siong, kemudian melanjutkan:

"Pedang ini pastilah pedang hasil penempaan Go Too, sekalipun hanya tinggal sepotong yang tidak mencapai tiga inci panjangnya, aku yakin pedang itu masih dapat digunakan untuk membunuh orang"

Kutungan pedang itu masih satu depa panjangnya, Liu Yok siong segera menjepit dengan ketiga buah jari tangannya, lalu menodongkan mata pedang itu ke atas tenggorokan Chin Ko cing.

Tiba-tiba Chin Ko cing berkata sambil tertawa: "Walaupun wajahnya kelihatan buas dan bengis, tapi aku tahu kau tak akan tega untuk membinasakan diriku"

"Ooooh....!"

"Sebab aku lebih mengerti tentang dirimu daripada orang lain, asal kau sudah mempergunakan jubah yang satu stel berwarna delapan puluh tahil perak, ditangan membawa arak yang sembilan puluh tahil perak segucinya, kemudian duduk dalam kamarmu sambil membopong perempuan cantik, maka sekalipun hendak menyuruh orang lain untuk membunuh beberapa orangpun kau tak akan merasa menderita"

Setelah tertawa dingin, lanjutnya: "Tapi, kalau suruh kau sendiri yang membawa golok untuk membunuh orang, maka kau tak akan berani turun tangan sendiri"

Tiba-tiba Song Tiong menimbrung: "Dia tak berani, aku berani!"

Dengan terperanjat Ko cing menatap ke arahnya, kemudian berseru: "Kau... kau tega untuk turun tangan terhadap aku?"

Song Tiong tidak berkata apa-apa lagi, mendadak ia menyerbu ke depan dan kutungan pedang yang masih berada di tangannya itu sudah menembusi dada perempuan tersebut.

Sepasang mata Ko-cing belum terpejam, ia masih menatap wajahnya dengan perasaan terperanjat. Sampai matipun dia tak percaya kalau ia benar-benar tega untuk membunuhnya.

"Tentunya kau tidak menyangka bukan kalau aku bisa membunuh dirimu" ujar Song Tiong.

"Kena... kenapa kau?"

"Karena akupun sudah lama ingin mati, bila kau tidak mati, mana aku tega untuk mati sendirian!"

Ia keluar mencabut pedangnya. Darah kental segera berhamburan kemana-mana..... pada saat itu pula kutungan pedang tadi telah ditusukkan kembali ke dada sendiri. Perempuan itu sudah mati, maka sekarang diapun dapat mati pula. Mendadak Song Tiong mendongakkan kepalanya dan tertawa seram.

"Haaahhh... haaahhh... haaaahhh... selama hidup aku sudah banyak membunuh orang, tapi baru kali ini aku merasa sangat puas."

* * *

SEPASANG mata Chin Ko cing telah terpejamkan rapat. Tiba-tiba ia merasa bahwa selama ini dia selalu tak memahami diri Song Tiong, selalu memandang salah kepadanya. Ia selalu menganggap, Song Tiong adalah seorang yang keras di luar, padahal amat lemah didalam hatinya.

Bukan cuma lemah, bahkan sama sekali tak becus, itulah sebabnya dia baru dapat di tuntun olehnya bagaikan seekor anjing kecil. Ia sama sekali tidak menyangka kalau dia berbuat demikian karena cinta kepadanya, mencintainya dengan sepenuh hati, setulus hati mencintai dirinya.

Demi dia, ia rela untuk mati. Demi dia, iapun bersedia untuk mengakhiri hidupnya. Belum pernah dia berpikir sampai ke situ, karena dia tidak percaya kalau dalam dunia ini bisa terdapat perasaan cinta seperti ini. Tapi sekarang, dia sudah percaya.

.... Halaman 48 - 49 hilang ....

tiba-tiba dalam hatinya muncul suatu perasaan yang jauh lebih kuat daripada perasaan ngeri dan takut, membuat dia melupakan keseraman menghadapi kematian.

Tiba-tiba saja dia merasa kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan. Bila seseorang sampai matinya belum tahu apa artinya "cinta"", hal itu baru benar-benar merupakan sesuatu yang menakutkan.

Kau telah membayar sesuatu pengorbanan, yang cukup besar, kujamin kau pasti akan memperoleh hasil yang lumayan, itulah kata-kata dari Lan-lan sebelum pergi meninggalkannya. Setiap kali dia selalu datang secara tiba-tiba dan pergi lagi secara tiba-tiba.

Liu Yok siong tidak tahu harus menggunakan cara apa untuk mengundang-nya datang, juga tidak tahu harus menggunakan cara apa untuk menahannya di situ. Tapi dengan cepatnya dia telah tahu kalau apa yang diucapkan memang tidak bohong.

Dia telah menyerahkan anjing betina itu kepada "si buli-buli". Si buli-buli adalah nama julukan dari pengurus gudang arak dalam perkampungan Siang siong san-ceng, sebuah buli-buli yang tak punya mulut.

Sebab bukan saja dia jujur, setia dan bisa dipercaya, mulutnya juga selalu tertutup rapat seperti botol, selain itu tak setetes arakpun yang dia minum selama hidupnya. Oleh karena itu, Liu Yok siong mengutusnya menjadi pengurus gudang araknya.

Si Buli-buli menyekap anjing betina itu didalam gudang arak, gudang arak yang sudah tak ada setetes arakpun itu. Menanti Liu Yok siong ingin menghantar anjing betina itu sudah bukan anjing betina lagi. Ketika dia menyuruh si buli-buli mengajaknya pergi ke gudang arak untuk mencari anjing betina itu, ternyata yang dijumpainya adalah seorang perempuan.

Seorang perempuan yang berpinggang ramping dan berpaha panjang, sewaktu berjumpa dengannya, perempuan itu segera memperlihatkan rasa yang takut yaa gembira. Ia sendiripun sama sekali tak tahu secara bagaimana dia bisa berada didalam gudang arak itu. Ketika dia tidur, tubuhnya masih berbaring di atas pembaringan yang besar, lebar dan empuk itu. Tapi ketika sadar kembali, ia telah berada di sini.

* * *

KEJADIAN aneh secara beruntun berlangsung kembali, air bening telah berubah menjadi arak wangi. kerbau, kambing, ayam, itik, yang sebenarnya sudah dibakar di belakang bukit sana, kini telah muncul kembali dalam keadaan segar bugar.

Akan tetapi Lan-lan tak pernah menampakkan diri lagi. Tentu saja semua kejadian aneh itu merupakan hasil karyanya, Liu Yok siong telah membayar suatu pengorbanan yang besar, maka diapun tidak melupakan janji sendiri.

Untuk menyatakan rasa setianya kepada Lan-lan, Liu Yok siong tidak lagi mengganggu si gadis berpinggang ramping dan berkaki panjang itu. Ia bertekad untuk mendapatkan Lan-lan, entah dia adalah manusia atau bukan, hal itu tidak menjadi soal baginya, bahkan sekalipun dia benar-benar adalah siluman rase, baginya juga bukan persoalan.

Bila ia dapat mempersunting seorang istri seperti dia, maka terhadap siapa saja dia tak usah takut lagi, terhadap masalah apapun ia tak usah merasa kuatir lagi.

Hari demi hari lewat dengan cepatnya, kini perkampungan yang berada di bukit seberang telah selesai digarap, bilamana malam tiba dan lampu gemerlapan dalam bangunan tersebut, maka memandang dari kejauhan, bangunan itu bagaikan keraton di atas langit.

Surat undangan dari tuan rumah perkampungan Wan gwat san-ceng yang hendak mengadakan perjamuan telah dikirim kepadanya. Tentu saja kepala kampung dari perkampungan Wan gwat san-ceng tersebut adalah Ting Peng, sedangkan hari perjamuan adalah saat bulan purnama.

Hari ini sudah tanggal empat belas, ternyata Lan-lan masih juga belum menampakkan diri. Dia pasti akan datang kemari, tak mungkin dia akan melupakan diriku dengan begitu saja. Walaupun Liu Yok siong selalu berusaha untuk menghibur diri, toh tak urung hatinya merasa gelisah dan kuatir.

Seandainya gadis itu tidak datang kemungkinan besar dia akan mati didalam keraton Wan gwat san-ceng besok hari. Terpaksa dia karuan menghibur diri sendiri.

"Paling lambat malam ini dia pasti akan datang kemari." Oleh sebab itu, sejak senja tiba ia telah mempersiapkan semeja sayur dan arak dan menunggu di dalam rumahnya seorang diri.

Ternyata Lan-lan memang tidak membuat-nya menjadi kecewa. Tiba-tiba seluruh ruangan dipenuhi oleh bau harum semerbak, seperti harumnya bunga tapi jauh lebih manis dan sedap daripada harumnya bunga...

Jendela yang semula tertutup rapat, mendadak membuka dengan sendirinya, sinar matahari senja masih menyoroti jagad di luar sana, Lan-lan seperti sekuntum awan yang indah pelan-pelan melayang datang. Dia bilang selama dua hari ini tak bisa datang karena masih banyak persoalan yang harus dipersiapkan olehnya.

Karena bukan suatu pekerjaan yang "mudah" untuk menghadapi Cing-cing, kemampuan yang dimiliki Cing-cing jarang ada yang bisa menandinginya, walau berada di langit maupun di bumi. Tapi sekarang ia telah mempersiapkan segala sesuatunya.

Ia bilang begini: "Sekarang aku sudah mempunyai akal untuk menaklukkannya, asal Cing cing bisa ditaklukkan, Ting Peng sama sekali tak perlu dikuatirkan lagi, asal kau mau menuruti perkataanku dan melakukannya dengan baik, bukan saja kau dapat membantuku untuk mengalahkan mereka, entah persoalan apapun yang ingin kau kerjakan, aku dapat membantumu untuk mencapainya."

Apa yang menjadi idaman Liu Yok siong selama ini adalah menjadi ketua partai Bu tong. Tak tahan dia lantas berkata: "Selama ini Bu tong pay tak pernah mengangkat seorang murid preman menjadi Ciangbunjinnya, tapi aku..."

""Kau ingin menjadi Ciangbunjin dari Bu tong pay?" tanya Lan-lan kemudian.

Liu Yok siong menghela napas panjang, katanya: "Sekarang, yang paling besar harapannya untuk menjadi Ciangbunjin bukanlah aku, melainkan Leng siu!"

Lan-lan segera tertawa dingin, serunya: "Kalau hanya kedudukan seorang ciangbunjin dari Bu tong pay saja apalah artinya cita-citamu, sungguh teramat kecil sekali."

Setelah berhenti sejenak, tiba-tiba tanyanya lagi: "Tahukah kau tentang Sangkoan Kim hong?"

Tentu saja Liu Yok siong tahu. Sangkoan Kim hong adalah seorang pentolan dunia persilatan yang malang melintang dalam kolong langit, tiada seorang manusia pun dalam dunia persilatan yang berani kurang ajar kepadanya, setiap patah kata yang ia ucapkan merupakan perintah, belum pernah ada orang yang berani membangkang.

Kemudian, walaupun dia mati di tangan Siau li si pisau terbang yang merupakan pendekar tenar pada masa itu, tapi semasa hidupnya gagah perkasa, hingga kini belum pernah ada orang yang bisa menandinginya.

"Asal kau bersedia, setiap saat aku dapat membuat keberhasilanmu melebihi Sangkoan Kim hong, melebihi Siau li si pisau terbang dan melampaui pula manusia paling tenar dalam dunia persilatan saat ini, Cia Siau hong"

Liu Yok siong merasakan jantungnya sedang berdebar, berdebar kencang sekali.

"Yang kau maksudkan sebagai Leng siu tadi, bukankah murid pertama dari Thian it toojin?" kembali Lan-lan bertanya.

"Benar!"

"Kemungkinan besar, besok diapun akan muncul pula di dalam perkampungan Wan gwat san-ceng untuk menghadiri perayaan tersebut"

"Kenapa dia turut datang?"

"Sebab Ting peng telah mengundangnya secara khusus" Setelah tertawa, lanjutnya: "Pada hal kau seharusnya juga musti mengerti, kenapa secara khusus dia mengundang kedatangan Leng siu"

Liu Yok siong mengerti. Ting Peng hendak merusak nama baiknya di hadapan Leng siu, agar Leng siu tahu salah dia memang mempunyai alasan untuk mati. Setelah disaksikan oleh kakak seperguruannya, bagaimanapun Ting Peng hendak menghadapinya, orang lain tentu tak bisa berkata apa-apa lagi. Untuk berbicarapun tak dapat, sudah barang tentu pihak Bu tong pay semakin tak dapat membalaskan dendam baginya lagi.

Liu Yok siong menghela napas panjang kemudian ujarnya: "Sungguh tak kusangka secara tiba-tiba Ting Peng bisa melakukan pekerjaan yang begitu teliti dan seksama"

Orang yang pernah tertipu satu kali, biasanya ia akan bekerja lebih teliti dan seksama. Liu Yok siong sedang tertawa, tentu saja tertawa getir. Dia memang hanya bisa tertawa getir.

"Jika Ting Peng hendak membunuhnya, mungkinkah Leng siu akan membantumu?"

"Tak mungkin!"

"Mungkinkah dia akan membantumu berbicara?"

"Tidak mungkin"

Berada dalam keadaan seperti ini, siapapun tak dapat berkata apa-apa lagi.

"Bila kau sampai mati, mungkinkah dia akan merasa bersedih hati!" kembali Lan-lan bertanya.

"Tidak mungkin"

"Yaa, sebab diapun tahu kaupun tak akan merasa sedih bagi kematiannya"

Liu Yok siong sama sekali tidak menyangkal akan kebenaran dari ucapan tersebut. Leng siu tojin tidak suka makan banyak, tidak suka minum arak, tidak berjudi, tidak bermain perempuan, tujuan hidupnya hanya satu, yakni berharap bisa menggantikan kedudukan Thian it Cinjin dan suatu ketika menjabat sebagai Ciangbunjin partai Bu tong.

Sebab diapun seorang manusia yang terdiri dari darah dan daging, diapun mempunyai ambisi, rasa kuatirnya terhadap persoalan ini sedikitpun tidak berada di bawah Liu Yok siong. Kedua pihak sama-sama mengetahui bahwa kemungkinan besar pihak lawan merupakan satu-satunya saingan yang paling berat.

Kembali Liu Yok siong menghela papas panjang, katanya: "Cuma sayang tubuhnya selalu sehat dan kuat, paling tidak ia masih bisa hidup tiga sampai lima puluh tahun lagi."

"Aku berani menjamin, dia tak akan bisa hidup lebih lama lagi"

"Ooooh..."

"Besok malam dia pasti akan mati"

"Dia selamanya sehat dan tak pernah berpenyakitan, mana mungkin bisa mati secara mendadak?"

"Sebab ada seorang yang akan menusuk tenggorokannya dengan pedang hingga tembus"

"Siapakah orang itu?"

"Kau sendiri"

Liu Yok siong menjadi tertegun. Padahal, sudah sejak lama dia ingin menusuk tenggorokan Leng siu dengan pedangnya, entah berapa ratus kali ingatan tersebut berkecamuk dalam benaknya. Sebab bagaimanapun juga Leng siu adalah toa suhengnya, membunuh Leng siu berarti telah berkhianat kepada perguruan. Menghianati perguruan merupakan suatu perbuatan yang amat melanggar hukum, ingatan tersebut sudah lama berakar didalam hatinya.

"Jika kau tidak berani, akupun tidak akan terlalu memaksakan kehendakku" kata Lan-lan kemudian. Kemudian setelah berhenti sejenak, lanjutnya dengan hambar: "Bagaimanapun juga, sekarang toh aku belum kawin denganmu, bila kau mati, aku pun tak akan terlalu bersedih hati"

Dia seperti sudah bersiap sedia untuk pergi meninggalkan tempat tersebut. Tentu saja Liu Yok siong tak akan membiarkan dia pergi dengan begitu saja, segera serunya: "Aku bukannya tidak berani, aku cuma kuatir..."

"Kuatir apa?"

"Sejak kecil Leng siu sudah melatih ilmu silat, selain bersantap, berdoa dan tidur, setiap saat ia selalu melatih kepandaiannya, sedangkan aku banyak pekerjaan yang harus kulakukan."

Dia memang mempunyai banyak persoalan yang harus dikerjakan, di dunia ini memang masih banyak pekerjaan yang jauh lebih menarik daripada belajar silat. Sayang sekali pekerjaan yang semakin menarik, semakin tak boleh dilakukan terlalu banyak, kalau tidak akan berubahlah menjadi pekerjaan yang tidak menarik.

Liu Yok siong menghela napas panjang, katanya: "Mungkin pekerjaan lain terlalu banyak yang telah kukerjakan, maka sekarang aku mungkin sudah bukan tandingannya lagi"

"Kau memang bukan tandingannya, didalam lima puluh gebrakan, ia dapat membunuhmu" Tak bisa tidak Liu Yok siong harus mengakui akan hal ini. Terutama beberapa waktu belakangan ini, Leng siu memang semakin giat berlatih ilmu tenaga dalamnya makin sempurna, ilmu pedangnya juga semakin sempurna. hal ini sudah diketahui umum dan semua orang mengakui dia sebagai jagoan nomor satu dari Bu tong pay dewasa ini.

"Tapi aku toh berada di sampingmu" kata Lan-lan cepat, "apa lagi yang musti kau takuti?" Setelah tertawa lanjutnya: "Asal ada aku di sisimu, maka di dalam sepuluh gebrakan saja kau dapat membunuhnya."

Mencorong sinar tajam dari balik mata Liu Yok siong sesudah mendengar perkataan itu.

"Besok tengah hari, aku akan menunggumu dirumah makan Hwe Sian lo, kemudian akan kutemani kau kesana!"

"Kenapa kau harus menantikan kedatanganku didalam kota?"

"Sebab aku minta kau menyambut kedatanganku dengan tandu, aku ingin agar orang lain tahu kalau aku diajak pergi dengan mempergunakan tandu..."

Permintaan semacam ini sesungguhnya memang bukan termasuk suatu permintaan yang kelewat batas. Seorang perempuan yang belum kawin, biasanya selalu berharap ada lelaki yang dia cintai menjemputnya dengan tandu. Tak bisa disangkal lagi dibalik permintaan tersebut sesungguhnya mengandung maksud yang lebih mendalam.

Kembali Liu Yok siong merasakan jantungnya berdebar keras, berdebar keras sekali: "Aku pasti akan mempersiapkan sebuah tandu yang paling besar untuk menjemputmu, tapi kau...."

Ia memandang sekejap wajah Lan-lan yang tertutup oleh kain cadar itu, kemudian melanjutkan. "Sampai sekarang, mengapa kau masih belum memperkenankan aku untuk melihat raut wajahnya yang sebenarnya..."

"Besok kau akan segera melihatnya " jawab Lan-lan, setelah berhenti sebentar lanjutnya: "Besok, setibanya dirumah makan Hwee-sian-lo, akan kau jumpai seorang nona yang memakai gaun berwarna biru laut, memakai mutiara dan tusuk konde emas pada sanggulnya serta memakai sepasang sepatu berwarna merah darah"

"Perempuan itu adalah kau?"

"Benar!"

* * * * *

PERKAMPUNGAN WAN GWAT SANCENG

BULAN dua belas tanggal lima belas, hari ini udara amat cerah. Sorot matahari ditengah hari tersebut terasa hangat dan nyaman, Liu Yok siong berdiri di bawah sinar matahari dan memperhatikan para centengnya sedang memasang sebiji mutiara besar di atap tandunya, ia merasa puas sekali.

Tandu tersebut khusus dia pesan di ibu kota pada seorang ahli tukang kayu sewaktu hendak menjemput pulang Chin Ko cing pada delapan belas tahun berselang, setelah di lakukan perbaikan semalam suntuk kini bentuknya sudah nampak baru kembali...

AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.