Golok Bulan Sabit Jilid 22
"AKU mengira perbuatanku itu cukup rahasia, siapa tahu toh akhirnya ketahuam juga olehmu" keluh Cia Siau giok, "sewaktu kau datang mencariku, aku sudah tahu kalau kau tak akan melepaskan aku, sedang aku pun tidak memiliki kemampuan apa-apa untuk melawanmu, terpaksa aku hanya menyerahkan diri untuk menerima kematian tapi aku pun harus membuat duduknya persoalan menjadi jelas lebih dulu, bila kau membunuh aku demi ditegakkannya keadilan dan kebenaran, tentu saja aku tak dapat berbicara apa-apa, karena orang yang melakukan perbuatan jahat mengatas namakan perbuatannya demi keadilan dan kebenaran pun tak sedikit jumlahnya, kalau dibiarkan bergilir ke bawah, akhirnya aku bakal terkena juga."
"Sudahlah, toh kau sudah melepaskan diri dari mereka, kecuali aku, mungkin tiada orang lagi yang tahu kau pernah menjadi Giok Bu sia, mulai sekarang aku hanya berharap kau bisa baik-baik menjadi Cia siocia mu itu!"
"Tidak, masih ada seorang lagi yang tahu"
"Siapa?"
"Liu Yok siong, waktu aku hendak meninggalkan perkampungan Lian im san ceng rahasia ini telah diketahui olehnya."
"Waaah, orang itu memang benar-benar memiliki kemampuan yang luar biasa, tak nyana dia pun dapat mencari sampai ketempat tinggalmu" ujar Ting Peng sambil tertawa.
"Dia adalah seorang manusia yang sangat berbahaya, ketika kuculik istrimu dan menyuruh kau membunuhnya, waktu itu aku tak punya alasan lain kecuali kurasakan bahwa kehadiran orang itu disisimu tak mungkin akan mendatangkan kebaikan apa-apa, aku tidak mengerti apa sebabnya kau tidak membunuhnya?"
Kembali Ting Peng tertawa....
---- Halaman 5 s/d 18 hilang ----
....Cia Siau giok tertawa. "Ting toako, kau pernah berjumpa dengan ayahku, pernah pula bertanya sendiri kepadanya, apakah aku adalah putrinya atau bukan, dia toh tak pernah menyangkalnya bukan?"
"Benar, dia nemang tak pernah manyangkal."
"Tapi dia belum pernah memberitahukan kepadamu, Ibuku itu seorang perempuan macam apa?"
"Benar, dia tak pernah mengatakan tentang soal tersebut."
Sekali lagi Cia Siau giok tertawa. "Jikalau ibuku adalah seorang yang pantas dihormati, seandainya mereka menikah secara terang-terangan, dia pasti akan memberitahukan kesemuanya itu kepadamu."
Terpaksa Ting Peng harus manggut-manggut, dia tak dapat menyangkal ucapan tersebut.
"Kalau toh dia malu menyebut tentang ibuku, tidak sudi memberi tahukan hal tersebut kepadamu, seharusnya kah kuberitahukan hal ini kepada dirimu?"
Pernyataan tersebut segera membuat Ting Peng menjadi rikuh sendiri, dia seperti lagi menyelidiki rahasia pribadi orang lain saja, sehingga tanpa terasa wajahnya berubah menjadi merah.
Sambil tertawa kembali Cia Siau giok berkata: "Mungkin aku tidak termasuk perempuan yang tahu aturan, tapi aku pun tidak bergaul asal bergaul, paling tidak aku selalu menggoda kaum pria tapi tidak membiarkan kaum pria menggodaku, kuakui aku memang ingin sekali menarik perhatianmu, maka aku selalu mengodamu, tapi aku rasa hal ini bukan sesuatu yang memalukan, aku tahu perempuan dalam dunia persilatan dewasa ini yang bersedia mempersembahkan tubuhnya kepadamu banyak sekali, asal kau manggutkan kepala, rasanya hampir setiap orang gadis mencoba bermesrahan denganmu"
Bila lelaki yang mendengar perkataan tersebut, mereka tentu akan merasa bangga dan gembira, tapi Ting Peng bukan lelaki sembarangan, ia tidak terpengaruh oleh ucapan tersebut, tapi ia tak dapat menyangkal dia memang senang mendengar perkataan semacam itu, paling tidak ia tak merasa jemu.
Untuk sesaat kedua orang itu sama-sama membungkam dalam seribu bahasa, lama kemudian Cia Siau giok baru berkata sambil tertawa:
"Aku sudah mencoba dengan banyak cara tapi aku selalu gagal, aku dapat merasakan kau bukannya seorang lelaki yang tak suka perempuan tapi kau kelewat mencintai istrimu sehingga daya tarikmu terhadap perempuan lain menjadi berkurang, itulah sebabnya aku jadi ingin sekali mengetahui macam apakah istrimu itu, benarkah dia seperti bidadari yang baru turun dari kahyangan"
"Maka kau lantas menculik Cing cing?"
"Yaa, inilah alasan yang terutama, tentu saja usahaku untuk melepaskan diri dari Lian im cap si sat juga merupakan salah satu alasan hingga kupancing kedatanganmu disitu"
"Apa yang berhasil kau temukan"
Cia Siau giok tertawa. "Kutemukan kalau istrimu memang seorang perempuan yang sangat menawan hati, aku memang tak mampu untuk melebihi dirinya, karena itu akupun lantas mengurungkan niatku untuk mencoba merampasmu dari dalam pelukannya"
Ting Peng tertawa.
"Hei, rupanya kau tidak percaya?" tegur Cia Siau giok.
"Ucapanmu memang enak didengar, sekali pun dalam hatiku tak percaya, namun diluar toh aku tetap berharap bisa mendengarkan semacam itu banyak lagi"
"Sekarang kau toh sudah tahu kalau tahi lalat ditubuhku itu hanya tempetan belaka, jika aku ingin berbuat secara sembunyi-sembunyi dan takut di ketahui orang, tak nanti akan kuperlihatkan tahi lalat tersebut dihadapan enso."
Dalam hal ini Ting Peng tak dapat membantah, dia memang tak perlu berbuat demikian.
"Justru karena aku memberitahukan kepadamu manusia macam apakah Giok Bu sia tersebut, maka aku baru berbuat demikian, agar kau lebih mudah menemukan diriku, walaupun aku tak ingin orang lain juga tahu kalau aku adalah Giok Bu sia, akan tetapi aku tak ingin mengelabuhi dirimu."
Ting Peng segera terjerumus dalam lamunannya, dia sedang mempertimbangkan benar salahnya ucapan tersebut.
Kembali Cu Siau giok berkata: "Sekarang aku telah membuang tahi lalat ditubuhku, tapi suruh pelayan-pelayanku memakai tahi lalat tersebut, hal ini kulakukan hanya bertujuan untuk menunjukkan kepadamu kalau aku bersungguh hati untuk mengungkapkan kesemuanya ini, aku tidak bermaksud mengatur segala sesuatunya itu hanya untuk membongongi dirimu saja."
Akhirnya Ting Peng menghela napas panjang. "Baiklah, sekarang kau sudah menerangkan segala sesuatunya, akupun telah melepaskan niatku untuk membunuhmu, diantara kita berdua rasanya sudah tak ada urusan lagi bukan?"
"Tidak bisa", seru Cia Siau giok sambil tertawa, "aku masih membutuhkan bantuanmu, sekarang keadaanku sangat berbahaya, kemarin kau datang kemari dan aku tak berani menjumpaimu, karena baru saja aku menerima sepucuk surat peringatan yang bernada ancaman, katanya Gin liong tianglo dari Mo kau hendak datang mencariku"
"Aku telah bertemu dengannya"
"Aku tahu, dia datang kemari untuk menuntutkan keadilan bagi Thi yan siang hui akhirnya bertemu dengan kau ditengah jalan bahkan kemudian tewas diujung golok mu, Ting toako, setelah membunuh Gin liong tianglo, kau akan semakin tersohor"
Ting Peng tertawa hambar. "Aku tidak merasa amat gembira, sebab bagaimanapun juga aku masih belum bisa menandingi ayahmu"
"Tapi ayahku sudah tidak mencampuri urusan keduniawian lagi"
"Disini letak kehebatan ayahmu dibandingkan aku, dia sudah sukses dan ternama, sekarang tinggal berpesiar dan hidup bahagia, tak ada orang yang akan mencari gara-gara lagi dengannya, dia seakan sudah melompat keluar dari lingkaran dunia persilatan, sedang aku? Kesulitan-kesulitan sedang mulai datang mencariku!"
"Itu pun bukan masalah, ilmu silatmu sekarang sudah tak selisih banyak dari ayahku, asal membunuh beberapa orang lagi, tentu kesulitan tersebut akan mereda dengan sendirinya"
"Persoalannya justru aku sudah tak dapat menemukan orang yang bisa kubunuh lagi" kata Ting Peng sambil tertawa hambar, "empat tianglo dari Mo-kau boleh dibilang merupakan manusia-manusia yang disegani setiap orang, tapi kenyataannya Thi-yan mau pun Gin liong telah roboh binasa hanya dalam sekali bacokan saja, aku pun tak tahu baiknya membunuh siapa lagi sekarang, Siau giok, dapatkah kau mencarikan beberapa orang untukku...?"
"Ting toako, lagi-lagi kau mengajakku bergurau, bagaimana mungkin aku bisa mencarikan orang untuk kau bunuh?"
"Karena kau bilang asal membunuh beberapa orang lagi maka kesulitan akan hilang dengan sendirinya."
"Maksudku, asal kau dapat membunuh beberapa orang yang lihay lagi, maka tak akan ada orang yang berani datang mencari gara-gara lagi denganmu...."
"Aku mengerti, tapi kau justru tidak tahu masih ada manusia macam apa lagi didunia ini yang pantas kubunuh!"
Cia Siau giok berpikir sebentar, kemudian sahutnya: "Gin liong, Thi yan tak mampu menahan sebuah bacokan mu, dewasa ini dalam dunia persilatan memang sukar untuk dicarikan sasaran yang tepat bagimu untuk melatih ilmu golokmu itu, cuma aku toh dapat menemukan tiga orang lainnya, cuma ke tiga orang ini tidak gampang untuk dibunuh"
"Tak ada salahnya untuk kau sebutkan, aku bisa mencoba mereka semua..."
Cia Siau giok segera tertawa. "Orang pertama tentu saja ayahku, sekarang sudah ada orang yang membandingkan golokmu sama hebatnya dengan pedangnya, jika kau berhasil membunuhnya maka di kolong langit hanya golokmu saja yang paling hebat, siapapun tak akan berani datang mencari gara-gara lagi denganmu"
"Siau giok, kau bukan lagi bergurau" seru Ting Peng agak tercengang dan tidak habis mengerti.
"Tidak, walaupun dia adalah ayahku, tapi tak pernah mendidikku, juga tak pernah memelihara aku, diapun mau mengakui diriku karena terpaksa, dia tak pernah menyayangi aku, diantara kita boleh dibilang hambar sekali hubungannya, jika kalian berdua harus bertarung, aku lebih suka mendoakan kau yang menang dari pada mendoakan dia"
"Mengapa?"
"Sebab paling tidak kau lebih erat hubungannya denganku, daripada hubungannya dengan diriku"
Ucapan tersebut diutarakan cukup berterus terang membuat Ting Peng tak dapat membantah.
Setelah menghela napas, Cia Siau giok berkata lagi. "Walaupun demikian, namun aku tahu kalau kalian berdua tak bakal bertarung sendiri, sekalipun bukan bersahabat namun kalian adalah dua orang musuh yang saling menghormati lawannya, mungkin saja suatu ketika kalian akan bersua juga. Tapi kau tak akan membunuhnya dan dia pun tak akan membunuh mu!"
"Tampaknya kau sangat memahami keadaan kami berdua?"
"Bagaimanapun jua aku adalah putrinya Cia Siau hong, sekalipun tak dapat mewariskan ilmu pedang saktinya, namun aku toh cukup memahami manusia macam apakah bapakku itu!"
Ting Peng tak dapat menyangkal ucapannya itu dan hanya membungkam diri dalam seribu bahasa.
"Sedang tentang kau, walaupun pengertianku terhadapmu masih cetek, namun toh jauh lebih dalam bila dibandingkan orang lain" lanjut Cia Siau giok lebih jauh, "kau adalah manusia sejenis dengan ayahku, itulah sebabnya aku baru menyinggung tentang persoalan ini, akupun tahu kalau hal ini tak mungkin terjadi, kalau tidak, bukankah aku akan menjadi seorang manusia yang paling berdosa, seorang anak tak berbakti yang menganjurkan orang lain untuk membunuh ayah sendiri."
Ting Peng segera tertawa. "Coba kau katakan orang yang kedua, siapakah dia?"
"Orang kedua adalah binimu sendiri!"
"Siau giok, kau belum gila?"
Cia Siau giok tertawa. "Aku belum gila, kaupun belum gila, enso adalah perempuan paling baik dan paling pintar di dunia ini, bila kau membunuhnya hal ini membuktikan kalau kau sudah gila, demikian gilanya hingga tak bisa membedakan mana yang harus dibunuh dan yang tidak, siapa pun tak akan menggunakan nyawa sendiri untuk barang taruhan bukan?"
Ting Peng tertawa. "Kau memang sangat pandai mengadu domba, sekarang coba kau sebutkan orang yang ke tiga, sebab dua orang yang pertama tak mungkin akan kubunuh"
"Orang yang ke tiga adalah kau sendiri" Sambil berkata dia menuding ke arah Ting Peng, tapi justru karena itu pakaiannya kembali tersingkap.
Tapi Ting Peng sedang dibuat terkejut oleh perkataan itu, sehingga ia tidak terlalu memperhatikan ke sana.
Sambil tertawa Cia Siau giok berkata lagi. "Asal kau telah membunuh dirimu sendiri, maka kau tak usah kuatir orang lain datang mencari gara-gara denganmu lagi, kau pun tak akan mengalami kesulitan apapun"
"Ya, ucapanmu memang masuk diakal, sayang sekali aku masih belum ingin mati"
"Aku pun tidak menginginkan kau mati" sambung Cia Siau giok cepat sambil tertawa.
Dengan suatu gerakan yang manis dia menyingkap pakaiannya, kali ini dia berhasil juga memancing perhatian Ting Peng, sepasang mata pemuda itu segera berapi-api.
Siau hiang tahu saat ini adalah saat baginya untuk mengundurkan diri, cuma sebelum dia sempat turun dari loteng, ia sudah mendengar suara dua orang menggelinding di atas tanah.
Semua Peristiwa yang terjadi seakan-akan berlangsung dengan wajar. Dengan perasaan yang sangat puas Cia Siau giok menghela napas panjang, ia benar-benar merasa sangat puas, sambil membelai bahu Ting Peng, katanya pelan:
"Ting toako, sekarang aku baru mengerti mengapa enso begitu mencintai dirimu."
"Mengapa?" tanya Ting Peng ogah-ogahan.
"Sebab kau begitu kuat, begitu perkasa, pada hakekatnya kau adalah lelaki diantara lelaki"
Ting Peng tertawa. "Tapi dia justru bukan perempuan diantara perempuan, oleh sebab itu aku harus sering kali keluar, tujuannya adalah agar dia mendapat waktu cukup untuk beristirahat, setiap kali kami selesai bercinta, dia selalu mengeluh kesakitan selama beberapa hari."
"Aku pun dapat memahami akan hal ini" kata Cia Siau giok sambil tertawa, oleh sebab itu dia selalu membawa perempuan yang bernama Siau Im itu, tujuan pasti untuk menolong keadaan bila sudah kritis dan ia tak berdaya lagi."
"Dia bukan seorang perempuan yang kelewat sempit pikirannya"
Cia Siau giok menghela napas panjang. "Aaaah, dia memang seorang perempuan yang berbahagia, karena dia memiliki jiwa yang besar dan bisa menerima keadaan, kalau aku tak mungkin bisa, sekalipun aku tahu kalau kau akan mencintaiku, tapi aku lebih baik mati saja, aku lebih suka mati dari pada membagi dirimu dengan orang lain."
"Siau giok, kau harus mengerti, aku adalah seorang lelaki yang telah berkeluarga", kata Ting Peng dengan kening berkerut.
Cia Siau giok tertawa. "Aku tahu. kau tak usah kuatir Ting toakxo, aku tak akan memaksa kau untuk mengawini aku, akupun tak akan sepanjang hari merengek kepadamu, aku hanya mengemukakan pikiranku sekarang, selama aku berada disampingmu, aku tak akan membiarkan perempuan lain menempeli dirimu, ketika kita tak berada bersama, aku tak akan ambil perduli, setiap saat kau boleh saja bermesraan dengan perempuan lain, dan aku tak akan memikirkannya didalam hati?"
"Kau benar-benar tidak memikirkannya dalam hati?"
"Bohong, tentu saja aku akan memperhatikannya terus" Cia Siau giok tertawa cekikikan, "aku adalah seorang yang mempunyai napsu besar, hanya dengan seseorang saja aku tak akan cemburu, orang itu adalah binimu sendiri, karena aku tidak berhak untuk merasa cemburu"
"Kecuali itu?"
"Aku tak akan membiarkan perempuan lain menempeli dirimu lagi, cuma aku pun tahu bukan suatu yang mudah untuk mencegah seorang lelaki tidak nyeleweng diluar rumah, oleh sebab itu aku hanya berharap kau jangan menggaet perempuan lain lagi selama berada didekatku, kalau tidak..."
"Kalau tidak kau dapat berbuat apa?"
"Kalau tidak aku akan membunuh orang jika kau adalah lelaki lain, maka aku akan membunuh kalian berdua bersama-sama, tapi berhubung kau adalah Ting Peng, terpaksa aku hanya membunuh perempuan yang berada disampingmu saja"
"Apakah disebabkan kau tidak sanggup membunuhku?"
Mencorong sekilas cahaya tajam dari balik mata Cia Siau giok, kemudian ujarnya sedih. "Ting toako, ucapanmu itu sungguh membuat hatiku sedih, walaupun aku bukan seorang gadis baik-baik, tapi sekarang aku berbicara dengan bersungguh hati, sekalipun aku bisa membunuhmu, akupun tak akan rela membunuhmu"
"Aku pernah juga mendengar perempuan lain mengucapkan kata-kata seperti itu, dia adalah perempuan pertama yang masuk ke dalam lembaran hidupku, tapi justru setelah dia mengucapkan kata-kata itu dia malah mendorongku kedalam sebuah perangkap yang hampir saja merenggut nyawaku..."
"Oooh, dia pastilah bini Liu Yok siong bernama Chin Ko cing itu?" kata Siau giok sambil tertawa.
"Waktu itu dia bernama Ko siau (menggelikan), dan ternyata dia memang melakukan suatu lelucon yang menggelikan"
Cia Siau giok kembali tertawa. "Sebetulnya dia telah salah memilih nama, semestinya ia tak cocok memilih nama Ko siau (menggelikan) semestinya bernama Ko pay (mengenaskan) baru cocok, perempuan yang rela melepaskan seorang lelaki macam kau justru adalah seorang perempuan yang mengenaskan sekali nasibnya"
Tiba-tiba ia tertawa lagi, kemudian melanjutkan: "Tapi hal ini pun tak bisa disalahkan, waktu itu kau pasti tak menyenangkan seperti sekarang, waktu itu kau memang masih kalah jauh kalau dibandingkan dengan Liu Yok siong."
Sambil membelai pipi Ting Peng terusnya: "Bila waktu itu kau sudah matang seperti saat ini, tak mungkin kau akan memiliki kedudukan seperti hari ini"
"Masa begitu serius?"
"Benar, bagi seorang perempuan yang benar-benar mengerti tentang lelaki, hal-hal semacam itu merupakan hal-hal yang mesti diperhatikan dengan seksama, sebab kelebihan yang dimiliki seorang lelaki sejati sesungguhnya merupakan suatu gengsi, dan gengsi semacam ini merupakan semangat bagi kaum lelaki untuk mencapai kesuksesan."
"Seandainya sejak dulu kau kenal dengan aku?"
"Aku pun akan merasakan kebodohanmu itu, mungkin aku akan merasa bahwa kebodohanmu itu sedikit menyenangkan, tapi aku tak akan bisa mencintaimu"
"Tapi Cing Cing justru mencintai aku disaat aku paling sial, disaat aku paling mengenaskan keadaannya"
Cia Siau giok menghela napas panjang. "Itulah sebabnya kukatakan kalau dia lebih berbahagia daripada aku, karena dia dapat merasakan cintanya sedari kau masih biasa dan tak punya apa-apa, sedang aku..."
"Kau tidak memiliki cinta suci seperti itu?"
"Benar, aku selalu diajarkan untuk hidup melalui keadaan yang tidak biasa, lama kelamaan akupun tak bisa merasakan lagi cinta yang tumbuh karena suatu kewajaran, aku hanya dapat mencari cintaku melalui keadaan yang tak wajar, tapi orang yang tak wajar biasanya sulit untuk ditemukan cinta yang lurus."
"Tidak Siau giok, kau keliru!" kata Ting Peng sambil menghela napas panjang.
"Aku keliru? Dalam hal yang bagaimana aku keliru? Ting toako, jika kau memahami kehidupan dan riwayatku dulu"
"Aku tak perlu memahami, tapi aku tahu kalau kau keliru, bahkan kekeliruanmu itu sudah amat kelewat batas, cinta hanya ada satu, tidak dibedakan pada manusia biasa atau manusia luar biasa, orang biasa atau manusia luar biasa hanya mempunyai suatu perasaan cinta yang sama, kau tak bisa mendapatkannya bukan karena orang-orang itu tidak mudah memberikan cinta yang sesungguhnya kepadamu."
"Mengapa? Apakah syarat-syarat yang kumiliki tidak cukup?"
"Tidak, syaratmu sudah cukup, kau cantik, pintar, kaya bahkan berasal dari suatu keluarga persilatan yang termashur, hanya persoalannya semuanya itu cuma bisa mendatangkan cinta yang palsu, bujuk rayu yang kosong dan tak mungkin bisa memperoleh cinta yang murni."
"Lantas syarat apa yang kubutuhkan agar bisa memperoleh cinta yang murni?"
"Tiada syarat tertentu untuk mendapatkan cinta yang murni, bila kau tak dapat melepaskan syarat-syarat tersebut maka sepanjang hidup kau tak akan memperoleh cinta yang murni, disamping itu cinta yang murni hanya bisa diperoleh bila kaupun menukarnya dengan cinta yang murni juga, bila kau sendiri tak mau membayar dengan cinta yang murni, bagaimana mungkin bisa mengharapkan orang lain memberikan cintanya yang murni kepadamu?"
Untuk sesaat Cia Siau giok menjadi tertegun, ucapan tersebut beum pernah didengar sebelumnya, dia tak pernah berpikir sampai kesitu.
"Ayah seorang yang amat memandang tinggi soal cinta, pada hakekatnya dimana pun dia menyebar cintanya, akibatnya perempuan-perempuan itu ada yang membencinya sampai merasuk ketulang sum-sum, apa yang rela menerima penderitaan tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ada pula yang menuntutnya habis-habisan tapi terlepas dari mereka yang membenci atau mencintai, yang dia peroleh semuanya adalah cinta yang murni sebab dia sendiripun membayar kesemuanya itu dengan cintanya yang murnipula dan disinilah terletak kebesarannya"
"Bukankah kau mengatakan cinta yang murni hanya ada satu? Bagaimana mungkin ia bisa mencintai perempuan sebanyak itu?"
"Meskipun cinta yang murni hanya satu bukan berarti hanya bisa dipersembahkan kepada seorang saja, ada sementara orang yang memiliki jiwa yang besar, terhadap setiap perempuan yang mencintainya, dia selalu membayar dengan cintanya yang murni pula, entah orang itu adalah bidadari dari kahyangan atau perempuan miskin dari lorong sempit, dia memandang mereka sebagai perempuan yang sama, cinta yang mereka terima pun cinta yang sama pula, dia tidak membedakan antara yang biasa dengan luar biasa"
"Yang beginikah yang disebut hebat?"
"Benar, berbicara soal ayahmu, dia sejak lahir sudah merupakan manucia luar biasa, tapi dia tidak mempunyai perasaan kalau dia ini luar biasa, ia toh bisa juga mempersembahkan cintanya yang murni untuk perempuan-perempuan yang biasa"
Cia Siau giok termenung berapa saat, selang berapa waktu kemudian dia baru bertanya: "Ting toako, kalau kau sendiri, termasuk manusia macam apakah dirimu ini?"
Ting Peng menghela napas panjang. "Aaaai, terus terang saja, aku tidak memiliki kebesaran jiwa seperti apa yang dimiliki ayahmu, tak bisa mencintai setiap perempuan yang mencintai diriku, istriku adalah seorang manusia yang luar biasa, cinta yang dia berikan kepadaku sudah terlampau banyak, terlampau murni dan berlebihan, sehingga sukar bagi diriku untuk menerima cinta yang diberikan seorang gadis biasa kepada diriku, kendatipun cinta yang diberikan gadis biasa itu kepadaku adalah cinta yang amat murni"
"Kalau begitu, apakah ayahku bisa menjadi demikian karena cinta yang diberikan gadis-gadis tersebut kepadanya kurang banyak murni dan kurang mencukupi kebutuham perasaannya? Atau karena ada sesuatu alasan yang lain?"
"Tidak! Justru cinta yang dia terima dari cinta gadis-gadis itu kelewat banyak, sedemikian banyak dan berlimpahnya sampai dia sendiripun tak sanggup menerima kesemuanya, sedemikian banyaknya sampai dia tak mampu untuk membalasnya satu persatu, itulah sebabnya dia pun hanya bisa membalas cinta yang bisa dia terima dan dia bisa rasakan..."
"Ting toako, aku belum dapat memahami arti dari perkataanmu ini...?" seru Cia Siau giok kemudian.
"Aku rasa kau tak akan mengerti, sebab kau sendiripun masih belum bisa menentukan kepada siapakah cintamu yang murni itu harus kau berikan...?"
"Seandainya aku bilang aku telah menaruh cinta yang murni kepadamu, dapatkah kau mempercayainya?"
"Bila kau telah mengatakannya keluar, tentu saja aku tak akan percaya, cinta yang murni bukan hanya diucapkan dibibir saja, melainkan harus ditujukan dalam kenyataan, kenyataan yang didorong oleh suara hati yang murni"
Dia mengenakan pakaiannya siap berlalu. Cia Siau giok tidak menahannya, karena dia mengerti apa pun yang dia katakan sekarang tak mungkin bisa menahannya untuk tetap tinggal disitu. Walaupun ia telah mendapatkan lelaki ini, namun ia justru menemukan kalau jarak mereka sesungguhnya terpaut makin jauh.
TING PENG telah duduk kembali dalam keretanya, Siau hiang masih tetap berbaring diatas lututnya, sedang Ah ku menjalankan keretanya tanpa tujuan. Berhubung Ting Peng sewaktu naik kereta tadi hanya memberitahukan demikian kepada Ah ku:
"Terserah kemana pun akan pergi!"
"Terserah" berarti kemana pun boleh, asal bukan menuju kerumah. Tentu saja "terserah" bisa berarti" pula pulang ke rumah, tapi jika Ting Peng hendak pulang, dia akan mengatakan secara langsung dan terus terang.
Maka Ah ku menjalankan keretanya tanpa tujuan, tapi bukan menuju pulang. Ah ku tidak pandai berbicara tapi dapat memahami apa yang dimaksudkan orang, justru karena dia tak pandai berbicara, dia baru mengerti apa yang tidak diucapkan orang lain kepadanya. Maka Ah Ku menjalankan keretanya hanya berputar-putar disekitar tempat itu.
Tangan Ting Peng masih saja membelai rambut Siau hiang, cuma tangannya sudah makin bergerak turun, dari kepala ini berpindah ke atas tengkuknya. Tengkuk gadis itu lembut halus, bersih dan menyenangkan, siapa saja yang membelai tengkuk tersebut pasti tak akan tega untuk membelai keras-keras, tapi Ting Peng seperti terkesima, dia mulai membelai keras-keras.
Pada mulanya Siau Hiang masih bisa menahan diri, tapi sampai akhirnya dia benar-benar tak tahan sehingga teriaknya: "Kongcu, dapatkah kau berlaku lebih lembut?"
Suaranya amat memelas, yaa bila seorang nona cantik yang melakukan suatu gerakan maka gerakan apapun akan nampak menyenangkan, tapi Ting Peng tertawa terbahak-bahak.
"Kongcu, apa yang membuatmu kegelian?" Siau hiang bertanya dengan wajah tercengang.
Ting Peng masih terus tertawa. "Aku masih mengira kau sudah tidak berperasaan lagi, rupanya kau pun masih tahu sakit!"
"Selama ini budak selalu bersikap normal, adalah kongcu sendiri yang nampaknya gugup dan tidak tenang."
"Tadi kau anggap aku sengaja membuatmu sakit hanya disebabkan oleh suatu tindakan khilaf?"
"Memangnya bukan?"
Sambil tersenyum Ting Peng menggelengkan kepalanya berulang kali. "Tentu saja bukan!"
"Kalau begitu kongcu sengaja berbuat begitu?"
"Benar!"
"Didalam hal apakah budak telah menyalahi kongcu?" tanya Siau hiang dengan gugup.
"Kau sedang menggerutuku didalam hati!"
Siau hiang menjadi tertegun, selang berapa saat kemudian ia baru berkata lagi: "Kongcu, masa kau sampai menembusi hatiku?"
"Apakah kau tidak percaya?"
"Tentu saja tidak percaya!"
"Dalam hati kau sedang menggerutu kepadaku sebagai lelaki yang tak tahu budi, gara-gara Cia Siau giok aku telah melupakan Cing cing dengan begitu saja!"
"Budak tak berani berpendapat demikian, dalam kenyataan kongcu mempunyai perasaan cinta yang amat dalam terhadap nona, bahkan selalu memikirkannya."
Ting Peng segera tertawa. "Kalau memang begitu, mengapa sejak naik ke dalam kereta kau selalu saja bermuram durja, seakan-akan ada sesuatu persoalan yang mengganjal dalam hatimu!"
Siau hiang berpikir sebentar, kemudian baru menjawab: "Budak sedang kuatir!"
"Apa yang kau kuatirkan...?"
"Kuatir kongcu tidak kembali ke kota Hang ciu!"
Kembali Ting Peng tertawa. "Rumahku berada di kota Hang ciu, tentu saja aku harus pulang ke situ."
"Tapi nampaknya kongcu seperti belum berniat untuk pulang ke rumah...."
"Benar, urusanku diluar memang belum selesai."
"Agaknya kongcu seperti ada rencana untuk balik lagi ke perkampungan Sin kiam san ceng?" Siau hiang berkata lagi.
Ting Peng tertawa. "Perkampungan Sin kiam san ceng bukan rumahku, tak bisa dikatakan kalau aku pulang ke situ, lebih cocok untuk dikatakan sebagai suara kunjungan."
"Kongcu bermaksud akan melakukan kunjungan lagi?"
"Benar, kalau diluar sana tiada suatu kejadian yang lebih segar, setelah berputar-putar kita harus berkunjung sekali lagi ke situ."
"Nona Cia memang seorang gadis yang cantik dan amat menawan hati!"
"Ucapanmu memang tepat sekali" ujar Ting Peng sambil tertawa, "cuma tidak bisa dibilang suatu penemuan baru, sebelum kau, paling tidak sudah ada selaksa orang yang berkata demikian!"
"Tapi ke selaksa orang itu tak bakal bicara dengan maksud dan perasaan seperti aku sekarang!"
Ting Peng tidak bertanya apakah maksudnya dan bagaimanakah perasaannya, dia seperti telah memahami akan hal tersebut, tanyanya sambil tertawa: "Hanya dikarenakan aku hendak kembali lagi ke perkampungan Sin kiam san ceng, maka kau berpendapat demikian?"
"Benar, karena kau sudah tidak mempunyai alasan untuk harus pergi ke sana"
Kembali Ting Peng tertawa: "Siau hiang, kau tidak bisa dianggap seorang gadis yang amat cerdik, Cing Cing suruh kau mendampingi ku karena dia mengharapkan kau selalu menegurku dan memperingatkan kepadaku tentang segala macam tipu muslihat dalam dunia parsilatan, daripada aku menderita kerugian di tangan mereka."
"Aku tahu tugas ini terlalu berat" seru Siau hiang cepat, "apalagi cara kerjaku kurang baik, tapi aku telah mengerahkan segenap kemampuan yang kumiliki, oleh sebab itulah aku berharap kongcu jangan berkunjung lagi ke situ!"
"Kau anggap perkampungan Sin kiam san ceng penuh dengan tipu muslihat...?"
"Bahkan orang yang paling bodoh pun dapat melihat akan hal ini, seluruh perkampungan Sin kiam san ceng penuh dengan tipu muslihat, bahkan Cia Siau giok itu sendiri juga rada ada persoalan, aku sangat curiga kalau dia bukan putri Cia tayhiap!"
"Dia tak mungkin ada persoalan!"
Siau hiang seperti hendak mengucapkan sesuatu lagi, niat tersebut kemudian diurungkan, sudah jelas dia tak setuju dengan perkataan tersebut.
Kembali Ting Peng melanjutkan: "Kecuali she Cia, dia dengan pihak Sin kiam san ceng seakan-akan sama sekali tidak mempunyai persamaan apa-apa, tingkah lakunya juga tidak mirip dengan perilaku orang-orang keluarga Cia, tapi tak bisa di sangkal lagi dia benar-benar adalah putrinya Cia Siau hong!"
"Putri dari Cia tayhiap, belum tentu mesti seorang yang baik" kata Siau hiang cepat.
Ting Peng segera tergelak. "Cia Siau hong sendiripun belum tentu terhitung seorang malaikat yang suci bersih, apa lagi putrinya"
"Tapi kongcu mengatakan dia tak bakal ada persoalan!" kata Siau hiang sambil mencibirkan bibirnya.
"Tentu saja dia tak bakal ada persoalan! Karena dia adalah putri Cia Siau hong, kalau dia ada persoalan berarti Cia siau hong juga ada persoalan, paling tidak bukan kita yang harus menyelesaikan persoalannya itu..."
"Dapatkah Cia tayhiap untuk menyelesaikannya?"
"Aku rasa sudah pasti bisa, bagaimana pun juga Cia Siau hong tetap adalah Cia Siau hong!"
Tapi Siau hiang tidak setuju dengan pandangan tersebut, katanya dengan cepat. "Mengapa dia tidak segera melakukan suatu panyelesaian?"
Ting Peng tertawa. "Jadi kau menganggap ditubuh Cia Siau giok ada persoalan?" tanyanya kemudian.
"Tentu saja, dia adalah penyaruan dari Giok Bu sia, pemimpin dari Lian im cap si sat seng, disinilah letak persoalannya"
"Tapi persoalan itu toh sudah selesai, Lian im cap si sat seng telah punah, Giok Bu sia juga sudah tiada wujudnya lagi!"
"Tapi ditubuhnya masih tetap ada persoalan, menurut pandanganku, seluruh perkampungan Sin kiam san ceng ada persoalannya semua!"
"Setengah harian sudah kau berbicara, hanya sepatah kata ini saja yang paling pintar" puji Ting Peng tiba-tiba sambil tertawa"
Siau hiang membelalakkan matanya lebar-lebar sambil bertanya: "Jadi kongcu pun sudah tahu kalau perkampungan Sin kiam san ceng ada sesuatu yang tak beres?"
Ting Peng tertawa tergelak. "Aku toh bukan orang yang paling bodoh!"
Siau hiang turut tertawa pula. "Aku malah mengira kongcu telah terpikat oleh Cia Siau giok."
"Kau toh sudah mengetahui lakuku?" Ting Peng berkata sambil tersenyum.
Siau hiang manggut-manggut. "Yaa, benar!"
Ting Peng tidak tertawa lagi, dengan wajah berubah amat serius dia berkata lebih jauh: "Aku sudah pernah terpikat satu kali oleh perempuan, pernah tertipu satu kali"
"Di dalam peristiwa tersebut kongcu tak bisa disalahkan, sebab Liu Yok siong sekalian yang telah mengatur semua rencananya dengan amat teliti dan sempurna, sedangkan kongcu hanya seorang pemuda ingusan yang baru terjun ke dalam dunia persilatan"
"Bagaimanapun juga, toh tetap tertipu" kata Ting Peng sambil menggeleng, "pertama kali aku tertipu karena dibodohi orang, kalau kedua kalinya sampai tertipu lagi maka akulah yang bodoh, padahal aku bukan orang bodoh"
"Mengapa kongcu hendak mengunjungi perkampungan Sin kiam san ceng lagi...?"
"Cia Siau giok telah merubah perkampungan Sin kiam san ceng menjadi lebih bergaya dan lebih berwibawa!"
"Orang yang paling termashur dalam perkampungan Sin kiam san ceng adalah Cia Siau hong, tapi sewaktu Cia Siau hong masih menjadi majikan, belum pernah dia memperlihatkan gaya semacam ini"
"Hal tersebut dikarenakan dia jarang berada di rumah, lagi pula tidak terlalu suka akan segala yang berlebihan"
"Tentu saja dia pun bukan seseorang yang punya uang banyak" sambung Ting Peng sambil tertawa.
"Tentu saja bukan, dia telah mengasingkan diri sekian waktu, sewaktu masih bekerja dulu masih bisa untung beberapa tail perak, kemudian sering dia tak beruang, untung saja dia kelewat ternama sehingga ke mana pun dia tak perlu menggunakan uang, oleh sebab itu diapun tak pernah berpikir untuk mengejar uang, tentu saja dari perkampungan Sin kiam san ceng sendiri masih ada sedikit pemasukan, tapi jumlahnya tidak banyak, hanya cukup untuk menghidupi beberapa orang pembantu dalam gedung tersebut."
Tak tahan Ting Peng menghela napas. "Itulah, sebabnya uang yang ada didalam perkampungan Sin kiam san ceng sekarang bukan uang dari keluarga Cia sendiri!" katanya.
"Yang aneh adalah orang persilatan tak seorang pun yang menaruh curiga terhadap persoalan ini, semua orang terlampau menaruh hormat kepada Cia tayhiap, terhadap perkampungan Sin kiam san ceng juga di anggap sebagai tempat suci, oleh sebab itu mereka semua beranggapan perkampungan dalam bentuk sekarang barulah bentuk Sin kiam san ceng yang paling pantas, jika dahulu mereka pernah berkunjung ke Sin kiam san Ceng, mungkin mereka malah tidak akan percaya dibuatnya."
Sambil tertawa Ting Peng bertanya: "Pengetahuan begitu luas, tahukah kau dari mana datangnya uang dalam perkampungan Sin kiam san ceng? Mengapa bisa begitu mewah dan hidup berkelebihan?"
"Aku tidak tahu, tapi sejak nona Cia datang kesitu, keadaan Sin kiam san ceng memang sama sekali berubah, cuma nona Cia tidak membawa uang sepeserpun sewaktu datang ke situ!"
"Lantas dari manakah datangnya uang dalam perkampungan Sin kiam san ceng itu?" Pertanyaan ini bukan saja tak ada yang menanyakan, mungkin juga tiada orang yang dapat menjawab.
"Seandainya persoalan ini kutanyakan kepada Cia Siau giok, dapatkah ia memberi jawaban kepadaku?"
"Kebanyakan bisa," sahut Siau hiang sambil tertawa, "cuma jawaban yang dia berikan itu meski kedengarannya amat masuk diakal belum tentu merupakan kenyataan!"
"Bagaimana caranya untuk mendapatkan jawaban yang sebenarnya?"
"Terpaksa harus dicari sendiri!"
"Ke mana untuk mencarinya?"
"Tentu saja ke perkampungan Sin kiam san ceng!"
"Sekarang kau masih ingin bertanya apa kepadaku?"
"Tidak ada, budak hanya tahu apa sebabnya kongcu kembali ke situ lagi, dan kini hatiku sudah lega"
Dia lantas melongokkan kepalanya sambil memberi tanda kepada Ah ku, kereta di putar balik dan arahnya menuju ke perkampungan Sin kiam san ceng, sementara sekulum senyuman menghiasi wajah gadis itu, senyum yang nampak manis sekali.
Kereta kuda itu telah balik ke dermaga tempat penyeberangan perkampungan Sin kiam san ceng, kini mereka sedang menunggu datangnya perahu penyeberangan tersebut, lama kemudian perahu penyeberang itu baru muncul, ternyata yang turun dari perahu adalah Cia sianseng.
Begitu turun dari perahu, dia lantas menjura ke arah kereta seraya berkata: "Maaf Ting tayhiap, kami tidak tahu kalau kau telah berkunjung kembali ke perkampungan kami sehingga datang agak terlambat!"
Siau hiang melongokkan kepalanya dan menyahut sambil tertawa: "Aaaah, tidak menjadi soal, adalah kedatangan kami yang terlalu mendadak, harap Cia sianseng tak usah sungkan-sungkan!"
Ah-ku telah menjalankan keretanya naik keatas perahu, perahu pun melesat ke tengah sungai. Siau hiang hanya berdiri terus disamping kereta, ia tidak masuk kembali kedalam keretanya.
Cia sianseng segera mendekat sambil berkata: "Kedatangan Ting tayhiap kali ini entah disebabkan persoalan apa?"
"Sianseng sedang bertanya kepadaku? Ataukah sedang bertanya kepada Kongcu kami?"
Cia sianseng memandang kereta itu sekejap, kemudian baru menjawab. "Semuanya boleh, apakah ada perbedaannya?"
"Perbedaannya jauh sekali, kalau sianseng sedang bertanya kepadaku maka aku akan segera menjawab pertanyaan sianseng, sebaliknya kalau sianseng sedang bertanya kepada kongcu kami, maka aku tak bisa mewakilinya untuk menjawab, kongcu selamanya amat membedakan antara tingkatan majikan dan tingkatan pembantu!"
Tanpa disadari Cia sianseng sudah terbentur pada batunya oleh perkataan tersebut, paras mukanya segera berubah hebat. Akan tetapi teringat kembali musibah yang pernah dialaminya berapa waktu berlangsung di depan pintu perkampungannya, dia tak berani mengumbar amarahnya dengan begitu saja, terpaksa dia berkata:
"Kalau begitu, aku bertanya kepada nona saja"
"Aku tidak tahu" sahut Siau hiang tertawa.
Hampir saja Cia sianseng dibuat muntah darah saking gusarnya, dengan memaksakan diri dia telah berusaha untuk menurunkan derajat sendiri, menjadi seorang bawahan dengan harapan dia bisa mengajak Siau hiang berbicara dan mengorek keterangan darinya, siapa tahu yang diperoleh hanya jawaban seperti itu saja.
Tampak Siau hiang tertawa cekikikan, kemudian berkata lebih jauh: "Harap Cia sianseng jangan marah, aku benar-benar tidak mengetahui, sebab apa yang hendak kongcu kami lalukan, selamanya tak pernah dirundingkan dahulu dengan kami sebagai orang bawahan!"
Ketika gadis itu menyaksikan Cia sianseng hendak berbicara, dengan cepat dia menyerobot lebih dulu: "Bila kau ingin bertanya kepada kongcu kami, maka kuanjurkan kepadamu ada baiknya tak usah mencari penyakit buat diri sendiri, selamanya kongcu kami tak pernah akan berbicara sembarangan terhadap orang bawahan seperti kita ini!."
Paras muka Cia sianseng benar-benar berubah menjadi sangat tak sedap dipandang tiba-tiba dia membentak keras: "Aku orang she Cia adalah Congkoan dari perkampungan Sin kiam san ceng, bukan orang bawahan"
Kembali Siau hiang tertawa. "Congkoan dari rumah kami adalah Liu Yok siong, dahulu diapun seorang jago persilatan yang mempunyai nama amat besar tapi sejak berada dirumah kami, dia toh tetap terhitung seorang bawahan, apakah bedanya dengan kau?"
"Itu dirumahmu!" teriak Cia sianseng makin gusar, "congkoan dari perkampungan Sin kiam san ceng tak bisa dibandingkan dengan rumah kalian, kedudukan aku orang she Cia dalam dunia persilatan juga tak bisa dibandingkan dengan Liu Yok siong"
"Apakah Congkoan dari perkampungan Sin kiam san ceng mempunyai suatu ke istimewaan lain?" tanya Siau hiang tertawa, apa kedudukan sianseng sudah setaraf dengan kedudukan dari Siau hong tayhiap?"
"Itu sih belum!"
"Kalau begitu kau sudah setaraf dengan kedudukan nona Siau giok..."
"Juu.... juga belum."
Kontan saja Siau hiang tertawa dingin. "Kongcu kami telah berkata, dewasa ini dalam perkampungan Sin kiam san ceng hanya ada dua orang yang bisa disebut sebagai majikan, yang satu adalah Cia tayhiap sedangkan yang lain adalah nona Siau giok, kini Sianseng bukan apa-apa, kalau bukan bawahan namanya lantas apa?"
Sebetulnya Cia sianseng tak perlu meributkan persoalan kecil semacam itu, akan tetapi api amarahnya pada hari ini nampaknya sedikit kelewat besar, dia segera tertawa dingin setelah mendengar ucapan mana.
"Tapi, Ting kongcu kalian toh pernah menyebut diri sebagai boanpwe sewaktu berada diruman Liu Yok siong dulu?"
"Cia sianseng" ucap Siau hiang tersenyum: "setelah kau menyinggung kembali persoalan ini aku baru mengerti apa sebabnya kongcu kami telah menganggap kau sebagai seorang bawahan, dia bilang kau tidak punya bakat untuk menjadi seorang cianpwe, dengan tulus hati dia menghormati kalian sebagai cianpwe, mengharapkan keadilan dan kebenaran kalian dalam menghadapi persoalan, tapi kalian hanya bisa membanggakan diri dengan kedudukan yang diperoleh, bekerja sama untuk menekan dia."
"Tapi saat ini tak bisa salahkan kami, adalah ilmu menipu yang dimiliki Liu Yok siong kelewat tinggi, siapa yang akan menduga kalau dia bakal mengumpankan bini sendiri untuk melakukan perbuatan semacam itu?"
"Dalam sepanjang hidupnya, entah berapa banyak kesulitan yang pernah dialami majikan kalian Cia tayhiap, tapi dia belum pernah tertipu satu kalipun, kini sianseng sebagai seorang congkoan dari perkampungan Sin Kiam san ceng, tentunya pasti bermata dan telinga tajam, berotak pintar bukan, tapi kenyataannya manusia macam apakah bini Liu Yok siong tak mau diketahui, bahkan manusia macam apakah Liu Yok siong pribadi, kau juga tak tahu"
"Urusan yang harus diselesaikan oleh perkampunnan Sin kiam san ceng amat banyak" teriak Cia sianseng keras-keras, siapa yang masih punya waktu untuk mengurusi masalah tetek bengek tentang mereka berdua?"
Siau hiang kembali tertawa. "Apa yang sianseng ucapkan memang benar, kalau toh sianseng tidak sudi bergaul dengan manusia-manusia semacam itu, mengapa pula kau harus pergi ke situ untuk menonton keramaian? Apalagi menjadi seorang saksi untuk peristiwa semacam itu, padahal kebenaran dunia persilatan digantungkan pada kesaksian kalian saja, kau hendak menjadikan dunia persilatan menjadi apa?"
Oleh dampratan yang pedas tersebut, Cia sianseng benar-benar dibikin terbungkam, sepasang matanya melotot besar dan mulutnya melongo, untuk beberapa saat lamanya dia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Setelah tertawa lebar, Siau Hiang berkata lagi: "Cia sianseng waktu itu, andaikata Cia tayhiap yang hadir diarena kejadian, aku percaya dia tak akan dikibuli Liu Yok siong dengan begitu saja"
"Aaaah, belum tentu, majikan kami...."
"Cia tayhiap memang tak akan lebih pintar sedikit dari pada dirimu" Siau hiang cepat. "tapi yang pasti dia jauh lebih pintar dari padamu, sekalipun dia berhadapan dengan seorang yang tidak begitu dikenal dan tidak memiliki persahabatan yang akrab, terhadap pekerjaan yaag belum tahu seluk beluknya dia tak akan mencampurinya. itulah sebabnya mengapa ia mendapat sebutan sebagai tayhiap. Sedang kau cuma congkoan dan dia adalah cengcu, itulah sebabnya kukatakan kau adalah seorang bawahan, sebab tiada bawahan yang bisa lebih pintar daripada majikannya"
Tangan Cia sianseng sudah diangkat ke tengah udara, namun belum sempat diayunkan ke bawah.. Sebab pada waktu itu perahu telah merapat dengan pantai....
"Sudahlah, toh kau sudah melepaskan diri dari mereka, kecuali aku, mungkin tiada orang lagi yang tahu kau pernah menjadi Giok Bu sia, mulai sekarang aku hanya berharap kau bisa baik-baik menjadi Cia siocia mu itu!"
"Tidak, masih ada seorang lagi yang tahu"
"Siapa?"
"Liu Yok siong, waktu aku hendak meninggalkan perkampungan Lian im san ceng rahasia ini telah diketahui olehnya."
"Waaah, orang itu memang benar-benar memiliki kemampuan yang luar biasa, tak nyana dia pun dapat mencari sampai ketempat tinggalmu" ujar Ting Peng sambil tertawa.
"Dia adalah seorang manusia yang sangat berbahaya, ketika kuculik istrimu dan menyuruh kau membunuhnya, waktu itu aku tak punya alasan lain kecuali kurasakan bahwa kehadiran orang itu disisimu tak mungkin akan mendatangkan kebaikan apa-apa, aku tidak mengerti apa sebabnya kau tidak membunuhnya?"
Kembali Ting Peng tertawa....
---- Halaman 5 s/d 18 hilang ----
....Cia Siau giok tertawa. "Ting toako, kau pernah berjumpa dengan ayahku, pernah pula bertanya sendiri kepadanya, apakah aku adalah putrinya atau bukan, dia toh tak pernah menyangkalnya bukan?"
"Benar, dia nemang tak pernah manyangkal."
"Tapi dia belum pernah memberitahukan kepadamu, Ibuku itu seorang perempuan macam apa?"
"Benar, dia tak pernah mengatakan tentang soal tersebut."
Sekali lagi Cia Siau giok tertawa. "Jikalau ibuku adalah seorang yang pantas dihormati, seandainya mereka menikah secara terang-terangan, dia pasti akan memberitahukan kesemuanya itu kepadamu."
Terpaksa Ting Peng harus manggut-manggut, dia tak dapat menyangkal ucapan tersebut.
"Kalau toh dia malu menyebut tentang ibuku, tidak sudi memberi tahukan hal tersebut kepadamu, seharusnya kah kuberitahukan hal ini kepada dirimu?"
Pernyataan tersebut segera membuat Ting Peng menjadi rikuh sendiri, dia seperti lagi menyelidiki rahasia pribadi orang lain saja, sehingga tanpa terasa wajahnya berubah menjadi merah.
Sambil tertawa kembali Cia Siau giok berkata: "Mungkin aku tidak termasuk perempuan yang tahu aturan, tapi aku pun tidak bergaul asal bergaul, paling tidak aku selalu menggoda kaum pria tapi tidak membiarkan kaum pria menggodaku, kuakui aku memang ingin sekali menarik perhatianmu, maka aku selalu mengodamu, tapi aku rasa hal ini bukan sesuatu yang memalukan, aku tahu perempuan dalam dunia persilatan dewasa ini yang bersedia mempersembahkan tubuhnya kepadamu banyak sekali, asal kau manggutkan kepala, rasanya hampir setiap orang gadis mencoba bermesrahan denganmu"
Bila lelaki yang mendengar perkataan tersebut, mereka tentu akan merasa bangga dan gembira, tapi Ting Peng bukan lelaki sembarangan, ia tidak terpengaruh oleh ucapan tersebut, tapi ia tak dapat menyangkal dia memang senang mendengar perkataan semacam itu, paling tidak ia tak merasa jemu.
Untuk sesaat kedua orang itu sama-sama membungkam dalam seribu bahasa, lama kemudian Cia Siau giok baru berkata sambil tertawa:
"Aku sudah mencoba dengan banyak cara tapi aku selalu gagal, aku dapat merasakan kau bukannya seorang lelaki yang tak suka perempuan tapi kau kelewat mencintai istrimu sehingga daya tarikmu terhadap perempuan lain menjadi berkurang, itulah sebabnya aku jadi ingin sekali mengetahui macam apakah istrimu itu, benarkah dia seperti bidadari yang baru turun dari kahyangan"
"Maka kau lantas menculik Cing cing?"
"Yaa, inilah alasan yang terutama, tentu saja usahaku untuk melepaskan diri dari Lian im cap si sat juga merupakan salah satu alasan hingga kupancing kedatanganmu disitu"
"Apa yang berhasil kau temukan"
Cia Siau giok tertawa. "Kutemukan kalau istrimu memang seorang perempuan yang sangat menawan hati, aku memang tak mampu untuk melebihi dirinya, karena itu akupun lantas mengurungkan niatku untuk mencoba merampasmu dari dalam pelukannya"
Ting Peng tertawa.
"Hei, rupanya kau tidak percaya?" tegur Cia Siau giok.
"Ucapanmu memang enak didengar, sekali pun dalam hatiku tak percaya, namun diluar toh aku tetap berharap bisa mendengarkan semacam itu banyak lagi"
"Sekarang kau toh sudah tahu kalau tahi lalat ditubuhku itu hanya tempetan belaka, jika aku ingin berbuat secara sembunyi-sembunyi dan takut di ketahui orang, tak nanti akan kuperlihatkan tahi lalat tersebut dihadapan enso."
Dalam hal ini Ting Peng tak dapat membantah, dia memang tak perlu berbuat demikian.
"Justru karena aku memberitahukan kepadamu manusia macam apakah Giok Bu sia tersebut, maka aku baru berbuat demikian, agar kau lebih mudah menemukan diriku, walaupun aku tak ingin orang lain juga tahu kalau aku adalah Giok Bu sia, akan tetapi aku tak ingin mengelabuhi dirimu."
Ting Peng segera terjerumus dalam lamunannya, dia sedang mempertimbangkan benar salahnya ucapan tersebut.
Kembali Cu Siau giok berkata: "Sekarang aku telah membuang tahi lalat ditubuhku, tapi suruh pelayan-pelayanku memakai tahi lalat tersebut, hal ini kulakukan hanya bertujuan untuk menunjukkan kepadamu kalau aku bersungguh hati untuk mengungkapkan kesemuanya ini, aku tidak bermaksud mengatur segala sesuatunya itu hanya untuk membongongi dirimu saja."
Akhirnya Ting Peng menghela napas panjang. "Baiklah, sekarang kau sudah menerangkan segala sesuatunya, akupun telah melepaskan niatku untuk membunuhmu, diantara kita berdua rasanya sudah tak ada urusan lagi bukan?"
"Tidak bisa", seru Cia Siau giok sambil tertawa, "aku masih membutuhkan bantuanmu, sekarang keadaanku sangat berbahaya, kemarin kau datang kemari dan aku tak berani menjumpaimu, karena baru saja aku menerima sepucuk surat peringatan yang bernada ancaman, katanya Gin liong tianglo dari Mo kau hendak datang mencariku"
"Aku telah bertemu dengannya"
"Aku tahu, dia datang kemari untuk menuntutkan keadilan bagi Thi yan siang hui akhirnya bertemu dengan kau ditengah jalan bahkan kemudian tewas diujung golok mu, Ting toako, setelah membunuh Gin liong tianglo, kau akan semakin tersohor"
Ting Peng tertawa hambar. "Aku tidak merasa amat gembira, sebab bagaimanapun juga aku masih belum bisa menandingi ayahmu"
"Tapi ayahku sudah tidak mencampuri urusan keduniawian lagi"
"Disini letak kehebatan ayahmu dibandingkan aku, dia sudah sukses dan ternama, sekarang tinggal berpesiar dan hidup bahagia, tak ada orang yang akan mencari gara-gara lagi dengannya, dia seakan sudah melompat keluar dari lingkaran dunia persilatan, sedang aku? Kesulitan-kesulitan sedang mulai datang mencariku!"
"Itu pun bukan masalah, ilmu silatmu sekarang sudah tak selisih banyak dari ayahku, asal membunuh beberapa orang lagi, tentu kesulitan tersebut akan mereda dengan sendirinya"
"Persoalannya justru aku sudah tak dapat menemukan orang yang bisa kubunuh lagi" kata Ting Peng sambil tertawa hambar, "empat tianglo dari Mo-kau boleh dibilang merupakan manusia-manusia yang disegani setiap orang, tapi kenyataannya Thi-yan mau pun Gin liong telah roboh binasa hanya dalam sekali bacokan saja, aku pun tak tahu baiknya membunuh siapa lagi sekarang, Siau giok, dapatkah kau mencarikan beberapa orang untukku...?"
"Ting toako, lagi-lagi kau mengajakku bergurau, bagaimana mungkin aku bisa mencarikan orang untuk kau bunuh?"
"Karena kau bilang asal membunuh beberapa orang lagi maka kesulitan akan hilang dengan sendirinya."
"Maksudku, asal kau dapat membunuh beberapa orang yang lihay lagi, maka tak akan ada orang yang berani datang mencari gara-gara lagi denganmu...."
"Aku mengerti, tapi kau justru tidak tahu masih ada manusia macam apa lagi didunia ini yang pantas kubunuh!"
Cia Siau giok berpikir sebentar, kemudian sahutnya: "Gin liong, Thi yan tak mampu menahan sebuah bacokan mu, dewasa ini dalam dunia persilatan memang sukar untuk dicarikan sasaran yang tepat bagimu untuk melatih ilmu golokmu itu, cuma aku toh dapat menemukan tiga orang lainnya, cuma ke tiga orang ini tidak gampang untuk dibunuh"
"Tak ada salahnya untuk kau sebutkan, aku bisa mencoba mereka semua..."
Cia Siau giok segera tertawa. "Orang pertama tentu saja ayahku, sekarang sudah ada orang yang membandingkan golokmu sama hebatnya dengan pedangnya, jika kau berhasil membunuhnya maka di kolong langit hanya golokmu saja yang paling hebat, siapapun tak akan berani datang mencari gara-gara lagi denganmu"
"Siau giok, kau bukan lagi bergurau" seru Ting Peng agak tercengang dan tidak habis mengerti.
"Tidak, walaupun dia adalah ayahku, tapi tak pernah mendidikku, juga tak pernah memelihara aku, diapun mau mengakui diriku karena terpaksa, dia tak pernah menyayangi aku, diantara kita boleh dibilang hambar sekali hubungannya, jika kalian berdua harus bertarung, aku lebih suka mendoakan kau yang menang dari pada mendoakan dia"
"Mengapa?"
"Sebab paling tidak kau lebih erat hubungannya denganku, daripada hubungannya dengan diriku"
Ucapan tersebut diutarakan cukup berterus terang membuat Ting Peng tak dapat membantah.
Setelah menghela napas, Cia Siau giok berkata lagi. "Walaupun demikian, namun aku tahu kalau kalian berdua tak bakal bertarung sendiri, sekalipun bukan bersahabat namun kalian adalah dua orang musuh yang saling menghormati lawannya, mungkin saja suatu ketika kalian akan bersua juga. Tapi kau tak akan membunuhnya dan dia pun tak akan membunuh mu!"
"Tampaknya kau sangat memahami keadaan kami berdua?"
"Bagaimanapun jua aku adalah putrinya Cia Siau hong, sekalipun tak dapat mewariskan ilmu pedang saktinya, namun aku toh cukup memahami manusia macam apakah bapakku itu!"
Ting Peng tak dapat menyangkal ucapannya itu dan hanya membungkam diri dalam seribu bahasa.
"Sedang tentang kau, walaupun pengertianku terhadapmu masih cetek, namun toh jauh lebih dalam bila dibandingkan orang lain" lanjut Cia Siau giok lebih jauh, "kau adalah manusia sejenis dengan ayahku, itulah sebabnya aku baru menyinggung tentang persoalan ini, akupun tahu kalau hal ini tak mungkin terjadi, kalau tidak, bukankah aku akan menjadi seorang manusia yang paling berdosa, seorang anak tak berbakti yang menganjurkan orang lain untuk membunuh ayah sendiri."
Ting Peng segera tertawa. "Coba kau katakan orang yang kedua, siapakah dia?"
"Orang kedua adalah binimu sendiri!"
"Siau giok, kau belum gila?"
Cia Siau giok tertawa. "Aku belum gila, kaupun belum gila, enso adalah perempuan paling baik dan paling pintar di dunia ini, bila kau membunuhnya hal ini membuktikan kalau kau sudah gila, demikian gilanya hingga tak bisa membedakan mana yang harus dibunuh dan yang tidak, siapa pun tak akan menggunakan nyawa sendiri untuk barang taruhan bukan?"
Ting Peng tertawa. "Kau memang sangat pandai mengadu domba, sekarang coba kau sebutkan orang yang ke tiga, sebab dua orang yang pertama tak mungkin akan kubunuh"
"Orang yang ke tiga adalah kau sendiri" Sambil berkata dia menuding ke arah Ting Peng, tapi justru karena itu pakaiannya kembali tersingkap.
Tapi Ting Peng sedang dibuat terkejut oleh perkataan itu, sehingga ia tidak terlalu memperhatikan ke sana.
Sambil tertawa Cia Siau giok berkata lagi. "Asal kau telah membunuh dirimu sendiri, maka kau tak usah kuatir orang lain datang mencari gara-gara denganmu lagi, kau pun tak akan mengalami kesulitan apapun"
"Ya, ucapanmu memang masuk diakal, sayang sekali aku masih belum ingin mati"
"Aku pun tidak menginginkan kau mati" sambung Cia Siau giok cepat sambil tertawa.
Dengan suatu gerakan yang manis dia menyingkap pakaiannya, kali ini dia berhasil juga memancing perhatian Ting Peng, sepasang mata pemuda itu segera berapi-api.
Siau hiang tahu saat ini adalah saat baginya untuk mengundurkan diri, cuma sebelum dia sempat turun dari loteng, ia sudah mendengar suara dua orang menggelinding di atas tanah.
Semua Peristiwa yang terjadi seakan-akan berlangsung dengan wajar. Dengan perasaan yang sangat puas Cia Siau giok menghela napas panjang, ia benar-benar merasa sangat puas, sambil membelai bahu Ting Peng, katanya pelan:
"Ting toako, sekarang aku baru mengerti mengapa enso begitu mencintai dirimu."
"Mengapa?" tanya Ting Peng ogah-ogahan.
"Sebab kau begitu kuat, begitu perkasa, pada hakekatnya kau adalah lelaki diantara lelaki"
Ting Peng tertawa. "Tapi dia justru bukan perempuan diantara perempuan, oleh sebab itu aku harus sering kali keluar, tujuannya adalah agar dia mendapat waktu cukup untuk beristirahat, setiap kali kami selesai bercinta, dia selalu mengeluh kesakitan selama beberapa hari."
"Aku pun dapat memahami akan hal ini" kata Cia Siau giok sambil tertawa, oleh sebab itu dia selalu membawa perempuan yang bernama Siau Im itu, tujuan pasti untuk menolong keadaan bila sudah kritis dan ia tak berdaya lagi."
"Dia bukan seorang perempuan yang kelewat sempit pikirannya"
Cia Siau giok menghela napas panjang. "Aaaah, dia memang seorang perempuan yang berbahagia, karena dia memiliki jiwa yang besar dan bisa menerima keadaan, kalau aku tak mungkin bisa, sekalipun aku tahu kalau kau akan mencintaiku, tapi aku lebih baik mati saja, aku lebih suka mati dari pada membagi dirimu dengan orang lain."
"Siau giok, kau harus mengerti, aku adalah seorang lelaki yang telah berkeluarga", kata Ting Peng dengan kening berkerut.
Cia Siau giok tertawa. "Aku tahu. kau tak usah kuatir Ting toakxo, aku tak akan memaksa kau untuk mengawini aku, akupun tak akan sepanjang hari merengek kepadamu, aku hanya mengemukakan pikiranku sekarang, selama aku berada disampingmu, aku tak akan membiarkan perempuan lain menempeli dirimu, ketika kita tak berada bersama, aku tak akan ambil perduli, setiap saat kau boleh saja bermesraan dengan perempuan lain, dan aku tak akan memikirkannya didalam hati?"
"Kau benar-benar tidak memikirkannya dalam hati?"
"Bohong, tentu saja aku akan memperhatikannya terus" Cia Siau giok tertawa cekikikan, "aku adalah seorang yang mempunyai napsu besar, hanya dengan seseorang saja aku tak akan cemburu, orang itu adalah binimu sendiri, karena aku tidak berhak untuk merasa cemburu"
"Kecuali itu?"
"Aku tak akan membiarkan perempuan lain menempeli dirimu lagi, cuma aku pun tahu bukan suatu yang mudah untuk mencegah seorang lelaki tidak nyeleweng diluar rumah, oleh sebab itu aku hanya berharap kau jangan menggaet perempuan lain lagi selama berada didekatku, kalau tidak..."
"Kalau tidak kau dapat berbuat apa?"
"Kalau tidak aku akan membunuh orang jika kau adalah lelaki lain, maka aku akan membunuh kalian berdua bersama-sama, tapi berhubung kau adalah Ting Peng, terpaksa aku hanya membunuh perempuan yang berada disampingmu saja"
"Apakah disebabkan kau tidak sanggup membunuhku?"
Mencorong sekilas cahaya tajam dari balik mata Cia Siau giok, kemudian ujarnya sedih. "Ting toako, ucapanmu itu sungguh membuat hatiku sedih, walaupun aku bukan seorang gadis baik-baik, tapi sekarang aku berbicara dengan bersungguh hati, sekalipun aku bisa membunuhmu, akupun tak akan rela membunuhmu"
"Aku pernah juga mendengar perempuan lain mengucapkan kata-kata seperti itu, dia adalah perempuan pertama yang masuk ke dalam lembaran hidupku, tapi justru setelah dia mengucapkan kata-kata itu dia malah mendorongku kedalam sebuah perangkap yang hampir saja merenggut nyawaku..."
"Oooh, dia pastilah bini Liu Yok siong bernama Chin Ko cing itu?" kata Siau giok sambil tertawa.
"Waktu itu dia bernama Ko siau (menggelikan), dan ternyata dia memang melakukan suatu lelucon yang menggelikan"
Cia Siau giok kembali tertawa. "Sebetulnya dia telah salah memilih nama, semestinya ia tak cocok memilih nama Ko siau (menggelikan) semestinya bernama Ko pay (mengenaskan) baru cocok, perempuan yang rela melepaskan seorang lelaki macam kau justru adalah seorang perempuan yang mengenaskan sekali nasibnya"
Tiba-tiba ia tertawa lagi, kemudian melanjutkan: "Tapi hal ini pun tak bisa disalahkan, waktu itu kau pasti tak menyenangkan seperti sekarang, waktu itu kau memang masih kalah jauh kalau dibandingkan dengan Liu Yok siong."
Sambil membelai pipi Ting Peng terusnya: "Bila waktu itu kau sudah matang seperti saat ini, tak mungkin kau akan memiliki kedudukan seperti hari ini"
"Masa begitu serius?"
"Benar, bagi seorang perempuan yang benar-benar mengerti tentang lelaki, hal-hal semacam itu merupakan hal-hal yang mesti diperhatikan dengan seksama, sebab kelebihan yang dimiliki seorang lelaki sejati sesungguhnya merupakan suatu gengsi, dan gengsi semacam ini merupakan semangat bagi kaum lelaki untuk mencapai kesuksesan."
"Seandainya sejak dulu kau kenal dengan aku?"
"Aku pun akan merasakan kebodohanmu itu, mungkin aku akan merasa bahwa kebodohanmu itu sedikit menyenangkan, tapi aku tak akan bisa mencintaimu"
"Tapi Cing Cing justru mencintai aku disaat aku paling sial, disaat aku paling mengenaskan keadaannya"
Cia Siau giok menghela napas panjang. "Itulah sebabnya kukatakan kalau dia lebih berbahagia daripada aku, karena dia dapat merasakan cintanya sedari kau masih biasa dan tak punya apa-apa, sedang aku..."
"Kau tidak memiliki cinta suci seperti itu?"
"Benar, aku selalu diajarkan untuk hidup melalui keadaan yang tidak biasa, lama kelamaan akupun tak bisa merasakan lagi cinta yang tumbuh karena suatu kewajaran, aku hanya dapat mencari cintaku melalui keadaan yang tak wajar, tapi orang yang tak wajar biasanya sulit untuk ditemukan cinta yang lurus."
"Tidak Siau giok, kau keliru!" kata Ting Peng sambil menghela napas panjang.
"Aku keliru? Dalam hal yang bagaimana aku keliru? Ting toako, jika kau memahami kehidupan dan riwayatku dulu"
"Aku tak perlu memahami, tapi aku tahu kalau kau keliru, bahkan kekeliruanmu itu sudah amat kelewat batas, cinta hanya ada satu, tidak dibedakan pada manusia biasa atau manusia luar biasa, orang biasa atau manusia luar biasa hanya mempunyai suatu perasaan cinta yang sama, kau tak bisa mendapatkannya bukan karena orang-orang itu tidak mudah memberikan cinta yang sesungguhnya kepadamu."
"Mengapa? Apakah syarat-syarat yang kumiliki tidak cukup?"
"Tidak, syaratmu sudah cukup, kau cantik, pintar, kaya bahkan berasal dari suatu keluarga persilatan yang termashur, hanya persoalannya semuanya itu cuma bisa mendatangkan cinta yang palsu, bujuk rayu yang kosong dan tak mungkin bisa memperoleh cinta yang murni."
"Lantas syarat apa yang kubutuhkan agar bisa memperoleh cinta yang murni?"
"Tiada syarat tertentu untuk mendapatkan cinta yang murni, bila kau tak dapat melepaskan syarat-syarat tersebut maka sepanjang hidup kau tak akan memperoleh cinta yang murni, disamping itu cinta yang murni hanya bisa diperoleh bila kaupun menukarnya dengan cinta yang murni juga, bila kau sendiri tak mau membayar dengan cinta yang murni, bagaimana mungkin bisa mengharapkan orang lain memberikan cintanya yang murni kepadamu?"
Untuk sesaat Cia Siau giok menjadi tertegun, ucapan tersebut beum pernah didengar sebelumnya, dia tak pernah berpikir sampai kesitu.
"Ayah seorang yang amat memandang tinggi soal cinta, pada hakekatnya dimana pun dia menyebar cintanya, akibatnya perempuan-perempuan itu ada yang membencinya sampai merasuk ketulang sum-sum, apa yang rela menerima penderitaan tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ada pula yang menuntutnya habis-habisan tapi terlepas dari mereka yang membenci atau mencintai, yang dia peroleh semuanya adalah cinta yang murni sebab dia sendiripun membayar kesemuanya itu dengan cintanya yang murnipula dan disinilah terletak kebesarannya"
"Bukankah kau mengatakan cinta yang murni hanya ada satu? Bagaimana mungkin ia bisa mencintai perempuan sebanyak itu?"
"Meskipun cinta yang murni hanya satu bukan berarti hanya bisa dipersembahkan kepada seorang saja, ada sementara orang yang memiliki jiwa yang besar, terhadap setiap perempuan yang mencintainya, dia selalu membayar dengan cintanya yang murni pula, entah orang itu adalah bidadari dari kahyangan atau perempuan miskin dari lorong sempit, dia memandang mereka sebagai perempuan yang sama, cinta yang mereka terima pun cinta yang sama pula, dia tidak membedakan antara yang biasa dengan luar biasa"
"Yang beginikah yang disebut hebat?"
"Benar, berbicara soal ayahmu, dia sejak lahir sudah merupakan manucia luar biasa, tapi dia tidak mempunyai perasaan kalau dia ini luar biasa, ia toh bisa juga mempersembahkan cintanya yang murni untuk perempuan-perempuan yang biasa"
Cia Siau giok termenung berapa saat, selang berapa waktu kemudian dia baru bertanya: "Ting toako, kalau kau sendiri, termasuk manusia macam apakah dirimu ini?"
Ting Peng menghela napas panjang. "Aaaai, terus terang saja, aku tidak memiliki kebesaran jiwa seperti apa yang dimiliki ayahmu, tak bisa mencintai setiap perempuan yang mencintai diriku, istriku adalah seorang manusia yang luar biasa, cinta yang dia berikan kepadaku sudah terlampau banyak, terlampau murni dan berlebihan, sehingga sukar bagi diriku untuk menerima cinta yang diberikan seorang gadis biasa kepada diriku, kendatipun cinta yang diberikan gadis biasa itu kepadaku adalah cinta yang amat murni"
"Kalau begitu, apakah ayahku bisa menjadi demikian karena cinta yang diberikan gadis-gadis tersebut kepadanya kurang banyak murni dan kurang mencukupi kebutuham perasaannya? Atau karena ada sesuatu alasan yang lain?"
"Tidak! Justru cinta yang dia terima dari cinta gadis-gadis itu kelewat banyak, sedemikian banyak dan berlimpahnya sampai dia sendiripun tak sanggup menerima kesemuanya, sedemikian banyaknya sampai dia tak mampu untuk membalasnya satu persatu, itulah sebabnya dia pun hanya bisa membalas cinta yang bisa dia terima dan dia bisa rasakan..."
"Ting toako, aku belum dapat memahami arti dari perkataanmu ini...?" seru Cia Siau giok kemudian.
"Aku rasa kau tak akan mengerti, sebab kau sendiripun masih belum bisa menentukan kepada siapakah cintamu yang murni itu harus kau berikan...?"
"Seandainya aku bilang aku telah menaruh cinta yang murni kepadamu, dapatkah kau mempercayainya?"
"Bila kau telah mengatakannya keluar, tentu saja aku tak akan percaya, cinta yang murni bukan hanya diucapkan dibibir saja, melainkan harus ditujukan dalam kenyataan, kenyataan yang didorong oleh suara hati yang murni"
Dia mengenakan pakaiannya siap berlalu. Cia Siau giok tidak menahannya, karena dia mengerti apa pun yang dia katakan sekarang tak mungkin bisa menahannya untuk tetap tinggal disitu. Walaupun ia telah mendapatkan lelaki ini, namun ia justru menemukan kalau jarak mereka sesungguhnya terpaut makin jauh.
* * *
PENGEJARAN
TING PENG telah duduk kembali dalam keretanya, Siau hiang masih tetap berbaring diatas lututnya, sedang Ah ku menjalankan keretanya tanpa tujuan. Berhubung Ting Peng sewaktu naik kereta tadi hanya memberitahukan demikian kepada Ah ku:
"Terserah kemana pun akan pergi!"
"Terserah" berarti kemana pun boleh, asal bukan menuju kerumah. Tentu saja "terserah" bisa berarti" pula pulang ke rumah, tapi jika Ting Peng hendak pulang, dia akan mengatakan secara langsung dan terus terang.
Maka Ah ku menjalankan keretanya tanpa tujuan, tapi bukan menuju pulang. Ah ku tidak pandai berbicara tapi dapat memahami apa yang dimaksudkan orang, justru karena dia tak pandai berbicara, dia baru mengerti apa yang tidak diucapkan orang lain kepadanya. Maka Ah Ku menjalankan keretanya hanya berputar-putar disekitar tempat itu.
Tangan Ting Peng masih saja membelai rambut Siau hiang, cuma tangannya sudah makin bergerak turun, dari kepala ini berpindah ke atas tengkuknya. Tengkuk gadis itu lembut halus, bersih dan menyenangkan, siapa saja yang membelai tengkuk tersebut pasti tak akan tega untuk membelai keras-keras, tapi Ting Peng seperti terkesima, dia mulai membelai keras-keras.
Pada mulanya Siau Hiang masih bisa menahan diri, tapi sampai akhirnya dia benar-benar tak tahan sehingga teriaknya: "Kongcu, dapatkah kau berlaku lebih lembut?"
Suaranya amat memelas, yaa bila seorang nona cantik yang melakukan suatu gerakan maka gerakan apapun akan nampak menyenangkan, tapi Ting Peng tertawa terbahak-bahak.
"Kongcu, apa yang membuatmu kegelian?" Siau hiang bertanya dengan wajah tercengang.
Ting Peng masih terus tertawa. "Aku masih mengira kau sudah tidak berperasaan lagi, rupanya kau pun masih tahu sakit!"
"Selama ini budak selalu bersikap normal, adalah kongcu sendiri yang nampaknya gugup dan tidak tenang."
"Tadi kau anggap aku sengaja membuatmu sakit hanya disebabkan oleh suatu tindakan khilaf?"
"Memangnya bukan?"
Sambil tersenyum Ting Peng menggelengkan kepalanya berulang kali. "Tentu saja bukan!"
"Kalau begitu kongcu sengaja berbuat begitu?"
"Benar!"
"Didalam hal apakah budak telah menyalahi kongcu?" tanya Siau hiang dengan gugup.
"Kau sedang menggerutuku didalam hati!"
Siau hiang menjadi tertegun, selang berapa saat kemudian ia baru berkata lagi: "Kongcu, masa kau sampai menembusi hatiku?"
"Apakah kau tidak percaya?"
"Tentu saja tidak percaya!"
"Dalam hati kau sedang menggerutu kepadaku sebagai lelaki yang tak tahu budi, gara-gara Cia Siau giok aku telah melupakan Cing cing dengan begitu saja!"
"Budak tak berani berpendapat demikian, dalam kenyataan kongcu mempunyai perasaan cinta yang amat dalam terhadap nona, bahkan selalu memikirkannya."
Ting Peng segera tertawa. "Kalau memang begitu, mengapa sejak naik ke dalam kereta kau selalu saja bermuram durja, seakan-akan ada sesuatu persoalan yang mengganjal dalam hatimu!"
Siau hiang berpikir sebentar, kemudian baru menjawab: "Budak sedang kuatir!"
"Apa yang kau kuatirkan...?"
"Kuatir kongcu tidak kembali ke kota Hang ciu!"
Kembali Ting Peng tertawa. "Rumahku berada di kota Hang ciu, tentu saja aku harus pulang ke situ."
"Tapi nampaknya kongcu seperti belum berniat untuk pulang ke rumah...."
"Benar, urusanku diluar memang belum selesai."
"Agaknya kongcu seperti ada rencana untuk balik lagi ke perkampungan Sin kiam san ceng?" Siau hiang berkata lagi.
Ting Peng tertawa. "Perkampungan Sin kiam san ceng bukan rumahku, tak bisa dikatakan kalau aku pulang ke situ, lebih cocok untuk dikatakan sebagai suara kunjungan."
"Kongcu bermaksud akan melakukan kunjungan lagi?"
"Benar, kalau diluar sana tiada suatu kejadian yang lebih segar, setelah berputar-putar kita harus berkunjung sekali lagi ke situ."
"Nona Cia memang seorang gadis yang cantik dan amat menawan hati!"
"Ucapanmu memang tepat sekali" ujar Ting Peng sambil tertawa, "cuma tidak bisa dibilang suatu penemuan baru, sebelum kau, paling tidak sudah ada selaksa orang yang berkata demikian!"
"Tapi ke selaksa orang itu tak bakal bicara dengan maksud dan perasaan seperti aku sekarang!"
Ting Peng tidak bertanya apakah maksudnya dan bagaimanakah perasaannya, dia seperti telah memahami akan hal tersebut, tanyanya sambil tertawa: "Hanya dikarenakan aku hendak kembali lagi ke perkampungan Sin kiam san ceng, maka kau berpendapat demikian?"
"Benar, karena kau sudah tidak mempunyai alasan untuk harus pergi ke sana"
Kembali Ting Peng tertawa: "Siau hiang, kau tidak bisa dianggap seorang gadis yang amat cerdik, Cing Cing suruh kau mendampingi ku karena dia mengharapkan kau selalu menegurku dan memperingatkan kepadaku tentang segala macam tipu muslihat dalam dunia parsilatan, daripada aku menderita kerugian di tangan mereka."
"Aku tahu tugas ini terlalu berat" seru Siau hiang cepat, "apalagi cara kerjaku kurang baik, tapi aku telah mengerahkan segenap kemampuan yang kumiliki, oleh sebab itulah aku berharap kongcu jangan berkunjung lagi ke situ!"
"Kau anggap perkampungan Sin kiam san ceng penuh dengan tipu muslihat...?"
"Bahkan orang yang paling bodoh pun dapat melihat akan hal ini, seluruh perkampungan Sin kiam san ceng penuh dengan tipu muslihat, bahkan Cia Siau giok itu sendiri juga rada ada persoalan, aku sangat curiga kalau dia bukan putri Cia tayhiap!"
"Dia tak mungkin ada persoalan!"
Siau hiang seperti hendak mengucapkan sesuatu lagi, niat tersebut kemudian diurungkan, sudah jelas dia tak setuju dengan perkataan tersebut.
Kembali Ting Peng melanjutkan: "Kecuali she Cia, dia dengan pihak Sin kiam san ceng seakan-akan sama sekali tidak mempunyai persamaan apa-apa, tingkah lakunya juga tidak mirip dengan perilaku orang-orang keluarga Cia, tapi tak bisa di sangkal lagi dia benar-benar adalah putrinya Cia Siau hong!"
"Putri dari Cia tayhiap, belum tentu mesti seorang yang baik" kata Siau hiang cepat.
Ting Peng segera tergelak. "Cia Siau hong sendiripun belum tentu terhitung seorang malaikat yang suci bersih, apa lagi putrinya"
"Tapi kongcu mengatakan dia tak bakal ada persoalan!" kata Siau hiang sambil mencibirkan bibirnya.
"Tentu saja dia tak bakal ada persoalan! Karena dia adalah putri Cia Siau hong, kalau dia ada persoalan berarti Cia siau hong juga ada persoalan, paling tidak bukan kita yang harus menyelesaikan persoalannya itu..."
"Dapatkah Cia tayhiap untuk menyelesaikannya?"
"Aku rasa sudah pasti bisa, bagaimana pun juga Cia Siau hong tetap adalah Cia Siau hong!"
Tapi Siau hiang tidak setuju dengan pandangan tersebut, katanya dengan cepat. "Mengapa dia tidak segera melakukan suatu panyelesaian?"
Ting Peng tertawa. "Jadi kau menganggap ditubuh Cia Siau giok ada persoalan?" tanyanya kemudian.
"Tentu saja, dia adalah penyaruan dari Giok Bu sia, pemimpin dari Lian im cap si sat seng, disinilah letak persoalannya"
"Tapi persoalan itu toh sudah selesai, Lian im cap si sat seng telah punah, Giok Bu sia juga sudah tiada wujudnya lagi!"
"Tapi ditubuhnya masih tetap ada persoalan, menurut pandanganku, seluruh perkampungan Sin kiam san ceng ada persoalannya semua!"
"Setengah harian sudah kau berbicara, hanya sepatah kata ini saja yang paling pintar" puji Ting Peng tiba-tiba sambil tertawa"
Siau hiang membelalakkan matanya lebar-lebar sambil bertanya: "Jadi kongcu pun sudah tahu kalau perkampungan Sin kiam san ceng ada sesuatu yang tak beres?"
Ting Peng tertawa tergelak. "Aku toh bukan orang yang paling bodoh!"
Siau hiang turut tertawa pula. "Aku malah mengira kongcu telah terpikat oleh Cia Siau giok."
"Kau toh sudah mengetahui lakuku?" Ting Peng berkata sambil tersenyum.
Siau hiang manggut-manggut. "Yaa, benar!"
Ting Peng tidak tertawa lagi, dengan wajah berubah amat serius dia berkata lebih jauh: "Aku sudah pernah terpikat satu kali oleh perempuan, pernah tertipu satu kali"
"Di dalam peristiwa tersebut kongcu tak bisa disalahkan, sebab Liu Yok siong sekalian yang telah mengatur semua rencananya dengan amat teliti dan sempurna, sedangkan kongcu hanya seorang pemuda ingusan yang baru terjun ke dalam dunia persilatan"
"Bagaimanapun juga, toh tetap tertipu" kata Ting Peng sambil menggeleng, "pertama kali aku tertipu karena dibodohi orang, kalau kedua kalinya sampai tertipu lagi maka akulah yang bodoh, padahal aku bukan orang bodoh"
"Mengapa kongcu hendak mengunjungi perkampungan Sin kiam san ceng lagi...?"
"Cia Siau giok telah merubah perkampungan Sin kiam san ceng menjadi lebih bergaya dan lebih berwibawa!"
"Orang yang paling termashur dalam perkampungan Sin kiam san ceng adalah Cia Siau hong, tapi sewaktu Cia Siau hong masih menjadi majikan, belum pernah dia memperlihatkan gaya semacam ini"
"Hal tersebut dikarenakan dia jarang berada di rumah, lagi pula tidak terlalu suka akan segala yang berlebihan"
"Tentu saja dia pun bukan seseorang yang punya uang banyak" sambung Ting Peng sambil tertawa.
"Tentu saja bukan, dia telah mengasingkan diri sekian waktu, sewaktu masih bekerja dulu masih bisa untung beberapa tail perak, kemudian sering dia tak beruang, untung saja dia kelewat ternama sehingga ke mana pun dia tak perlu menggunakan uang, oleh sebab itu diapun tak pernah berpikir untuk mengejar uang, tentu saja dari perkampungan Sin kiam san ceng sendiri masih ada sedikit pemasukan, tapi jumlahnya tidak banyak, hanya cukup untuk menghidupi beberapa orang pembantu dalam gedung tersebut."
Tak tahan Ting Peng menghela napas. "Itulah, sebabnya uang yang ada didalam perkampungan Sin kiam san ceng sekarang bukan uang dari keluarga Cia sendiri!" katanya.
"Yang aneh adalah orang persilatan tak seorang pun yang menaruh curiga terhadap persoalan ini, semua orang terlampau menaruh hormat kepada Cia tayhiap, terhadap perkampungan Sin kiam san ceng juga di anggap sebagai tempat suci, oleh sebab itu mereka semua beranggapan perkampungan dalam bentuk sekarang barulah bentuk Sin kiam san ceng yang paling pantas, jika dahulu mereka pernah berkunjung ke Sin kiam san Ceng, mungkin mereka malah tidak akan percaya dibuatnya."
Sambil tertawa Ting Peng bertanya: "Pengetahuan begitu luas, tahukah kau dari mana datangnya uang dalam perkampungan Sin kiam san ceng? Mengapa bisa begitu mewah dan hidup berkelebihan?"
"Aku tidak tahu, tapi sejak nona Cia datang kesitu, keadaan Sin kiam san ceng memang sama sekali berubah, cuma nona Cia tidak membawa uang sepeserpun sewaktu datang ke situ!"
"Lantas dari manakah datangnya uang dalam perkampungan Sin kiam san ceng itu?" Pertanyaan ini bukan saja tak ada yang menanyakan, mungkin juga tiada orang yang dapat menjawab.
"Seandainya persoalan ini kutanyakan kepada Cia Siau giok, dapatkah ia memberi jawaban kepadaku?"
"Kebanyakan bisa," sahut Siau hiang sambil tertawa, "cuma jawaban yang dia berikan itu meski kedengarannya amat masuk diakal belum tentu merupakan kenyataan!"
"Bagaimana caranya untuk mendapatkan jawaban yang sebenarnya?"
"Terpaksa harus dicari sendiri!"
"Ke mana untuk mencarinya?"
"Tentu saja ke perkampungan Sin kiam san ceng!"
"Sekarang kau masih ingin bertanya apa kepadaku?"
"Tidak ada, budak hanya tahu apa sebabnya kongcu kembali ke situ lagi, dan kini hatiku sudah lega"
Dia lantas melongokkan kepalanya sambil memberi tanda kepada Ah ku, kereta di putar balik dan arahnya menuju ke perkampungan Sin kiam san ceng, sementara sekulum senyuman menghiasi wajah gadis itu, senyum yang nampak manis sekali.
* * *
Kereta kuda itu telah balik ke dermaga tempat penyeberangan perkampungan Sin kiam san ceng, kini mereka sedang menunggu datangnya perahu penyeberangan tersebut, lama kemudian perahu penyeberang itu baru muncul, ternyata yang turun dari perahu adalah Cia sianseng.
Begitu turun dari perahu, dia lantas menjura ke arah kereta seraya berkata: "Maaf Ting tayhiap, kami tidak tahu kalau kau telah berkunjung kembali ke perkampungan kami sehingga datang agak terlambat!"
Siau hiang melongokkan kepalanya dan menyahut sambil tertawa: "Aaaah, tidak menjadi soal, adalah kedatangan kami yang terlalu mendadak, harap Cia sianseng tak usah sungkan-sungkan!"
Ah-ku telah menjalankan keretanya naik keatas perahu, perahu pun melesat ke tengah sungai. Siau hiang hanya berdiri terus disamping kereta, ia tidak masuk kembali kedalam keretanya.
Cia sianseng segera mendekat sambil berkata: "Kedatangan Ting tayhiap kali ini entah disebabkan persoalan apa?"
"Sianseng sedang bertanya kepadaku? Ataukah sedang bertanya kepada Kongcu kami?"
Cia sianseng memandang kereta itu sekejap, kemudian baru menjawab. "Semuanya boleh, apakah ada perbedaannya?"
"Perbedaannya jauh sekali, kalau sianseng sedang bertanya kepadaku maka aku akan segera menjawab pertanyaan sianseng, sebaliknya kalau sianseng sedang bertanya kepada kongcu kami, maka aku tak bisa mewakilinya untuk menjawab, kongcu selamanya amat membedakan antara tingkatan majikan dan tingkatan pembantu!"
Tanpa disadari Cia sianseng sudah terbentur pada batunya oleh perkataan tersebut, paras mukanya segera berubah hebat. Akan tetapi teringat kembali musibah yang pernah dialaminya berapa waktu berlangsung di depan pintu perkampungannya, dia tak berani mengumbar amarahnya dengan begitu saja, terpaksa dia berkata:
"Kalau begitu, aku bertanya kepada nona saja"
"Aku tidak tahu" sahut Siau hiang tertawa.
Hampir saja Cia sianseng dibuat muntah darah saking gusarnya, dengan memaksakan diri dia telah berusaha untuk menurunkan derajat sendiri, menjadi seorang bawahan dengan harapan dia bisa mengajak Siau hiang berbicara dan mengorek keterangan darinya, siapa tahu yang diperoleh hanya jawaban seperti itu saja.
Tampak Siau hiang tertawa cekikikan, kemudian berkata lebih jauh: "Harap Cia sianseng jangan marah, aku benar-benar tidak mengetahui, sebab apa yang hendak kongcu kami lalukan, selamanya tak pernah dirundingkan dahulu dengan kami sebagai orang bawahan!"
Ketika gadis itu menyaksikan Cia sianseng hendak berbicara, dengan cepat dia menyerobot lebih dulu: "Bila kau ingin bertanya kepada kongcu kami, maka kuanjurkan kepadamu ada baiknya tak usah mencari penyakit buat diri sendiri, selamanya kongcu kami tak pernah akan berbicara sembarangan terhadap orang bawahan seperti kita ini!."
Paras muka Cia sianseng benar-benar berubah menjadi sangat tak sedap dipandang tiba-tiba dia membentak keras: "Aku orang she Cia adalah Congkoan dari perkampungan Sin kiam san ceng, bukan orang bawahan"
Kembali Siau hiang tertawa. "Congkoan dari rumah kami adalah Liu Yok siong, dahulu diapun seorang jago persilatan yang mempunyai nama amat besar tapi sejak berada dirumah kami, dia toh tetap terhitung seorang bawahan, apakah bedanya dengan kau?"
"Itu dirumahmu!" teriak Cia sianseng makin gusar, "congkoan dari perkampungan Sin kiam san ceng tak bisa dibandingkan dengan rumah kalian, kedudukan aku orang she Cia dalam dunia persilatan juga tak bisa dibandingkan dengan Liu Yok siong"
"Apakah Congkoan dari perkampungan Sin kiam san ceng mempunyai suatu ke istimewaan lain?" tanya Siau hiang tertawa, apa kedudukan sianseng sudah setaraf dengan kedudukan dari Siau hong tayhiap?"
"Itu sih belum!"
"Kalau begitu kau sudah setaraf dengan kedudukan nona Siau giok..."
"Juu.... juga belum."
Kontan saja Siau hiang tertawa dingin. "Kongcu kami telah berkata, dewasa ini dalam perkampungan Sin kiam san ceng hanya ada dua orang yang bisa disebut sebagai majikan, yang satu adalah Cia tayhiap sedangkan yang lain adalah nona Siau giok, kini Sianseng bukan apa-apa, kalau bukan bawahan namanya lantas apa?"
Sebetulnya Cia sianseng tak perlu meributkan persoalan kecil semacam itu, akan tetapi api amarahnya pada hari ini nampaknya sedikit kelewat besar, dia segera tertawa dingin setelah mendengar ucapan mana.
"Tapi, Ting kongcu kalian toh pernah menyebut diri sebagai boanpwe sewaktu berada diruman Liu Yok siong dulu?"
"Cia sianseng" ucap Siau hiang tersenyum: "setelah kau menyinggung kembali persoalan ini aku baru mengerti apa sebabnya kongcu kami telah menganggap kau sebagai seorang bawahan, dia bilang kau tidak punya bakat untuk menjadi seorang cianpwe, dengan tulus hati dia menghormati kalian sebagai cianpwe, mengharapkan keadilan dan kebenaran kalian dalam menghadapi persoalan, tapi kalian hanya bisa membanggakan diri dengan kedudukan yang diperoleh, bekerja sama untuk menekan dia."
"Tapi saat ini tak bisa salahkan kami, adalah ilmu menipu yang dimiliki Liu Yok siong kelewat tinggi, siapa yang akan menduga kalau dia bakal mengumpankan bini sendiri untuk melakukan perbuatan semacam itu?"
"Dalam sepanjang hidupnya, entah berapa banyak kesulitan yang pernah dialami majikan kalian Cia tayhiap, tapi dia belum pernah tertipu satu kalipun, kini sianseng sebagai seorang congkoan dari perkampungan Sin Kiam san ceng, tentunya pasti bermata dan telinga tajam, berotak pintar bukan, tapi kenyataannya manusia macam apakah bini Liu Yok siong tak mau diketahui, bahkan manusia macam apakah Liu Yok siong pribadi, kau juga tak tahu"
"Urusan yang harus diselesaikan oleh perkampunnan Sin kiam san ceng amat banyak" teriak Cia sianseng keras-keras, siapa yang masih punya waktu untuk mengurusi masalah tetek bengek tentang mereka berdua?"
Siau hiang kembali tertawa. "Apa yang sianseng ucapkan memang benar, kalau toh sianseng tidak sudi bergaul dengan manusia-manusia semacam itu, mengapa pula kau harus pergi ke situ untuk menonton keramaian? Apalagi menjadi seorang saksi untuk peristiwa semacam itu, padahal kebenaran dunia persilatan digantungkan pada kesaksian kalian saja, kau hendak menjadikan dunia persilatan menjadi apa?"
Oleh dampratan yang pedas tersebut, Cia sianseng benar-benar dibikin terbungkam, sepasang matanya melotot besar dan mulutnya melongo, untuk beberapa saat lamanya dia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Setelah tertawa lebar, Siau Hiang berkata lagi: "Cia sianseng waktu itu, andaikata Cia tayhiap yang hadir diarena kejadian, aku percaya dia tak akan dikibuli Liu Yok siong dengan begitu saja"
"Aaaah, belum tentu, majikan kami...."
"Cia tayhiap memang tak akan lebih pintar sedikit dari pada dirimu" Siau hiang cepat. "tapi yang pasti dia jauh lebih pintar dari padamu, sekalipun dia berhadapan dengan seorang yang tidak begitu dikenal dan tidak memiliki persahabatan yang akrab, terhadap pekerjaan yaag belum tahu seluk beluknya dia tak akan mencampurinya. itulah sebabnya mengapa ia mendapat sebutan sebagai tayhiap. Sedang kau cuma congkoan dan dia adalah cengcu, itulah sebabnya kukatakan kau adalah seorang bawahan, sebab tiada bawahan yang bisa lebih pintar daripada majikannya"
Tangan Cia sianseng sudah diangkat ke tengah udara, namun belum sempat diayunkan ke bawah.. Sebab pada waktu itu perahu telah merapat dengan pantai....
Selanjutnya,