Golok Bulan Sabit Jilid 25
TING PENG segera mendengus tukasnya: "Paling banter kau pun hanya akan menjadi seorang jago pedang kenamaan, kendatipum kau dapat merobohkan semua orang yang ada dan bisa menjadi seorang jago pedang yang paling top, namamu pun tak akan bisa melampaui kepopuleran nama kakekmu, sebab nama Siong yang thi kiam diperoleh dari suatu perbuatan yang mulia suatu pengorbanan yang ksatria."
"Kalau begitu, aku pun akan melakukan juga perbuatan perbuatan yang manis dan pengorbanan-pengorbanan secara ksatria!"
Ting Peng segera tertawa. "Kalau cuma membunuh beberapa orang gelintir manusia kurcaci atau membasmi berapa orang durjana mah nama besarmu tak akan secepat itu menjadi tenar."
Dengan wajah tercengang dan tidak habis mengerti Kwik In liong segeta bertanya: "Lantas perbuatan macam apakah yang bisa membuatku menjadi tenar dan bernama besar?"
"Itulah yang sulit untuk dibicarakan, tapi paling tidak harus melakukan suatu perbuatan besar yang bisa menggetarkan seluruh dunia persilatan, dan dibalik perbuatan itu terdapat suatu penampilan yang bagus. aku percaya dengan kecerdikan saudara Kwik asal kau bersedia melakukan segala perbuatan dengan berhati-hati, tidak sulit rasanya untuk menemukan kesempatan seperti itu!"
Kwik In liong berpikir sebentar, akhirnya dia menjura seraya berkata: "Terima kasih banyak atas petunjukmu, sekararg siaute hendak mohon diri lebih dahulu, budi kebaikanmu ini pasti akan kubalas dikemudian hari, moga-moga ada suatu kesempatan yang baik bagiku untuk bisa menolong dirimu pula satu kali"
Selesai berkata dia lantas membalikan badan dan berlalu dengan langkah lebar.
Ketika Ting Peng menyaksikan tempat yang ditujunya adalah perkampungan Sin kiam san ceng, tak tahan lagi dia segera berteriak keras: "Saudara Kwik kau telab salah jalan!"
"Tidak, aku tidak salah jalan!" Kwik In liong tanpa berpaling lagi.
"Keliru, kau tak boleh berbuat demikian, paling tidak kau harus mencari tempat untuk membeli sebilah pedang lebih dulu sebelum pergi ke sana..."
Mendengar perkataan itu Kwik In liong berhenti sebentar dan akhirnya berbalik arah tapi dia hanya lewat saja, sewaktu lewat di samping mereka, dia melemparkan sekulum senyuman, lalu meneruskan perjalanan nya dengan langkah lebar.
"Keturunan keluarga Kwik memang luar biasa, kongcu hanya cukup memberi sedikit petunjuk saja dia sudah lantas mengerti!" Siau hiang memperhatikan bayangan tubuh Kwik In liong dan berkata dengan gembira.
Ting Peng sendiri pun nampak gembira sekali. "Akhirnva dia toh tidak membuatku merasa kecewa, tidak membuatku membuang tenaga dengan percuma, aku pun tidak sia-sia memeras keringat untuk membopongnya dari dalam perkampungan Sin-kiam-san ceng hingga sampai disini!"
"Mungkinkah dia masih akan kembali lagi ke dalam perkampungan Sin-kiam-san-ceng?"
"Sudah pasti dia masih akan kembali ke situ, tapi diapun sudah memahami maksud perkataanku itu, kalau ingin melakukan suatu pekerjaan yang besar dan menggemparkan seluruh dunia persilatan, perkampungan Sin kiam san ceng inilah satu satunya kesempatan yang paling baik, asal dapat menyingkap rahasia yang menyelimuti perkampungan Sin kiam san ceng maka nama besarnya dengan cepat akan melangit dan pasti menggemparkan seluruh dunia persilatan!"
"Tapi, apakah ia dapat berhasil dengan sukses atas segala usahanya itu...?"
"Sukar untuk dikatakan, tapi kalau dia datang lagi untuk ke dua kalinya nanti sudah pasti tindak tanduknya tidak akan seceroboh dan segagah seperti pada kedatangannya yang pertama kali dulu, dia tak akan mudah tertipu lagi!"
"Heran, mengapa orang baru akan menjadi pintar setelah ia menderita kerugian lebih dahulu?" tanya Siau hiang dengan nada dan suara yang merdu.
Ting Peng segera tertawa. "Hei... Siau hiang, kau tahu usiamu masih amat muda, mengapa sih kalau berbicara selalu saja seperti nenek yang bawel dan giginya sudah ompong? judasnya bukan kepalang."
Siau hiang segera melemparkan sekulum senyuman kepadanya, sifat polos kekanak kanakan yang menawan hati sempat menghiasi raut wajahnya yang cantik jelita itu.
AH-KU masih bertindak sebagai kusir kereta, sedangkan Ting Peng duduk di dalam kereta, tangan yang satu memeluk golok bulan sabituya sementara tangan yang lain membelai rambut Siau hiang. Siau hiang duduk diatas permadani yang melapisi permukaan kereta berbaring diatas lutut Ting Peng dengan jinak bagaikan seekor kucing kecil.
Kereta itu sedang lari menuju kearah perkampungan Sin kiam san ceng, dari kejauhan sana, sebelum tiba di dermaga parkampungan Sin kiam san ceng sudah nampak amat kacau balau seperti sarang laba-laba yang di usik orang.
Dalam ruang rahasia, Cia Siau giok dan Kim say sedang duduk saling berhadapan sambil bermuram durja, Ketika mendengar suara gaduh diluar sana, mereka nampak sama sekali tidak berdaya. Dengan gemas Cia Siau giok memukulkan tinjunya diatas telapak tangan sendiri kemudian serunya:
"Dengan susah payah kita berhasil membangun tempat ini menjadi begini rupa, kalau di suruuh lepaskan semua hasil tersebut dengan begitu saja, aku benar-benar merasa amat tidak terima!"
Singa emas pun menghela napas panjang: "Aaaaai nona, apa boleh buat, siapa suruh kita mencari gara-gara dengan raja iblis ini?"
"Empek Kim, bagaimana kalau kita beradu jiwa saja?"
Dengan cepat Singa emas menggeleng. "Tidak boleh, tempo hari aku telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana dia bertanding melawan si naga perak, keampuhan golok sakti penembus langitnya tak mungkin bisa ditahan olah siapapun."
"Empek Kim mengapa kau membiarkan manusia semacam ini hidup didunia ini? Konon sewaktu ia berjumpa dengan Cing-cing waktu itu, kaupun berada di arena?"
Si Singa emas tertawa getir. "Betul, waktu itu dengan susah payah aku berhasil menemukan jejak setan tua tersebut dan secara kebetulan pula berjumpa dengan mereka!"
"Waktu itu mengapa kau tidak mencoba untuk membunuhnya?"
Si Singa emas menghela napas panjang. "Aaai... pada saat itu aku sama sekali tidak memandang sebelah matapun terhadap dirinya, sungguh tak kusangka hanya di dalam satu dua tahun saja, kepandaian silatnya sudah memperoleh kemajuan yang begitu pesat....!"
Cia Siau giok turut menghela napas. "Aaai, mungkinkah ilmu silat seseorang bisa mengalami kemajuan yang demikian pesatnya hanya didalam waktu satu dua tahun saja."
Singa emas termenung sampai lama sekali, kemudian baru sahutnya. "Bagi sementara orang hal ini jelas tak mungkin, tapi di dalam Mo kau terdapat semacam Ilmu yang dinamakan Gi giok tay hoat yang mana seseorang dapat mengalihkan tenaga dalamnya kedalam tubuh seseorang yang lain sehingga pihak lawan bisa berubah menjadi seorang jagoan yang sangat lihay hanya dalam waktu yang amat singkat"
"Apakah keberhasilan ilmu silat Ting Peng diperoleh dari jalan begini...?"
"Kecuali cara ini, aku rasa tak mungkin ada cara kedua yang bisa mendatangkan keberhasilan seperti ini"
"Tapi mengapa aku belum pernah mendengar tentang kepandaian semacam ini?"
"Didalam Mo-kau pun hanya seorang kaucu yang diperbolehkan mempelajari kepandaian semacam itu!"
"Kalau begitu kepandaian silat Ting Peng diperoleh dari setan tua itu?"
"Benar, asal dia menyalurkan tenaga dalamnya ketubuh seseorang maka kepandaian orang itu sudah menjadi amat tangguh, inilah suatu cara yang biasanya dipergunakan perkumpulan kami untuk mempersiapkan seorang kaucu baru, agar calon kaucu itu didalam waktu singkat berubah menjadi seorang jago lihay yang tiada taranya didunia ini"
"Kalau begitu setan tua itu sudah memilih Ting Peng sebagai ahli warisnya."
Si Singa emas berpikir sebentar, kemudian menyahut. "Tampaknya tidak mirip, sebab dia sama sekali tidak memberi tahukan segala sesuatu tentang Mo kau kepada Ting Peng."
"Lantas siapakah yang akan dipersiapkan sebagai pewaris jabatannya itu?"
"Tampaknya setan tua itu mempunyai rencana untuk mengakhiri perkumpulannya sampai disini dan tidak bermaksud untuk mengembangkan perkumpulan Mo kau lagi"
"Dia tidak mempunyai hak untuk berbuat demikian" kata Cia Siau giok dengan suara dalam, "Mo kau adalah perkumpulan besar dari kaum iblis siapapun tidak berhak untuk mengakhiri perkumpulan Mo kau sampai ditengah jalan."
"Benar, kata singa emas dengan wajah serius, "nona, lohu sekalian lebih condong untuk mendukung Kiong cu mendirikan partai lain, kesemuanya juga disebabkan hal ini!"
"Apakah ibuku berhak untuk berbuat demikian?"
"Kiongcu dan setan tua itu berasal dari satu sumber yang sama, tentu saja ia berhak. Asal setan tua itu tak mampu meneruskan pewarisnya untuk memimpin Mo kau, maka secara otomatis Kiongcu lah pewaris utama, tapi dewasa ini kita masih belum berdaya!"
"Mengapa?"
"Sebab tongkat iblis kemala hijau Lik giok mo ciang yang menjadi perlambang turun temurun dari seorang kaucu masih berada ditangan mereka..."
"Apakah kita harus mempunyai benda itu?"
"Betul, seperti juga cap kerajaan yang harus dimiliki seorang kaisar, maka tongkat Lik giok mo ciang pun merupakan benda mestika yang diwariskan A-siulo Cuncu, cousu angkatan pertama dari Mo kau. Asal benda itu berada di tangan kita maka semua tianglo baru bisa kita perintah, selama banyak tahun ini kami sudah berusaha dengan sepenuh tenaga untuk mencari jejak setan tua itu tujuannya yang terutama tak lain untuk mendapatkan mestika tersebut"
Cia Siau giok termenung beberapa saat lamanya, kemudian baru ujarnya lagi: "Apakah ibuku pandai ilmu Gi giok sin kang?"
"Seharusnya dapat, bukankah keberhasilan nona juga akibat dari pengaruh ilmu tersebut?"
"Empek Kim, sekarang juga harus pulang ke Ibu kota dan mempelajari kepandaian tersebut."
"Nona mau pulang?" Si Singa emas tertegun.
"Benar, untuk bisa menangkan Ting Peng aku harus dapat memberikan perlawanan dalam tenaga dalam, oleh sebab itu aku harus mempelajari kepandaian tersebut."
"Aku rasa percuma, kepandaian tersebut memang dapat menambah tenaga dalam yang dimiliki seseorang, tapi hal ini pun harus ditinjau dulu dari bakat masing-masing orang, Ting Peng adalah seorang manusia yang berbakat bagus, tenaga dalam yang di milikinya sekarang sudah dapat mengungguli setan tua tersebut!"
"Kau anggap, bakatku tidak dapat melampaui Ting Peng?"
Singa emas agak ragu, kemudian katanya: "Soal ini lohu tak berani mengatakan secara sembarangan, ayah ibu nona adalah jagoan nomor satu dikolong langit, tentu saja bakatnya tak mungkin jelek tapi manusia seperti Ting Peng sesungguhnya merupakan seorang manusia berbakat yang sukar di temukan."
Cia Siau giok tersenyum. "Empek Kim, kau tak usah sungkan-sungkan, aku tahu kalau bakatku tak bisa memadahi bakat Ting Peng, tapi aku mempunyai cara lain untuk mengatasi kekurangan tersebut."
"Setelah nona mempelajari ilmu Gi giok sin kang, apakah kau hendak menyalurkan tenaga dalammu kedalam tubuh seseorang agar kemampuan orang itu bertambah hebat?"
"Apakah hal ini bisa dipakai untuk menandingi Ting Peng?" tanya Cia Siau giok sambil tertawa.
"Mungkin tidak bisa, bila tenaga dalam yang dimiliki disalurkan ke tubuh orang lain dengan ilmu Gi giok sin kang, maka kekuatan tubuh orang yang bersangkutan akan memperoleh kerugian besar, apalagi nona masih muda dan..."
"Tujuanku yang terutama adalah untuk menandingi Ting Peng, apabila hal tersebut tidak bisa dipakai untuk mencapai tujuan, aku mah tidak akan melakukannya!"
"Apa gunanya nona mempalajari ilmu Gi giok sin kang tersebut?"
Cia Siau giok tertawa. "Soal ini tak usah kau campuri, pokoknya cepat buatkan persiapan, aku ingin bertemu dengan ibuku secepatnya."
Singa emas segera memperlihatkan wajah serba salah, katanya kemudian setelah ragu sejenak: "Saat ini kiongcu sedang mempelajari semacam ilmu sakti, dia telah menurunkan perintah yang melarang siapa pun pergi mengacau konsentrasinya"
"Tapi persoalan ini luar biasa, kita sudah mencapai pada saat yang kritis dan ancaman jiwa, aku rasa hal ini tak bisa dibilang sebagai mengganggu lagi"
Baru saja Singa emas hendak buka suara, Cia Siau giok sudah berkata lagi dengan suara dalam: "Empek Kim, aku tak ingin menggunakan kata perintah secara sembarangan, tapi untuk menghormati kau, aku terpaksa harus berbuat demikian, aku tak ingin menggunakan perintah secara sembarangan, bilamana keadaan benar-benar tidak memaksa, apakah kau ingin melanggar perintah?"
"Tidak, lohu tidak berani!" seru Singa emas dengan perasaan terperanjat.
"Bagus sekali, kalau begitu berangkatlah sekarang juga!"
"Bagaimana dengan tempat ini?"
"Lepas saja jangan digubris, biarkan Ting Peng masuk, mau membunuh siapapun biarkan saja dia membunuh!"
"Soal manusia sih tidak menjadi soal, setiap saat kita bisa melatih pasukan baru, yang kukuatirkan adalah hasil usaha kita selama ini..."
Cia Siau giok segera tertawa. "Soal ini tak usah kau kuatirkan, asal kita perintahkan kepada mereka agar jangan melawan, Ting Peng pasti tak akan memusnahkan tempat ini..."
"Apakah nona yakin?"
"Yakin sekali, jangan lupa tempat ini adalah perkampungan Sin kiam san ceng, rumah Cia siau hong, Ting Peng menaruh rasa hormat terhadap ayahku, dia tak akan berbuat secara semena-mena. coba kalau bukan tergantung hal ini, sekalipun ada sepuluh buah perkampungan Sin kiam sanceng pun sudah bubar sedari dulu."
Kim say tianglo menghela napas panjang memandang Cia Siau giok yang duduk sambil tersenyum, tiba-tiba saja timbul perasaan bergidik didalam hatinya.
Kalau berbicara dari tenaga dalam yang dimilikinya sekarang, dia masih mampu untuk membinasakan Cia Siau giok, tapi entah mengapa, dia justru menaruh sikap yang begitu menghormat terhadap nona ini, sedikitpun tidak berani membantah perintahnya.
Apakah hal ini dikarenakan kesetiaan? Orang ini tidak memiliki kesetiaan, kalau tidak, diapun tak dapat menduduki kursi sebagai pemimpin para tianglo dan menghianati perguruan serta majikannya.
Lantas apa sebabnya dia begitu takut terhadap Cia Siau giok? Mungkin dia sendiripun tak dapat menjawab pertanyaan tersebut, bukan cuma dia, setiap orang yang berada dalam perkampungan Sin kiam san ceng pun berperasaan demikian.
Cia sianseng telah datang, ketika menerima perintah dari si nona untuk tetap tinggal disana menghadapi Ting Peng, paras muka Cia sianseng segera berubah, perintah itu sama artinya dengan mengumumkan hukuman mati kepadanya. Tapi kecuali menerima perintah, Cia Sianseng tak berani mengucapkan sepatah katapun.
Mereka semua hidup karena takut mati tapi berada dihadapan Cia Siau giok, nyawa mereka bagaikan sampah, mereka sama sekali tak berani menghindarkan ataupun melarikan diri. Kini Cia sianseng hanya bisa berdoa semoga Ting Peng hanya lewat saja dan tidak memasuki perkampungan Sin kiam san ceng.
Untung saja nasib Cia sianseng masih terhitung tidak jelek, kereta Ting Peng hanya berhenti didepan dermaga. Hanya Siau hiang yang melompat turun, setelah menjura kepada Cia sianseng dengan hormat diapun berkata:
"Kongcu kami datang untuk pamit, dia mau pulang ke rumah, tolong sampaikan kepada nona Cia bahwa dia minta maaf karena berulang kali datang mengganggu kalian, mungkin dua tiga bulan lagi kongcu kami baru akan datang berkunjung lagi"
Begitu mendengar kata "pamit", Cia sianseng sudah merasa amat lega hatinya bahkan dia berjanji mulai hari itu akan bersembahyang setiap hari, dan tiap tanggal lima belas akan berpantang untuk mengucapkan terima kasihnya atas perlindungan Thian dalam peristiwa hari ini.
Hingga kereta Ting Peng pergi jauh dia baru percaya kalau nasibnya benar-benar lagi mujur.Maka tergesa-gesa dia kembali ke kamar rahasia untuk menyampaikan kabar gembira itu kepada Cia Siau giok, tapi begitu masuk ke dalam ruang rahasia dia menjadi tertegun.
Pintu batu yang tebalnya beberapa depa itu, sekarang sudah terbelah menjadi dua dan roboh di tanah. Diatas tanah masih tersebar banyak sekali kutungan panah dan kutungan tombak, semua benda tersebut sebetulnya tersimpan dalam alat rahasia dibalik dinding, tujuannya adalah untuk mencegah orang menyusup ke situ.
Sekarang kenyataan membuktikan kalau alat rahasia tersebut tak pernah berfungsi tapi setiap panah, setiap tombak telah dibelah orang menjadi dua bagian. Dari kepala sampai buntut, semuanya terbelah menjadi dua bagian yang sama besarnya.
Siapa yang melakukan perbuatan ini? Jawabannya hanya satu... Ting Peng. Hanya golok Ting Peng yang dapat membelah senjata rahasia tersebut, hanya golok bulan sabit yang bisa membelah pintu batu setebal beberapa depa itu. Bacokan tersebut benar-benar merupakan sebuah bacokan kilat yang mampu membelah apapun. Senjata rahasia, ruang rahasia, gudang bawah tanah, kesemuanya itu seperti mainan kanak-kanak bagi pandangan Ting Peng.
Menyaksikan semua potongan senjata yang terbelah ditanah, mau tak mau Cia sianseng merasakan hatinya menjadi bergidik. Ditanah tak nampak noda darah, tak nampak jenasah... tiada jenasah yang terbelah menjadi dua.
Hal ini membuktikan kalau Cia Siau giok tidak terbunuh, tapi hal itu tidak menunjukkan pula kalau jiwa Cia sianseng sudah ada jaminan, dia tetap berada disitu, menunggu kemunculan Ting Peng yang setiap saat akan mencabut nyawamu. Bahkan Cia sianseng berharap bisa menemukan jenasah Cia Siau giok ditanah, berharap ia terbunuh oleh Ting Peng.
Walaupun Cia Sianseng juga tahu kalau musuhnya amat banyak, seandainya tanpa Sin kiam san ceng sebagai tiang punggungnya, sulit baginya untuk hidup selama tiga bulan lagi, tapi dia tetap mengharapkan harapannya terkabul. Bahkan diapun berharap Ting Peng dapat membacoknya pula dalam sekali bacokan.
Dia tak ingin mati, tapi kadang kala dia merasa pula kalau kematian merupakan semacam pelepasan, semacam pelepasan dalam bentuk semangat dan jiwa. Hidup pun kadang kala amat menderita.
Padahal asal dia mau mencabut pedangnya dan menggorok ke atas tenggorokan sendiri, maka semua persoalan akan menjadi beres, apalagi didalam perkampungan Sin kiam san ceng paling tidak terdapat dua ribu macam cara untuk membunuh diri sendiri, diantaranya terdapat dua ratus cara yang sama sekali tidak memberikan rasa sakit barang sedikitpun juga.
Tidak sulit untuk mencari kematian dalam perkampungan Sin kiam san ceng, justru sukar kalau kau ingin hidup disitu. Cuma saja Cia sianseng tidak mempunyai keberanian untuk bunuh diri oleh karena itu dia harus hidup lebih lanjut sambil merasakan pelbagai penderitaan.
KERETA kembali meneruskan perjalanan kedepan, kali ini menuju ke kota Hang ciu. Ting Peng memang ingin pulang ke rumah. Sikapnya masih tetap amat santai, hanya nafasnya agak tersengkal. Sewaktu berada dalam ruang rahasia milik Cia Siau giok, dia telah mempergunakan goloknya untuk menghalau senjata rahasia beracun itu.
Setiap panah, setiap tombak, semuanya berdatangan dari arah yang sama sekali tak terduga, dengan kecepatan yang tak terduga pula. Setiap panah dan setiap tombak semua sudah terendam dengan racun jahat, tak usah melukai tubuh kena tersentuh diatas badan pun, dalam waktu singkat korbannya bisa melumer menjadi luluhan darah. Kebuasan dan berbahayanya ruang rahasia tersebut pada hakekatnya sukar dilukiskan dengan kata-kata.
Tujuan Cia siau giok membuat alat-alat rahasia didalam ruang rahasia itu tak lain adalah khusus untuk dipakai menghadapi jago lihay dalam dunia persilatan, oleh sebab itu Kim say tianglo maupun Cia sianseng, bila sudah berada didalam ruang rahasia, mereka akan berdiri tak berkutik sebab salah2 nyawa mereka bisa melayang disana.
Hanya satu orang yang bisa menerjang masuk dan keluar dengan selamat, orang itu adalah Ting Peng, cuma Ting Peng sendiripun harus menggunakan tenaga yang sangat besar. Setiap orang yang berputar satu lingkaran disana, perasaannya pasti tak bisa enteng, demikian juga halnya dengan Ting Peng.
Sekalipun dia berusaha untuk bersikap tenang, tapi tak dapat mangelabuhi Siau hiang terutama sekali tangannya yang membelai rambut Siau hiang masih kelihatan gemetar. Siau hiang menggenggam tangannya dan ditempelkan diatas pipi sendiri, membuat Ting Peng tak tahan untuk mencubit pipinya yang halus. Kalau dihari biasa, Siau hiang tentu akan melemparkan sekulum senyuman, tapi hari ini dia nampak amat risau:
"Kongcu telah melangsungkan suatu pertarungan?"
Ting Peng menghela napas. "Benar, aku harus menggunakan tujuh kali tujuh empat puluh sembilan bacokan sebelum berhasil keluar dengan selamat."
Dengan perasaan terkejut Siau hiang berseru: "Masa didunia ini terdapat jagoan semacam ini? Masa dia mampu bertarung sebanyak delapan puluh sembilan gebrakan dengan kongcu?"
Ting Peng tertawa. "Bukan manusia, melainkan sebuah rumah setan, didalamnya penuh dengan alat rahasia dan senjata rahasia."
"Masa untuk menghadapi alat rahasia dan senjata rahasia pun harus memaksa kau untuk menggunakan golok?"
"Bila kau tahu senjata rahasia apakah itu maka kau pun akan tahu kecuali menggunakan golok, tiada cara lain untuk menghadapi ancaman tersebut."
Kebaikan yang dimiliki Siau hiang adalah selamanya tak pernah membantah apa yang dikatakan orang, dia mempercayai setiap patah kata yang diucapkan lawan, ketika Ting Peng mengatakan kalau hanya menggunakan golok saja baru dapat menyelesaikan persoalan itu, dia pun percaya kalau tiada cara lain.
Maka dia bertanya lagi: "Pentingkah rumah itu?"
"Aku percaya amat penting, sebab dari situlah Cia Siau giok melarikan diri, akupun melihat ada sebuah lorong rahasia, tapi tidak mengejar lebih jauh."
"Kenapa?"
"Sebab aku sudah tak dapat melancarkan empat puluh sembilan buah bacokan lagi!"
Sebuah bacokan saja sudah mendatangkan keampuhan yang luar biasa, apalagi empat puluh sembilan bacokan sekaligus Siau hiang dapat membayangkan bagaimana sengsaranya itu. Maka dia pun bertanya lagi: "Jadi Cia Siau giok telah kabur?"
"Aku tidak tahu, mungkin ia sudah kabur mungkin ia masih bersembunyi didalam, tapi aku memutuskan untuk tidak masuk kedalam."
Siau hiang manggut-manggut. "Tindakanmu ini memang benar, kongcu tidak perlu untuk pergi menyerempet bahaya sebab sekalipun berhasil kau temukan, belum tentu kongcu akan membunuhnya, paling banter kaupun hanya akan mengajukan beberapa buah pertanyaan saja!"
"Oooh, darimana kau bisa tahu?"
"Sebab dia adalah putri dari Cia Siau hong, Cia tayhiap!"
Ting Peng segera tertawa tergelak-gelak. Haaahh... haaaah... haaaah.... terlepas dia itu putri siapa, seandainya semua bukti yang berhasil ku kumpulkan selama beberapa hari ini dijadikan satu, maka sekalipun dia harus mati seribu kalipun tidak terhitung sedikit."
Siau hiang turut tertawa. "Tapi kongcu toh tetap tak akan membunuhnya, sebab kongcu masih ingin mengetahui rahasia yang menyelimuti tubuhnya."
"Rahasia apa sih yang masih dia miliki?"
"Kelewat banyak, dia adalah majikan perempuan dari parkampungan Sin kiam san ceng, mengapa dia telah merubah perkampungan Sin kiam san ceng yang dihormati dan disegani setiap orang menjadi suatu tempat yang begitu menyeramkan dan begitu mengerikan?"
"Dia hanya merupakan seorang anak gadis, mengapa bisa mempunyai kekuasaan yang begitu besar? Meskipun perkampungan Sin kiam san ceng bernama besar, toh hal ini merupakan hasil perjuangan dari Cia Siau hong sendiri, tiada keuntungan pribadi yang terselip didalamnya, tapi Cia Siau giok berhasil menciptakan semacam pengaruh dan kekuasaan didalam perkampungan Sin kiam san ceng, semua anak buahnya juga merupakan buah pilihannya sendiri, dari manakah dia bisa memperoleh orang-orang tersebut?"
"Tindak tanduknya yang begitu berani dan dalam perkampungan Sin kiam san ceng, paling tidak juga harus didengar oleh Cia Siau hong tapi dengan kedudukan Cia Siau hong sekarang tenyata dia sama sekali tidak menegur ataupun menggubris, jelas dia mempunyai rahasia pribadi yang sengaja ditutupi, sebenarnya kekuatan apakah yang mencegah Cia tayhiap mengambil tindakan?"
Ting Peng segera tertawa terbahak-bahak. "Haaahh... haaahh... haaahh.... Siau hiang kau memang benar-benar luar biasa, semua isi perutku tampaknya sudah berhasil kau korek keluar semua. Benar bila tiga pertanyaan tersebut belum dipecahkan aku memang tak akan tidur dengan nyenyak, tapi bila kubunuh dirinya, maka semua titik terang itu pun akan terputus sampai disitu saja!"
"Sekali pun kongcu sudah berhasil memecahkan ketiga buah pertanyaan inipun, kau masih belum bisa membinasakan dirinya"
"Karena alasan apakah itu?"
"Sebab dia adalah seorang gadis yang cantik dan menawan hati"
"Seorang gadis yang cantik dan menawan hati toh belum tentu harus hidup terus."
"Mungkin orang lain mempunyai alasah untuk membunuhnya, tapi kongcu tidak mempunyai kepentingan untuk harus membunuhnya, sebab entah berapa banyakpun perbuatan brutal yang telah dilakukan olehnya, dia belum pernah melakukannya!"
"Hal ini bukan disebabkan dia terlalu sungkan kepadaku, melainkan dia memang tak mampu untuk melukai aku"
"Hal itu toh sama saja, masih ada alasan lain yang jauh lebih penting lagi, yakni Cia Siau hong saja bisa bersabar dan menahan diri membiarkan dia untuk hidup lebih lanjut?"
Ting Peng tertawa. "Mengapa cara kerjaku selalu harus dihubung-hubungkan dengan Cia Siau hong?"
"Karena kongcu telah menganggap dia sebagai satu-satunya musuh."
"0mong kosong, aku amat menghormatinya, aku tidak bermaksud untuk memusuhi dia."
'Hal ini pun bukan berarti kongcu terlalu mengaguminya dan ingin menjadikan dia sebagai contoh!"
"Tentu saja, ilmu yang dilatih olehnya adalah ilmu pedang, sedangkan ilmu yang kulatih adalah ilmu golok, kita masing-masing hidup dengan cara kehidupan masing-masing, mengapa aku harus menirukan dia?'
"Nah, itulah dia!" seru Siau hiang sambil tertawa, "walaupun kongcu amat mengagumi dia, tapi dalam hatimu selalu muncul satu ingatan untuk berusaha dapat melampauinya, sekalipun belum tentu harus mencabut golok dan menantangnya berduel, tapi kau tetap ingin berusaha untuk mengalahkan dia di bidang lain!"
"Tidak pantas aku mempunyai jalan pemikiran demikian?" tanya Ting Peng setelah termenung sejenak dan tertawa.
"Seandainya orang lain yang mempunyai jalan pemikiran demikian, mungkin orang akan menuduhnya sebagai manusia latah, tapi tidak demikian dengan kongcu, sebab keberhasilan kongcu di dalam permainan golok mu sudah tidak kalah dengan keberhasilannya di dalam permainan ilmu pedang"
"Tidak bisa, aku masih kalah setingkat daripadanya!"
"Tidak, itu dulu, sekarang aku rasa kongcu sudah tidak kalah darinya..." kata Siau hiang cepat.
"Mengapa kau bisa mempunyai pandangan semacam ini?"
"Demi Cia Siau giok, demi putrinya!"
"Apa sih hubunganmu dengan putrinya?"
"Besar sekali, betapapun mendalamnya ilmu pedang yang dimiliki, bagaimana pun tingginya moral yang dipunyai, asal dia mempunyai putri seperti ini, hal tersebut akan merupakan titik kelemahannya, oleh sebab itu selama Cia Siau giok tetap ada, maka kongcu masih dapat melebihi dirinya."
Ting Peng segera membungkam dalam seribu bahasa, ucapan Siau hiang telah merasuk ke dalam hatinya. Mengungguli Cia Siau hong merupakan keinginan yang selama ini selalu terpendam dalam hatinya, walaupun dia tak mau mengakui, namun hatinya selalu menganjurkan pada dirimu sendiri agar ia berjuang menuju kearah sana. Justru karena kehadiran Cia Siau hong diantara mereka, maka ia tidak merasa puas, oleh sebab itu dia baru mempunyai gairah untuk berjuang terus agar bisa lebih maju.
Sungguh tak pernah di sangka kalau akhlak dan moral Cia Siau giok sudah berubah menjadi begitu sesat, begitu jahat dan rumitnya kesemuanya ini membuat Ting Peng mau tak mau merasakan juga sedikit rasa gembira, sekalipun sesungguhnya diapun merasa gusar juga terhadap putrinya Cia Siasu hong ini bila mengingat kejayaan ayahnya yang dibikin porak poranda olehnya.
Tapi bila teringat olehnya kalau Cia Siau hong hanya mempunyai seorang putri saja apa bila rahasia ini sampai sampai terungkap, sudah jelas hal mana akan sangat mempengaruhi rasa hormat dan segan orang persilatan pada umumnya terhadap Cia Siau hong.
Pukulan batin yang demikian besar dan beratnya ini, bisa jadi akan membuat Cia Siau hong menjadi kecewa dan putus asa. Seringkali dia memikirkan persoalan ini bahkan dia pun merasakan sedikit malu dan menyesal, tapi hal itu pun tak lebih hanya suatu perasaan sayang dan kecewa, belaka. Sebab rusaknya Cia Siau giok hingga terjerumus dalam keadaan seperti ini, paling tidak bukan merupakan hasil karyanya.
Oleh sebab itu katanya sambil tertawa. "Paling tidak ada satu hal aku masih belum dapat mnyamai Cia Siau hong, yakni aku tidak mempunyai anak gadis, sekalipun dikemudian hari akan mempunyai anak gadis, tak nanti anak gadisku akan meniru cara Cia Siau giok yang brutal itu!"
Anak gadis seperti Cia Siau giok ini, mungkin Cia Siau hong sendiripun tak mampu untuk melahirkan untuk kedua kalinya, maka Ting Peng merasa hatinya amat tegang. Walaupun hal ini merupakan kekurangannya bila dibandingkan dengan Cia Siau hong namun dia rela sekali untuk mengaku kalah.
Dan persoalan ini pula yang merupakan satu-satunya kekurangan yang mau dia akui atas diri Cia Siau hong. Diapun percaya, tiada orang yang menginginkan anak gadisnya bersaing dengan Cia Siau giok.
TEMPAT ini merupakan sebuah lembah bukit yang dingin dan menyeramkan, sekalipun matahari sedang memancarkan cahayanya dengan terik ditengah hari bolong, lembah tersebut masih tetap diselimuti oleh kabut yang tebal.
Lembah itu sangat curam, apalagi karena sepanjang tahun diselimuti oleh kabut yang tebal sehingga sukar untuk diketahui dalam tidaknya, tentu saja tiada orang yang sudi untuk menelusuri tempat seperti itu.
Dibalik kabut yang tebal terendus pula bau busuk yang amat menusuk penciuman, tatkala tertimpa cahaya matahari, ternyata membiaskan cahaya tujuh warna yang berwarna warni. Inilah yang disebut sebagai kabut beracun, kabut itu sangat jahat dan mengerikan.
Seorang tukang penebang kayu yang terpeleset pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, ada seekor burung kecil hendak terbang melintas dari sana, karena kurang berhati-hati, tubuhnya terkena sedikit hawa kabut tersebut, akibatnya burung itu segera terjatuh ke bawah dan mati.
Ada pula yang tanpa sengaja berjalan ke sisi lembah itu, baru mengendus sedikit hawa kabut, tubuhnya segera roboh tak sadarkan diri. Itulah sebabnva orang lantas menyebut tempat itu sebagai lembah kematian.
Jauh dari lembah itu, pada jarak dua li dari mulut lembah, orang telah membuat peringatan diatas pohon yang menerangkan betapa berbahayanya keadaan didalam lembah tersebut dan menganjurkan kepada setiap orang agar jangan mendekat.
Tempat yeng bercahaya dan menyeramkan seperti ini tentu saja mempunyai pula banyak dongeng yang beraneka ragam, tapi yang paling aneh diantaranya adalah tinggallah seorang malaikat iblis di dalam lembah kematian itu.
Malaikat iblis itu adalah seorang perempuan yang cantik jelita, konon seorang penebang kayu pernah menyaksikan perempuan itu melayang-layang diantara kabut.
Ketika pada hari pertama tukang penebang kayu itu turun gunung, dia masih memujinya betapa cantik dan menariknya perempuan yang dijumpainya itu, tapi pada hari kedua, seluruh badannya sudah membengkak dan akhirnya mati dengan badan berubah menjadi hitam pekat, setelah mayatnya diperiksa, baru diketahui kalau dia tewas karena terkena sejenis kabut beracun yang jahat.
Maka orang-orang tua dalam dusun pun menyatakan kalau didalam lembah tersebut tinggal seorang malaikat kabut beracun. Mereka yang percaya dengan tahayul pun mulai membangunkan kuil dewa kabut beracun dibawah bukit itu, didalam kuil dipersembahkan sebuah patung perempuan.
Berhubung tukang kayu yang pernah melihat dewi kabut itu sudah mati, maka raut wajah dewi kabut pun dibuat sesuai dengan apa yang pernah dilukiskan tukang penebang kayu itu semasa hidupnya tapi sayang tukang pahatnya kurang pandai sehingga pada itu dilukiskan sebagai seorang perempuan setengah umur yang sedikit agak gemuk, sedikit pun tidak nampak cantik atau menarik..
Walaupun demikian, peziarah yang berkunjung kesana ternyata banyak sekali, kuil itu pun di jaga oleh seorang nenek sebagai juru kuncinya, setiap orang yang pernah terkena kabut beracun, asal membungkus abu hio dari kuil itu dan diminumkan, penyakitnya segera menjadi sembuh kembali, konon khasiatnya jauh lebih hebat daripada khasiat obat tabib.
Ada orang pernah membuktikan, ada seorang saudagar yang datang dari kota lain terkena racun kabut dan berbaring dalam rumah penginapan di kota, berbagai macam obat dari beberapa orang tabib kenamaan telah diminum namun penyakitnya belum juga disembuhkan.
Kebetulan kacungnya mendengar dari orang tentang cerita kuil dewi kabut beracun, diapun berkunjung kesitu dan minta sebungkus obat, ketika abu itu diminumkan kepada majikannya, ternyata penyakit yang di derita majikannya segera sembuh.
itulah sebabnya lambat laun nama kuil dewi kabut beracun pun menjadi tenar dan dikenal banyak orang. Suatu hari datang sebuah kereta yang indah dan mentereng yang berhenti dimuka kuil, kehadiran kereta itu sama sekali tidak menarik perhatian banyak orang sebab selama banyak tahun ini banyak orang dari tempat jauh yang datang kesitu minta obat, bahkan mereka yang tidak terkena kabut beracun pun datang kesana untuk minta obat.
Kedatangan kereta itu sangat mendadak mereka segera memborong kamar-kamar yang ada didalam rumah penginapan terbaik di kota itu. Kamar yang terdiri dari tujuh delapan buah itu mereka borong semuanya, dua orang tamu yang semula menginap disanapun dipersilahkan pindah karena pengurus rumah tangga tua itu bersedia mengeluarkan uang sebesar dua puluh tahil perak tiap orang untuk menyilahkan mereka pergi.
Sewa kamar yang semula setahil sehari ternyata ditukar dengan uang sebesar dua puluh tahil perak asal mau pindah, sudah barang tentu siapa saja bersedia untuk melakukannya.
Tahu begini, pemilik rumah penginapan itu pasti akan menyuruh seluruh isi keluarganya untuk menginap dulu disana. Ia lebih-lebih membenci diri sendiri, sebab sewaktu pengurus rumah tangga yang tua itu bertanya kepadanya apakah ada kamar kosong, dia mengatakan ada, bahkan membawanya untuk memeriksa kamar kosong itu satu persatu.
Pada saat itu dia hanya kuatir pihak lawan tidak jadi menginap disana, maka semua kamar yang dimilikinya segera di perlihatkan semua kepada tamunya. Tua bangka itu tiap kali melihat sebuah kamar segera mengangguk satu kali tanpa mengucapkan sepatah katapun, pada mulanya dia masih kuatir karena usahanya mungkin akan gagal.
Siapa tahu sampai pada akhirnya, ternyata semua kamar yang ada dalam rumah penginapannya diborong semua, malahan dia berunding sendiri dengan tamu yang tinggal disana dan bersedia membayar dua puluh tahil seorang untuk mempersilahkan mereka pindah tempat.
Dua puluh tahil perak sudah cukup untuk memborong seluruh kamar yang ada dirumah penginapan tersebut, tapi dia telah mempergunakannya untuk memindahkan tiap tamu dari kamarnya. Tahu begini, dia pasti akan menyuruh bininya, putrinya dan putranya untuk menempati kamar-kamar tersebut agar tiap orang bisa memperoleh uang pesangon sebesar dua puluh tahil.
Bila demikian akan bisa menarik seratus tahil perak lebih. Dia sudah mengangkat tangannya dan hampir saja hendak digaplokkan ke atas kepala sendiri. Untung belum digaplokkan, kalau tidak mungkin dia akan menyesal, sebab pengurus rumah tangga tua itu kembali bertanya.
"Apakah keluarggamu sendiri juga berdiam disini?"
Suatu kesempatan yang sangat baik telah datang, sebetulnya dia hendak menggeleng, tapi baru saja dia akan menggeleng, pengurus rumah tangga tua itu sudah menghela napas seraya berkata.
"Waah, kalau begitu sayang sekali, kalau tidak kau bisa beruntung sejumlah uang lagi!"
Buru-buru pemilik penginapan itu berseru. "Mereka berdiam di rumah penginapan ini, biniku berada didapur, putraku membantu mengerjakan apa saja, kami sekeluarga tiada yang menganggur, kami pun tidak memakai pembantu, maklum usaha kecil, coba bayangkan saja, mana kuat kami menggaji orang?"
Orang itu segera tertawa. "Bagus sekali kalau begitu, hujin kami memang kuatir disini terlalu banyak pembantu, kalau begitu kami akan tinggal disini saja, Aaaah, benar, berapa jumlah anggota keluargamu."
"Tidak banyak, Cuma empat orang, tidak... tidak, lima... lima orang, kami suami istri berdua, seorang putri dan dua orang putra jadi jumlahnya lima orang."
"Seandainya ada pelayan atau pembantu, harus menerangkan lebih dulu agar aku bisa memperhitungkan juga!"
"Tidak ada, kami hanya usaha kecil-kecilan."
"Baik, kami akan memborong seluruh penginapanmu ini dengan bayaran lima ratus perak sehari. Cuma harus dihitungkan pula dengan lima puluh tahil seorang bagi anggota keluargamu, kau tidak merasa kelewat banyak bukan?"
"Yaa, tidak banyak, tidak banyak!"
"Kalau ada uang, tentu saja tak akan dianggap terlalu banyak."
Sambil tertawa pengurus rumah tangga tua itu berkata lagi: "Baik, kita sudah menetapkan demikian, aku harap masing-masing tak boleh mengingkari lagi, berapa hari kami akan berdiam disini masih belum tahu, pokoknya sehari kami tinggal disini, sehari akan kami bayar kontan, inilah bayaran untuk hari ini, dua ratus lima puluh tahil perak, harap kau terima dulu!"
Tangan si pemilik penginapan yang dipakai untuk menerima uang tersebut kelihatan gemetar keras, namun dia tidak menjadi bodoh karena kegirangan, dia masih bisa memperhitungkan jumlah angka, maka segera serunya:
"Lo koan keh, bukankah kau berjanji akan memberi lima ratus tahil perak untuk satu hari?"
"Betul, nilai menyewakan lima ratus tahil, tapi dipotong dengan lima orang anggota keluargamu tiap kepala lima puluh tahil, maka jumlahnya tinggal dua ratus lima puluh tahil..."
"Mengapa kau memotong uang kami?"
"Begini ceritanya, nyonya kami suka akan kebersihan, kami tidak membutuhkan pelayanmu, pekerjaan apa saja akan melakukannya sendiri kebetulan kamipun menyewa rumah penginapan lain di kota maka kalian akan kami kirim untuk menginap sementara waktu disana, berhubung kamipun tak akan membiarkan anggota keluarga kalian berjumpa dengan orang lain, maka kami akan mengirim orang untuk memperhatikan kalian, harus memberi makan minum buat kalian, maka setiap orang harus dipotong lima puluh tahil perak, mungkin nilai ini kelewat tinggi tapi mereka adalah anggota keluargamu, kan sudah sewajarnya mengeluarkan uang buat mereka bukan? Jika kau mempunyai pelayan, libur saja dua hari suruh mereka pulang, bukankah kaupun akan menghemat? Untung saja anggota keluarga kalian cuma lima orang itu berarti kau masih untung bukan?"
Untung saja pemilik rumah penginapan itu tak sampai muntah darah, tentu saja dia tak dapat mengatakan tidak, karena dalam kenyataannya usahanya kali ini menguntungkan sekali, bahkan pada hakekatnya membuat tidak percaya.
Kembali Lo koan keh menggapai memanggil dua ekor kereta kuda, kemudian oleh lima orang lelaki kekar dia dan keempat anggota keluarganya segera dinaikkan keatas kereta.
DENGAN hormat sekali si singa emas mengetuk pintu kamar, sampai pada ketukan yang kedua, dari dalam kamar baru mendengar suara yang merdu merayu menegur:
"Siapa?"
"Lapor, sau-kiongcu, hamba yang datang!"
"Oooh, empek Kim, silahkan masuk, pintu tidak dikunci"
Singa emas mendorong pintu dan masuk tapi dengan cepat dia berdiri tertegun. Sebab Cia Siau giok sedang menyisir rambutnya. Menyisir rambut sesungguhnya bukan suatu pekerjaan yang mengejutkan, hampir setiap perempuan pasti menyisir rambut, sekalipun si nenek yang rambutnya telah beruban pun, setiap hari pasti akan membutuhkan banyak waktu untuk pelan-pelan menyisir rambutnya.
.... Halaman 48 - 49 hilang ....
Cia Siau giok tidak berpaling, yang terlihat oleh si singa emas tak lebih hanya bayangannya dibalik cermin tetapi senyumannya yang polos, suara yang manja telah membuat seluruh tubuhnya seakan-akan terjerumus ke dalam suatu keadaaan tiada aku.
Cia Siau giok tidak tahu kalau dia sudah berlutut, sambil tertawa tanyanya lagi. "Empek Kim, apakah kau sudah mengadakan hubungan kontak?"
"Sudah, hubungan kontak sudah kulakukan, besok pagi Kiongcu akan mengundang kita untuk masuk!"
"Ia bersedia menjumpai aku?"
"Sebenarnya tak mau, tapi kemudian setelah mengetahui kalau urusan yang budak tua kemukakan amat serius, dia baru mau mengabulkan."
"Mengapa sih dia menyembunyikan diri di tempat yang terpencil?"
"Untuk menyucikan diri dan menjauhkan diri dari keramaian dunia..."
"Tempat ini tidak sepi, terutama sekali segala peristiwa aneh yang diterbitkan olehnya, apakah dia bisa memperoleh ketenangan di tempat seperti ini?"
Kiongcu telah mendapat julukan sebagai malatkat kabut beracun, semua orang dibuat ketakutan olehnya, dan siapapun tak berani kesitu untuk menghantar kematian, dia adalah malaikat yang dihormati dan disegani oleh setiap orang."
"Aaah, paling paling cuma orang desa yang bisa digertak dan dibikin ketakutan olehnya, coba kalau ada orang yang pandai bersilat datang kesitu, niscaya mereka tak akan mempercayai dongeng tersebut, malahan bisa jadi akan melakukan penyelidikan kesana."
"Berapa tahun berselang memang terdapat manusia semacam ini yang pergi melakukan pengintaian, tapi kenyataannya mereka ditemukan tewas semua karena terserang kabut beracun, sejak itulah tak seorangpun manusia yang berani datang ke situ untuk menghantar kematian!"
Cia Siau giok tertawa. "Ya, mereka mampus karena orang-orang itu Cuma kawanan jago silat kasaran, coba kalau bertemu dengan jagoan yang sesungguhnya, kabut beracun itu tidak akan membuat mereka ketakutan."
"Kiongcu sama sekali tidak mencampuri urusan dunia persilatan, diapun tak mau melibatkan diri di dalam persoalan apapun, seorang jago lihay yang sesungguhnya tak nanti akan kesitu untuk mengusik ketenangan."
"Benarkah begitu? Untung dia tak berjumpa dengan Ting Peng, sifat ingin tahu yang dimiliki orang itu luar biasa sekali!"
Singa emas tak tahu bagaimana harus menjawab, terpaksa dia hanya membungkam dalam seribu bahasa. Cia Siau giok berpaling, sekarang dia baru tahu kalau si singa emas sedang berlutut, tanpa terasa serunya dengan terperanjat.
"Empek Kim, apa yang sedang kau lakukan? Ayo cepat bangun!"
"Oleh karena budak tua menyaksikan Sau kiongcu amat berwibawa, maka budak tua tak berani bersikap kurang ajar."
"Oooh, benarkah aku memiliki kekuatan iblis sedemikian besarnya sehingga bisa membuat Tianglo dari Mo kau seperti kau pun takluk seratus persen?"
"Benar, kekuatan tersebut sudah bukan termasuk kekuatan iblis sedemikian lagi, melainkan semacam kekuatan sakti kesucian dan keanggunan sau kiongcu cukup membuat siapa saja bertekuk lutut!"
"Termasuk perempuan?"
"Menurut pendapat budak itu, entah laki-laki entah perempuan baik yang tua maupun yang muda, semuanya sama saja!"
"Kalau begitu, aku harus muncul dalam sikap dan bentuk seperti ini...?"
"Benar, sayang sekali budak tua belum pernah menjumpainya dahulu, apabila sau kiongcu muncul dengan wajah seperti ini, seluruh kolong langit mungkin sudah terjatuh kedalam cengkeramanmu."
Cia Siau giok tertawa. "Aku mah sudah sejak dulu mengetahui akan hal ini", katanya.
"Oooh, bagaimana caranya sau kiongcu mengetahui akan hal ini?"
"Waktu itu aku masih muncul dalam bentuk sebagai Giok Bu sia, lotoa dari Lian im cap si sat, tatkala menjumpai suatu persoalan yang amat penting, waktu itu aku sedang menyisir rambut, tatkala menyaksikan diriku, akhirnya mereka sama-sama menjatuhkan diri berlutut diatas tanah."
"Kalau toh sau kiongcu sudah mengetahui kalau dirimu memiliki suatu kelebihan yang amat luar biasa, sudah seharusnya bila kelebihan tersebut kau manfaatkan dengan sebaik-baiknya."
Sambil tertawa Cia Siau giok menggeleng. "Sebenarnya aku pun mempunyai rencana untuk berbuat demikian, tapi akhirnya niatku itu terpaksa harus kuurungakan."
"Mengapa?"
"Sejak saat itulah, setiap anggota Lian im cap si sat yang bertemu dengan diriku selalu menunjukkan sikap yang amat menghormat, bahkan menghembuskan napas panjangpun tak berani!"
"Hal ini dikarenakan munculnya satu perasaan hormat yang timbul dari dasar hati kecilnya, sekarangpun budak tua tak berani menghembuskan napas keras-keras!"
"Tapi aku tak ingin kalian berubah menjadi begini!"
"Mengapa? Bukankah tujuan sau kiongcu adalah menaklukkan kolong langit? Inilah cara yang paling mudah dan gampang untuk dikerjakan"
"Yang kuinginkan adalah menguasahi kolong langit, bukan membuat semua orang bertekuk lutut dihadapanku!"
"Bila sau kiongcu ada perintah, budak pasti tak akan menampik dengan begitu saja!"
"Oooh, kalau aku suruh kau maju dan memeluk aku?"
"Soal ini, budak tak berani!"
"Bila ada orang menggunakan pisau yang ditempelkan dibelakang tubuhmu untuk emmaksa kau berbuat demikian?"
"Budak lebih suka ditusuk daripada mengusik dan menodai sau kiongcu..."
Cia Siau giok tertawa. "Itulah dia, justru karena alasan ini maka aku segan untuk melakukannya, aku tak mau seorang diri di puncak tertinggi seperti ibuku!"
"Apakah sau kiongcu tak pernah bertemu dengan kiongcu?" tanya singa emas dengan perasaan bergetar keras.
"Belum pernah, sejak berusia tiga tahun kalian telah membawaku pergi dari ibuku, sejak saat itulah aku tak pernah berjumpa lagi dengannya...!"
"Darimana sau kiongcu bisa tahu seperti kiongcu?"
"Bukankah kalian yang sering bercerita? Sejak kecil aku sudah sering kali mendengar kalian berkata bahwa wajahku mirip ibuku, selain itupun aku tahu dari ayahku"
"Apakah Cia tayhiap juga bilang kalau sau kiongcu mirip kiongcu?"
"Benar itulah sebabnya dia tak suka diriku, memandang kepadaku, pada hakekatnya tak pernah menganggap diriku sebagai putrinya!"
"Kiongcu dan sau kiongcu bukan manusia sembarangan inilah sebabnya sering kali menjumpai kejadian-kejadian yang luar biasa, bagaimana mungkin bisa disamakan dengan orang biasa?"
Dahulu Cia Siah giok sudah berulang kali mendengar orang berbicara demikian setiap kali dia menggerutu pasti ada orang yang menasehati dan menghiburnya dengan kata-kata seperti itu.
Setiap kali dia mendengarnya ucapan mana semangatnya lantas bangkit kembali membuat dia melupakan segala sesuatunya tapi sekarang, ketika Kim say tianglo mengulangi sekali lagi ucapan tersebut ternyata reaksi yang timbul sama sekali diluar dugaan. Sekarang Cia Siau giok bukan bocah cilik, tidak seperti dahulu gampang dibohongi..
Kini, dia sudah dapat merasakan sendiri semua rasa Cinta, benci, girang dan marah bahkan oleh karena kehidupannya beribu kali-kali lipat lebih rumit dari pada orang lain, maka diapun dapat meresapi hal tersebut beribu kali lipat lebih dalam.
Ketika si singa mengucapkan kata-kata hiburan yang tua itu, dia sendiripun tidak percaya, diapun tidak mengharapkan Cia Siau giok dapat mempercayainya. Dia hanya merasa bila mana perlu, ucapan tersebut harus diulangi kembali.
Siapa tahu tiba-tiba saja dari balik mata Cia Siau giok segera mencorong sinar tajam seperti seorang bocah-bocah yang secara tiba-tiba mendapatkan benda yang sudah lama disukai saja, ia nampak girang sekali.
"Benarkah aku berbeda dengan manusia biasa?" pekiknya.
"Benar, sau-kiongcu memiliki bakat alam yang sama sekali berbeda, dengan manusia biasa!!"
"Bakat alam? Bakat alam yang mana?"
Singa emas tertegun, padahal ucapan tersebut diutarakan sekenanya saja tanpa di sertai dengan pemikiran yang lebih mendalam sewaktu kecil dulu, penampilan Cia Siau giok memang luar biasa sekali. Hanya saja kelebihan dan keluar biasaan ini sulit untuk diterangkan kepada orang lain.
Misalnya saja, pada usia tujuh delapan tahun dulu, sifat dan daya tarik kewanitaannya sudah amat besar! sekalipun hanya sekulum senyuman belaka, kadang kala bisa membuat seorang pria menjadi terkesima dan tertarik kepadanya. Tentu saja daya tarik itu adalah semacam daya tarik seorang perempuan terhadap lawan jenisnya.
"Kau seperti ibumu, merupakan perempuan luar biasa yang berbakat alam, siluman iblis yang bisa memikat kaum pria sampai mampus, siluman rase yang luar biasa dan berbakat"
Ucapan seperti itu berkecamuk dalam benak Si Singa emas, namun dia tak berani mengutarakannya keluar, tapi diapun membutuhkan suatu jawaban yang tepat. Bila Cia Siau giok mangajukan suatu pertanyaan, maka pertanyaan tersebut harus dijawab, bahkan harus merupakan suatu jawaban yang bisa membuatnya merasa puas.
Kebiasaan seperti inipun merupakan didikan dari mereka sendiri, dia dan naga perak serta banyak lagi manusia-manusia seangkatan dari mereka semuanya rela untuk dicocok hidungnya oleh ibu dan anak berdua itu serta dituntun untuk pergi kemana saja, merekapun rela dan bersedia melakukan pekerjaan apapun, termasuk pekerjaan yang mereka sendiripun tak berani untuk melakukan.
Mengapa demikian? Bukan hanya satu kali dia mengajukan pertanyaan tersebut kepada diri sendiri tapi selamanya tak pernah memperoleh jawaban yang memuaskan, merekapun bukan hanya satu dua kali saja saling mengadakan tanya jawab.
Seandainya Cia Siau giok dan ibunya tidak memiliki suatu bakat alam, atau semacam daya pengaruh yang luar biasa, mustahil mereka bisa berbuat demikian.
"Sau kiongcu mempunyai semacam bakat terpendam yang membuat orang lain terpengaruh, sehingga tak berani bertatap pandang, takluk dengan hati tulus dan rela melaksanakan perintah apa pun"
Tentu saja, jawaban dari si Singa emas ini sudah melalui suatu pemikiran yang amat mendalam, semacam tehnik untuk menjawab.
"Apakah ibuku sejak kecil sudah memiliki daya kemampuan tersebut?"
"Benar, sejak kecil kiongcu sudah memiliki kemampuan untuk membuat semua orang tunduk dan takluk kepadanya, setiap orang yang pernah berjumpa dengannya, tanpa terasa selalu tunduk dan takluk dibawah telapak kakinya!"
"Tapi kenyataannya dia toh tak berhasil menguasai seluruh kolong langit?"
"Hal ini dikarenakan dia telah berkenalan dengan seorang lelaki yang sesungguhnya tak boleh dikenali, dia telah kehilangan kepercayaan atas dirinya sendiri!"
"Apakah lelaki itu adalah ayahku?"
"Benar, Cia tayhiap adalah seorang dewa pedang, juga merupakan seorang lelaki yang pamdai menaklukkan hati wanita!"
"Seperti Ting Peng?"
"Benar" dengan cepat Singa emas menjawab "mereka adalah manusia sejenis, oleh sebab itu paling baik jika sau-kiongcu menjauhi manusia seperti itu."
"Mungkinkah? Setiap kali kita hendak melakukan sesuatu, dia selalu datang mencari kita"
"Terpaksa kita harus memusnahkan dirinya!" Cia Siau giok menghela napas panjang.
"Empek Kim, kau bukan orang pertama yang menganjurkan diriku, akupun bukannya tak pernah mencoba, selama ini aku selalu memeras otak, aku tak akan meniru keadaan ibu yang putus asa, kecewa dan selalu murung, soal ini tentunya kau bisa melihatnya sendiri bukan?"
"Benar, sau kiongcu memang memiliki daya tarik yang jauh lebih besar daripada Kiongcu dulu!"
"Tapi aku tak mampu melenyapkan Ting Peng, bukannya tak tega untuk turun tangan, melainkan benar-benar tak mampu untuk menghilangkan dia dari muka bumi"
Suasana menjadi hening untuk beberapa saat lamanya, Singa emas tahu bahwa ucapan tersebut bukan alasan, melainkan suatu kenyataan, dia pernah menyaksikan kelihayan golok dari Ting peng, dia pun menaruh perasaan ngeri dan seram terhadap pemuda itu.
"Sudah lama ibuku mengasingkan diri ditengah bukit, apakah dia sedang melatih semacam ilmu!"
"Benar, setelah dia mengetahui kalau dengan cinta tak mungkin bisa menaklukkan Cia Siau hong, maka dia bersumpah hendak melatih ilmu silatnya sehingga jauh mengungguli dirinya!"
"Tapi, mungkinkah hal ini bisa dicapai?"
"Sudah lama Kiongcu tak pernah muncul di dalam dunia persilatan, dahulu dia selalu menjadikan Cia Siau hong sebagai sasarannya, mungkin saja ada kemampuan untuk melampauinya, tapi selama banyak tahun Cia Siau hong sendiripun mengalami kemajuan yang amat pesat, bila ditinjau dari situasi ketika bertemu dengan Ting Peng, agaknya Cia Tayhiap sudah berhasil mencapai suatu taraf yang baru, jauh lebih unggul daripada kemampuan Kiongcu!"
"Lantas mengapa kalian tidak pergi memberi tahukan hal tersebut kepadanya?"
Singa emas termenung beberapa saat, kemudlian baru jawabnya. "Selama ini Kiongcu tak pernah mau percaya dengan nasehat orang, selamanya dia menilai dunia melalui kaca matanya sendiri."
"Bila begini keadaannya, apakah ia akan berhasil?"
Singa emas berpikir sebentar, kemudian baru menjawab: "Tidak dapat, oleh sebab itu kami menumpahkan harapankami diatas tubuh sau kiongcu."
"Jadi kalian menganggap aku lebih punya harapan ketimbang ibuku?"
"Sejak mulai, Sau Kiongcu sudah melakukan hubungannya yang luas dengan seluruh umat persilatan, tentu saja pandanganmu akan jauh lebih mendalam daripada pandangan kiongcu, lagipula sau kiongcu juga mempunyai nama keluarga dari Sin kiam san ceng yang amat termashur, hal ini merupakan suatu kesempatan yang baik sekali bagi sau Kiongcu untuk maju lebih ke depan."
"Seandainya kedudukanku sebagai toa siocia dari keluarga Cia masih ada manfaatnya berarti aku harus mencegah ibumu agar jangan mengacau ayahku bukan?"
"Soal ini... tampaknya sau kiongcu harus membicarakan sendiri dengan kiongcu, sesungguhnya budak tua merasa kurang leluasa untuk turut memberikan pendapatnya, namun sau kiongcu tak usah kuatir, kemampuan yang dimiliki Cia tayhiap sekarang sudah tak mungkin bisa dipunahkan oleh siapa saja.
Fajar baru saja menyingsing, matahari belum mengolkan diri, hanya di ufuk timur terlihat lapisan cahaya merah menyelimuti jagad. Saat ini merupakan saat paling berbahaya untuk melintasi bukit, karena disaat beginilah kabut beracun sedang menyelimuti jagad dengan hebatnya.
Lembah kematian diliputi kegelapan, di atas permukaan tanah melayang kabut tipis yang berwarna-warni. Pemandangan semacam ini tak ubahnya dengan pendangan di pintu gerbang menuju neraka. Seluruh jagad seakan-akan dilapisi oleh hawa iblis yang menggidikkan hati.
Cia Siau giok mengenakan pakaian yang indah, dia didampingi oleh Singa emas yang bersikap menghormat. Di depan kuil dewi kabut berkerumun penduduk desa yang diliputi oleh perasaan ingin tahu, mereka menyembunyikan diri di tempat-tempat yang tidak mudah ditemukan dan menyaksikan perempuan muda yang sedang bersembahyang untuk kesembuhan dari suami dan ayahnya ini, mereka ingin tahu apakah permintaannya akan dikabulkan oleh dewi kabut.
Setelah berlutut tiga kali menyembah tujuh kali, memasang Hio, mempersembahkan korban, segala sesuatunya berjalan dengan lancar...
"Kalau begitu, aku pun akan melakukan juga perbuatan perbuatan yang manis dan pengorbanan-pengorbanan secara ksatria!"
Ting Peng segera tertawa. "Kalau cuma membunuh beberapa orang gelintir manusia kurcaci atau membasmi berapa orang durjana mah nama besarmu tak akan secepat itu menjadi tenar."
Dengan wajah tercengang dan tidak habis mengerti Kwik In liong segeta bertanya: "Lantas perbuatan macam apakah yang bisa membuatku menjadi tenar dan bernama besar?"
"Itulah yang sulit untuk dibicarakan, tapi paling tidak harus melakukan suatu perbuatan besar yang bisa menggetarkan seluruh dunia persilatan, dan dibalik perbuatan itu terdapat suatu penampilan yang bagus. aku percaya dengan kecerdikan saudara Kwik asal kau bersedia melakukan segala perbuatan dengan berhati-hati, tidak sulit rasanya untuk menemukan kesempatan seperti itu!"
Kwik In liong berpikir sebentar, akhirnya dia menjura seraya berkata: "Terima kasih banyak atas petunjukmu, sekararg siaute hendak mohon diri lebih dahulu, budi kebaikanmu ini pasti akan kubalas dikemudian hari, moga-moga ada suatu kesempatan yang baik bagiku untuk bisa menolong dirimu pula satu kali"
Selesai berkata dia lantas membalikan badan dan berlalu dengan langkah lebar.
Ketika Ting Peng menyaksikan tempat yang ditujunya adalah perkampungan Sin kiam san ceng, tak tahan lagi dia segera berteriak keras: "Saudara Kwik kau telab salah jalan!"
"Tidak, aku tidak salah jalan!" Kwik In liong tanpa berpaling lagi.
"Keliru, kau tak boleh berbuat demikian, paling tidak kau harus mencari tempat untuk membeli sebilah pedang lebih dulu sebelum pergi ke sana..."
Mendengar perkataan itu Kwik In liong berhenti sebentar dan akhirnya berbalik arah tapi dia hanya lewat saja, sewaktu lewat di samping mereka, dia melemparkan sekulum senyuman, lalu meneruskan perjalanan nya dengan langkah lebar.
"Keturunan keluarga Kwik memang luar biasa, kongcu hanya cukup memberi sedikit petunjuk saja dia sudah lantas mengerti!" Siau hiang memperhatikan bayangan tubuh Kwik In liong dan berkata dengan gembira.
Ting Peng sendiri pun nampak gembira sekali. "Akhirnva dia toh tidak membuatku merasa kecewa, tidak membuatku membuang tenaga dengan percuma, aku pun tidak sia-sia memeras keringat untuk membopongnya dari dalam perkampungan Sin-kiam-san ceng hingga sampai disini!"
"Mungkinkah dia masih akan kembali lagi ke dalam perkampungan Sin-kiam-san-ceng?"
"Sudah pasti dia masih akan kembali ke situ, tapi diapun sudah memahami maksud perkataanku itu, kalau ingin melakukan suatu pekerjaan yang besar dan menggemparkan seluruh dunia persilatan, perkampungan Sin kiam san ceng inilah satu satunya kesempatan yang paling baik, asal dapat menyingkap rahasia yang menyelimuti perkampungan Sin kiam san ceng maka nama besarnya dengan cepat akan melangit dan pasti menggemparkan seluruh dunia persilatan!"
"Tapi, apakah ia dapat berhasil dengan sukses atas segala usahanya itu...?"
"Sukar untuk dikatakan, tapi kalau dia datang lagi untuk ke dua kalinya nanti sudah pasti tindak tanduknya tidak akan seceroboh dan segagah seperti pada kedatangannya yang pertama kali dulu, dia tak akan mudah tertipu lagi!"
"Heran, mengapa orang baru akan menjadi pintar setelah ia menderita kerugian lebih dahulu?" tanya Siau hiang dengan nada dan suara yang merdu.
Ting Peng segera tertawa. "Hei... Siau hiang, kau tahu usiamu masih amat muda, mengapa sih kalau berbicara selalu saja seperti nenek yang bawel dan giginya sudah ompong? judasnya bukan kepalang."
Siau hiang segera melemparkan sekulum senyuman kepadanya, sifat polos kekanak kanakan yang menawan hati sempat menghiasi raut wajahnya yang cantik jelita itu.
* * *
MENANTI
AH-KU masih bertindak sebagai kusir kereta, sedangkan Ting Peng duduk di dalam kereta, tangan yang satu memeluk golok bulan sabituya sementara tangan yang lain membelai rambut Siau hiang. Siau hiang duduk diatas permadani yang melapisi permukaan kereta berbaring diatas lutut Ting Peng dengan jinak bagaikan seekor kucing kecil.
Kereta itu sedang lari menuju kearah perkampungan Sin kiam san ceng, dari kejauhan sana, sebelum tiba di dermaga parkampungan Sin kiam san ceng sudah nampak amat kacau balau seperti sarang laba-laba yang di usik orang.
Dalam ruang rahasia, Cia Siau giok dan Kim say sedang duduk saling berhadapan sambil bermuram durja, Ketika mendengar suara gaduh diluar sana, mereka nampak sama sekali tidak berdaya. Dengan gemas Cia Siau giok memukulkan tinjunya diatas telapak tangan sendiri kemudian serunya:
"Dengan susah payah kita berhasil membangun tempat ini menjadi begini rupa, kalau di suruuh lepaskan semua hasil tersebut dengan begitu saja, aku benar-benar merasa amat tidak terima!"
Singa emas pun menghela napas panjang: "Aaaaai nona, apa boleh buat, siapa suruh kita mencari gara-gara dengan raja iblis ini?"
"Empek Kim, bagaimana kalau kita beradu jiwa saja?"
Dengan cepat Singa emas menggeleng. "Tidak boleh, tempo hari aku telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana dia bertanding melawan si naga perak, keampuhan golok sakti penembus langitnya tak mungkin bisa ditahan olah siapapun."
"Empek Kim mengapa kau membiarkan manusia semacam ini hidup didunia ini? Konon sewaktu ia berjumpa dengan Cing-cing waktu itu, kaupun berada di arena?"
Si Singa emas tertawa getir. "Betul, waktu itu dengan susah payah aku berhasil menemukan jejak setan tua tersebut dan secara kebetulan pula berjumpa dengan mereka!"
"Waktu itu mengapa kau tidak mencoba untuk membunuhnya?"
Si Singa emas menghela napas panjang. "Aaai... pada saat itu aku sama sekali tidak memandang sebelah matapun terhadap dirinya, sungguh tak kusangka hanya di dalam satu dua tahun saja, kepandaian silatnya sudah memperoleh kemajuan yang begitu pesat....!"
Cia Siau giok turut menghela napas. "Aaai, mungkinkah ilmu silat seseorang bisa mengalami kemajuan yang demikian pesatnya hanya didalam waktu satu dua tahun saja."
Singa emas termenung sampai lama sekali, kemudian baru sahutnya. "Bagi sementara orang hal ini jelas tak mungkin, tapi di dalam Mo kau terdapat semacam Ilmu yang dinamakan Gi giok tay hoat yang mana seseorang dapat mengalihkan tenaga dalamnya kedalam tubuh seseorang yang lain sehingga pihak lawan bisa berubah menjadi seorang jagoan yang sangat lihay hanya dalam waktu yang amat singkat"
"Apakah keberhasilan ilmu silat Ting Peng diperoleh dari jalan begini...?"
"Kecuali cara ini, aku rasa tak mungkin ada cara kedua yang bisa mendatangkan keberhasilan seperti ini"
"Tapi mengapa aku belum pernah mendengar tentang kepandaian semacam ini?"
"Didalam Mo-kau pun hanya seorang kaucu yang diperbolehkan mempelajari kepandaian semacam itu!"
"Kalau begitu kepandaian silat Ting Peng diperoleh dari setan tua itu?"
"Benar, asal dia menyalurkan tenaga dalamnya ketubuh seseorang maka kepandaian orang itu sudah menjadi amat tangguh, inilah suatu cara yang biasanya dipergunakan perkumpulan kami untuk mempersiapkan seorang kaucu baru, agar calon kaucu itu didalam waktu singkat berubah menjadi seorang jago lihay yang tiada taranya didunia ini"
"Kalau begitu setan tua itu sudah memilih Ting Peng sebagai ahli warisnya."
Si Singa emas berpikir sebentar, kemudian menyahut. "Tampaknya tidak mirip, sebab dia sama sekali tidak memberi tahukan segala sesuatu tentang Mo kau kepada Ting Peng."
"Lantas siapakah yang akan dipersiapkan sebagai pewaris jabatannya itu?"
"Tampaknya setan tua itu mempunyai rencana untuk mengakhiri perkumpulannya sampai disini dan tidak bermaksud untuk mengembangkan perkumpulan Mo kau lagi"
"Dia tidak mempunyai hak untuk berbuat demikian" kata Cia Siau giok dengan suara dalam, "Mo kau adalah perkumpulan besar dari kaum iblis siapapun tidak berhak untuk mengakhiri perkumpulan Mo kau sampai ditengah jalan."
"Benar, kata singa emas dengan wajah serius, "nona, lohu sekalian lebih condong untuk mendukung Kiong cu mendirikan partai lain, kesemuanya juga disebabkan hal ini!"
"Apakah ibuku berhak untuk berbuat demikian?"
"Kiongcu dan setan tua itu berasal dari satu sumber yang sama, tentu saja ia berhak. Asal setan tua itu tak mampu meneruskan pewarisnya untuk memimpin Mo kau, maka secara otomatis Kiongcu lah pewaris utama, tapi dewasa ini kita masih belum berdaya!"
"Mengapa?"
"Sebab tongkat iblis kemala hijau Lik giok mo ciang yang menjadi perlambang turun temurun dari seorang kaucu masih berada ditangan mereka..."
"Apakah kita harus mempunyai benda itu?"
"Betul, seperti juga cap kerajaan yang harus dimiliki seorang kaisar, maka tongkat Lik giok mo ciang pun merupakan benda mestika yang diwariskan A-siulo Cuncu, cousu angkatan pertama dari Mo kau. Asal benda itu berada di tangan kita maka semua tianglo baru bisa kita perintah, selama banyak tahun ini kami sudah berusaha dengan sepenuh tenaga untuk mencari jejak setan tua itu tujuannya yang terutama tak lain untuk mendapatkan mestika tersebut"
Cia Siau giok termenung beberapa saat lamanya, kemudian baru ujarnya lagi: "Apakah ibuku pandai ilmu Gi giok sin kang?"
"Seharusnya dapat, bukankah keberhasilan nona juga akibat dari pengaruh ilmu tersebut?"
"Empek Kim, sekarang juga harus pulang ke Ibu kota dan mempelajari kepandaian tersebut."
"Nona mau pulang?" Si Singa emas tertegun.
"Benar, untuk bisa menangkan Ting Peng aku harus dapat memberikan perlawanan dalam tenaga dalam, oleh sebab itu aku harus mempelajari kepandaian tersebut."
"Aku rasa percuma, kepandaian tersebut memang dapat menambah tenaga dalam yang dimiliki seseorang, tapi hal ini pun harus ditinjau dulu dari bakat masing-masing orang, Ting Peng adalah seorang manusia yang berbakat bagus, tenaga dalam yang di milikinya sekarang sudah dapat mengungguli setan tua tersebut!"
"Kau anggap, bakatku tidak dapat melampaui Ting Peng?"
Singa emas agak ragu, kemudian katanya: "Soal ini lohu tak berani mengatakan secara sembarangan, ayah ibu nona adalah jagoan nomor satu dikolong langit, tentu saja bakatnya tak mungkin jelek tapi manusia seperti Ting Peng sesungguhnya merupakan seorang manusia berbakat yang sukar di temukan."
Cia Siau giok tersenyum. "Empek Kim, kau tak usah sungkan-sungkan, aku tahu kalau bakatku tak bisa memadahi bakat Ting Peng, tapi aku mempunyai cara lain untuk mengatasi kekurangan tersebut."
"Setelah nona mempelajari ilmu Gi giok sin kang, apakah kau hendak menyalurkan tenaga dalammu kedalam tubuh seseorang agar kemampuan orang itu bertambah hebat?"
"Apakah hal ini bisa dipakai untuk menandingi Ting Peng?" tanya Cia Siau giok sambil tertawa.
"Mungkin tidak bisa, bila tenaga dalam yang dimiliki disalurkan ke tubuh orang lain dengan ilmu Gi giok sin kang, maka kekuatan tubuh orang yang bersangkutan akan memperoleh kerugian besar, apalagi nona masih muda dan..."
"Tujuanku yang terutama adalah untuk menandingi Ting Peng, apabila hal tersebut tidak bisa dipakai untuk mencapai tujuan, aku mah tidak akan melakukannya!"
"Apa gunanya nona mempalajari ilmu Gi giok sin kang tersebut?"
Cia Siau giok tertawa. "Soal ini tak usah kau campuri, pokoknya cepat buatkan persiapan, aku ingin bertemu dengan ibuku secepatnya."
Singa emas segera memperlihatkan wajah serba salah, katanya kemudian setelah ragu sejenak: "Saat ini kiongcu sedang mempelajari semacam ilmu sakti, dia telah menurunkan perintah yang melarang siapa pun pergi mengacau konsentrasinya"
"Tapi persoalan ini luar biasa, kita sudah mencapai pada saat yang kritis dan ancaman jiwa, aku rasa hal ini tak bisa dibilang sebagai mengganggu lagi"
Baru saja Singa emas hendak buka suara, Cia Siau giok sudah berkata lagi dengan suara dalam: "Empek Kim, aku tak ingin menggunakan kata perintah secara sembarangan, tapi untuk menghormati kau, aku terpaksa harus berbuat demikian, aku tak ingin menggunakan perintah secara sembarangan, bilamana keadaan benar-benar tidak memaksa, apakah kau ingin melanggar perintah?"
"Tidak, lohu tidak berani!" seru Singa emas dengan perasaan terperanjat.
"Bagus sekali, kalau begitu berangkatlah sekarang juga!"
"Bagaimana dengan tempat ini?"
"Lepas saja jangan digubris, biarkan Ting Peng masuk, mau membunuh siapapun biarkan saja dia membunuh!"
"Soal manusia sih tidak menjadi soal, setiap saat kita bisa melatih pasukan baru, yang kukuatirkan adalah hasil usaha kita selama ini..."
Cia Siau giok segera tertawa. "Soal ini tak usah kau kuatirkan, asal kita perintahkan kepada mereka agar jangan melawan, Ting Peng pasti tak akan memusnahkan tempat ini..."
"Apakah nona yakin?"
"Yakin sekali, jangan lupa tempat ini adalah perkampungan Sin kiam san ceng, rumah Cia siau hong, Ting Peng menaruh rasa hormat terhadap ayahku, dia tak akan berbuat secara semena-mena. coba kalau bukan tergantung hal ini, sekalipun ada sepuluh buah perkampungan Sin kiam sanceng pun sudah bubar sedari dulu."
Kim say tianglo menghela napas panjang memandang Cia Siau giok yang duduk sambil tersenyum, tiba-tiba saja timbul perasaan bergidik didalam hatinya.
Kalau berbicara dari tenaga dalam yang dimilikinya sekarang, dia masih mampu untuk membinasakan Cia Siau giok, tapi entah mengapa, dia justru menaruh sikap yang begitu menghormat terhadap nona ini, sedikitpun tidak berani membantah perintahnya.
Apakah hal ini dikarenakan kesetiaan? Orang ini tidak memiliki kesetiaan, kalau tidak, diapun tak dapat menduduki kursi sebagai pemimpin para tianglo dan menghianati perguruan serta majikannya.
Lantas apa sebabnya dia begitu takut terhadap Cia Siau giok? Mungkin dia sendiripun tak dapat menjawab pertanyaan tersebut, bukan cuma dia, setiap orang yang berada dalam perkampungan Sin kiam san ceng pun berperasaan demikian.
Cia sianseng telah datang, ketika menerima perintah dari si nona untuk tetap tinggal disana menghadapi Ting Peng, paras muka Cia sianseng segera berubah, perintah itu sama artinya dengan mengumumkan hukuman mati kepadanya. Tapi kecuali menerima perintah, Cia Sianseng tak berani mengucapkan sepatah katapun.
Mereka semua hidup karena takut mati tapi berada dihadapan Cia Siau giok, nyawa mereka bagaikan sampah, mereka sama sekali tak berani menghindarkan ataupun melarikan diri. Kini Cia sianseng hanya bisa berdoa semoga Ting Peng hanya lewat saja dan tidak memasuki perkampungan Sin kiam san ceng.
Untung saja nasib Cia sianseng masih terhitung tidak jelek, kereta Ting Peng hanya berhenti didepan dermaga. Hanya Siau hiang yang melompat turun, setelah menjura kepada Cia sianseng dengan hormat diapun berkata:
"Kongcu kami datang untuk pamit, dia mau pulang ke rumah, tolong sampaikan kepada nona Cia bahwa dia minta maaf karena berulang kali datang mengganggu kalian, mungkin dua tiga bulan lagi kongcu kami baru akan datang berkunjung lagi"
Begitu mendengar kata "pamit", Cia sianseng sudah merasa amat lega hatinya bahkan dia berjanji mulai hari itu akan bersembahyang setiap hari, dan tiap tanggal lima belas akan berpantang untuk mengucapkan terima kasihnya atas perlindungan Thian dalam peristiwa hari ini.
Hingga kereta Ting Peng pergi jauh dia baru percaya kalau nasibnya benar-benar lagi mujur.Maka tergesa-gesa dia kembali ke kamar rahasia untuk menyampaikan kabar gembira itu kepada Cia Siau giok, tapi begitu masuk ke dalam ruang rahasia dia menjadi tertegun.
Pintu batu yang tebalnya beberapa depa itu, sekarang sudah terbelah menjadi dua dan roboh di tanah. Diatas tanah masih tersebar banyak sekali kutungan panah dan kutungan tombak, semua benda tersebut sebetulnya tersimpan dalam alat rahasia dibalik dinding, tujuannya adalah untuk mencegah orang menyusup ke situ.
Sekarang kenyataan membuktikan kalau alat rahasia tersebut tak pernah berfungsi tapi setiap panah, setiap tombak telah dibelah orang menjadi dua bagian. Dari kepala sampai buntut, semuanya terbelah menjadi dua bagian yang sama besarnya.
Siapa yang melakukan perbuatan ini? Jawabannya hanya satu... Ting Peng. Hanya golok Ting Peng yang dapat membelah senjata rahasia tersebut, hanya golok bulan sabit yang bisa membelah pintu batu setebal beberapa depa itu. Bacokan tersebut benar-benar merupakan sebuah bacokan kilat yang mampu membelah apapun. Senjata rahasia, ruang rahasia, gudang bawah tanah, kesemuanya itu seperti mainan kanak-kanak bagi pandangan Ting Peng.
Menyaksikan semua potongan senjata yang terbelah ditanah, mau tak mau Cia sianseng merasakan hatinya menjadi bergidik. Ditanah tak nampak noda darah, tak nampak jenasah... tiada jenasah yang terbelah menjadi dua.
Hal ini membuktikan kalau Cia Siau giok tidak terbunuh, tapi hal itu tidak menunjukkan pula kalau jiwa Cia sianseng sudah ada jaminan, dia tetap berada disitu, menunggu kemunculan Ting Peng yang setiap saat akan mencabut nyawamu. Bahkan Cia sianseng berharap bisa menemukan jenasah Cia Siau giok ditanah, berharap ia terbunuh oleh Ting Peng.
Walaupun Cia Sianseng juga tahu kalau musuhnya amat banyak, seandainya tanpa Sin kiam san ceng sebagai tiang punggungnya, sulit baginya untuk hidup selama tiga bulan lagi, tapi dia tetap mengharapkan harapannya terkabul. Bahkan diapun berharap Ting Peng dapat membacoknya pula dalam sekali bacokan.
Dia tak ingin mati, tapi kadang kala dia merasa pula kalau kematian merupakan semacam pelepasan, semacam pelepasan dalam bentuk semangat dan jiwa. Hidup pun kadang kala amat menderita.
Padahal asal dia mau mencabut pedangnya dan menggorok ke atas tenggorokan sendiri, maka semua persoalan akan menjadi beres, apalagi didalam perkampungan Sin kiam san ceng paling tidak terdapat dua ribu macam cara untuk membunuh diri sendiri, diantaranya terdapat dua ratus cara yang sama sekali tidak memberikan rasa sakit barang sedikitpun juga.
Tidak sulit untuk mencari kematian dalam perkampungan Sin kiam san ceng, justru sukar kalau kau ingin hidup disitu. Cuma saja Cia sianseng tidak mempunyai keberanian untuk bunuh diri oleh karena itu dia harus hidup lebih lanjut sambil merasakan pelbagai penderitaan.
* * *
KERETA kembali meneruskan perjalanan kedepan, kali ini menuju ke kota Hang ciu. Ting Peng memang ingin pulang ke rumah. Sikapnya masih tetap amat santai, hanya nafasnya agak tersengkal. Sewaktu berada dalam ruang rahasia milik Cia Siau giok, dia telah mempergunakan goloknya untuk menghalau senjata rahasia beracun itu.
Setiap panah, setiap tombak, semuanya berdatangan dari arah yang sama sekali tak terduga, dengan kecepatan yang tak terduga pula. Setiap panah dan setiap tombak semua sudah terendam dengan racun jahat, tak usah melukai tubuh kena tersentuh diatas badan pun, dalam waktu singkat korbannya bisa melumer menjadi luluhan darah. Kebuasan dan berbahayanya ruang rahasia tersebut pada hakekatnya sukar dilukiskan dengan kata-kata.
Tujuan Cia siau giok membuat alat-alat rahasia didalam ruang rahasia itu tak lain adalah khusus untuk dipakai menghadapi jago lihay dalam dunia persilatan, oleh sebab itu Kim say tianglo maupun Cia sianseng, bila sudah berada didalam ruang rahasia, mereka akan berdiri tak berkutik sebab salah2 nyawa mereka bisa melayang disana.
Hanya satu orang yang bisa menerjang masuk dan keluar dengan selamat, orang itu adalah Ting Peng, cuma Ting Peng sendiripun harus menggunakan tenaga yang sangat besar. Setiap orang yang berputar satu lingkaran disana, perasaannya pasti tak bisa enteng, demikian juga halnya dengan Ting Peng.
Sekalipun dia berusaha untuk bersikap tenang, tapi tak dapat mangelabuhi Siau hiang terutama sekali tangannya yang membelai rambut Siau hiang masih kelihatan gemetar. Siau hiang menggenggam tangannya dan ditempelkan diatas pipi sendiri, membuat Ting Peng tak tahan untuk mencubit pipinya yang halus. Kalau dihari biasa, Siau hiang tentu akan melemparkan sekulum senyuman, tapi hari ini dia nampak amat risau:
"Kongcu telah melangsungkan suatu pertarungan?"
Ting Peng menghela napas. "Benar, aku harus menggunakan tujuh kali tujuh empat puluh sembilan bacokan sebelum berhasil keluar dengan selamat."
Dengan perasaan terkejut Siau hiang berseru: "Masa didunia ini terdapat jagoan semacam ini? Masa dia mampu bertarung sebanyak delapan puluh sembilan gebrakan dengan kongcu?"
Ting Peng tertawa. "Bukan manusia, melainkan sebuah rumah setan, didalamnya penuh dengan alat rahasia dan senjata rahasia."
"Masa untuk menghadapi alat rahasia dan senjata rahasia pun harus memaksa kau untuk menggunakan golok?"
"Bila kau tahu senjata rahasia apakah itu maka kau pun akan tahu kecuali menggunakan golok, tiada cara lain untuk menghadapi ancaman tersebut."
Kebaikan yang dimiliki Siau hiang adalah selamanya tak pernah membantah apa yang dikatakan orang, dia mempercayai setiap patah kata yang diucapkan lawan, ketika Ting Peng mengatakan kalau hanya menggunakan golok saja baru dapat menyelesaikan persoalan itu, dia pun percaya kalau tiada cara lain.
Maka dia bertanya lagi: "Pentingkah rumah itu?"
"Aku percaya amat penting, sebab dari situlah Cia Siau giok melarikan diri, akupun melihat ada sebuah lorong rahasia, tapi tidak mengejar lebih jauh."
"Kenapa?"
"Sebab aku sudah tak dapat melancarkan empat puluh sembilan buah bacokan lagi!"
Sebuah bacokan saja sudah mendatangkan keampuhan yang luar biasa, apalagi empat puluh sembilan bacokan sekaligus Siau hiang dapat membayangkan bagaimana sengsaranya itu. Maka dia pun bertanya lagi: "Jadi Cia Siau giok telah kabur?"
"Aku tidak tahu, mungkin ia sudah kabur mungkin ia masih bersembunyi didalam, tapi aku memutuskan untuk tidak masuk kedalam."
Siau hiang manggut-manggut. "Tindakanmu ini memang benar, kongcu tidak perlu untuk pergi menyerempet bahaya sebab sekalipun berhasil kau temukan, belum tentu kongcu akan membunuhnya, paling banter kaupun hanya akan mengajukan beberapa buah pertanyaan saja!"
"Oooh, darimana kau bisa tahu?"
"Sebab dia adalah putri dari Cia Siau hong, Cia tayhiap!"
Ting Peng segera tertawa tergelak-gelak. Haaahh... haaaah... haaaah.... terlepas dia itu putri siapa, seandainya semua bukti yang berhasil ku kumpulkan selama beberapa hari ini dijadikan satu, maka sekalipun dia harus mati seribu kalipun tidak terhitung sedikit."
Siau hiang turut tertawa. "Tapi kongcu toh tetap tak akan membunuhnya, sebab kongcu masih ingin mengetahui rahasia yang menyelimuti tubuhnya."
"Rahasia apa sih yang masih dia miliki?"
"Kelewat banyak, dia adalah majikan perempuan dari parkampungan Sin kiam san ceng, mengapa dia telah merubah perkampungan Sin kiam san ceng yang dihormati dan disegani setiap orang menjadi suatu tempat yang begitu menyeramkan dan begitu mengerikan?"
"Dia hanya merupakan seorang anak gadis, mengapa bisa mempunyai kekuasaan yang begitu besar? Meskipun perkampungan Sin kiam san ceng bernama besar, toh hal ini merupakan hasil perjuangan dari Cia Siau hong sendiri, tiada keuntungan pribadi yang terselip didalamnya, tapi Cia Siau giok berhasil menciptakan semacam pengaruh dan kekuasaan didalam perkampungan Sin kiam san ceng, semua anak buahnya juga merupakan buah pilihannya sendiri, dari manakah dia bisa memperoleh orang-orang tersebut?"
"Tindak tanduknya yang begitu berani dan dalam perkampungan Sin kiam san ceng, paling tidak juga harus didengar oleh Cia Siau hong tapi dengan kedudukan Cia Siau hong sekarang tenyata dia sama sekali tidak menegur ataupun menggubris, jelas dia mempunyai rahasia pribadi yang sengaja ditutupi, sebenarnya kekuatan apakah yang mencegah Cia tayhiap mengambil tindakan?"
Ting Peng segera tertawa terbahak-bahak. "Haaahh... haaahh... haaahh.... Siau hiang kau memang benar-benar luar biasa, semua isi perutku tampaknya sudah berhasil kau korek keluar semua. Benar bila tiga pertanyaan tersebut belum dipecahkan aku memang tak akan tidur dengan nyenyak, tapi bila kubunuh dirinya, maka semua titik terang itu pun akan terputus sampai disitu saja!"
"Sekali pun kongcu sudah berhasil memecahkan ketiga buah pertanyaan inipun, kau masih belum bisa membinasakan dirinya"
"Karena alasan apakah itu?"
"Sebab dia adalah seorang gadis yang cantik dan menawan hati"
"Seorang gadis yang cantik dan menawan hati toh belum tentu harus hidup terus."
"Mungkin orang lain mempunyai alasah untuk membunuhnya, tapi kongcu tidak mempunyai kepentingan untuk harus membunuhnya, sebab entah berapa banyakpun perbuatan brutal yang telah dilakukan olehnya, dia belum pernah melakukannya!"
"Hal ini bukan disebabkan dia terlalu sungkan kepadaku, melainkan dia memang tak mampu untuk melukai aku"
"Hal itu toh sama saja, masih ada alasan lain yang jauh lebih penting lagi, yakni Cia Siau hong saja bisa bersabar dan menahan diri membiarkan dia untuk hidup lebih lanjut?"
Ting Peng tertawa. "Mengapa cara kerjaku selalu harus dihubung-hubungkan dengan Cia Siau hong?"
"Karena kongcu telah menganggap dia sebagai satu-satunya musuh."
"0mong kosong, aku amat menghormatinya, aku tidak bermaksud untuk memusuhi dia."
'Hal ini pun bukan berarti kongcu terlalu mengaguminya dan ingin menjadikan dia sebagai contoh!"
"Tentu saja, ilmu yang dilatih olehnya adalah ilmu pedang, sedangkan ilmu yang kulatih adalah ilmu golok, kita masing-masing hidup dengan cara kehidupan masing-masing, mengapa aku harus menirukan dia?'
"Nah, itulah dia!" seru Siau hiang sambil tertawa, "walaupun kongcu amat mengagumi dia, tapi dalam hatimu selalu muncul satu ingatan untuk berusaha dapat melampauinya, sekalipun belum tentu harus mencabut golok dan menantangnya berduel, tapi kau tetap ingin berusaha untuk mengalahkan dia di bidang lain!"
"Tidak pantas aku mempunyai jalan pemikiran demikian?" tanya Ting Peng setelah termenung sejenak dan tertawa.
"Seandainya orang lain yang mempunyai jalan pemikiran demikian, mungkin orang akan menuduhnya sebagai manusia latah, tapi tidak demikian dengan kongcu, sebab keberhasilan kongcu di dalam permainan golok mu sudah tidak kalah dengan keberhasilannya di dalam permainan ilmu pedang"
"Tidak bisa, aku masih kalah setingkat daripadanya!"
"Tidak, itu dulu, sekarang aku rasa kongcu sudah tidak kalah darinya..." kata Siau hiang cepat.
"Mengapa kau bisa mempunyai pandangan semacam ini?"
"Demi Cia Siau giok, demi putrinya!"
"Apa sih hubunganmu dengan putrinya?"
"Besar sekali, betapapun mendalamnya ilmu pedang yang dimiliki, bagaimana pun tingginya moral yang dipunyai, asal dia mempunyai putri seperti ini, hal tersebut akan merupakan titik kelemahannya, oleh sebab itu selama Cia Siau giok tetap ada, maka kongcu masih dapat melebihi dirinya."
Ting Peng segera membungkam dalam seribu bahasa, ucapan Siau hiang telah merasuk ke dalam hatinya. Mengungguli Cia Siau hong merupakan keinginan yang selama ini selalu terpendam dalam hatinya, walaupun dia tak mau mengakui, namun hatinya selalu menganjurkan pada dirimu sendiri agar ia berjuang menuju kearah sana. Justru karena kehadiran Cia Siau hong diantara mereka, maka ia tidak merasa puas, oleh sebab itu dia baru mempunyai gairah untuk berjuang terus agar bisa lebih maju.
Sungguh tak pernah di sangka kalau akhlak dan moral Cia Siau giok sudah berubah menjadi begitu sesat, begitu jahat dan rumitnya kesemuanya ini membuat Ting Peng mau tak mau merasakan juga sedikit rasa gembira, sekalipun sesungguhnya diapun merasa gusar juga terhadap putrinya Cia Siasu hong ini bila mengingat kejayaan ayahnya yang dibikin porak poranda olehnya.
Tapi bila teringat olehnya kalau Cia Siau hong hanya mempunyai seorang putri saja apa bila rahasia ini sampai sampai terungkap, sudah jelas hal mana akan sangat mempengaruhi rasa hormat dan segan orang persilatan pada umumnya terhadap Cia Siau hong.
Pukulan batin yang demikian besar dan beratnya ini, bisa jadi akan membuat Cia Siau hong menjadi kecewa dan putus asa. Seringkali dia memikirkan persoalan ini bahkan dia pun merasakan sedikit malu dan menyesal, tapi hal itu pun tak lebih hanya suatu perasaan sayang dan kecewa, belaka. Sebab rusaknya Cia Siau giok hingga terjerumus dalam keadaan seperti ini, paling tidak bukan merupakan hasil karyanya.
Oleh sebab itu katanya sambil tertawa. "Paling tidak ada satu hal aku masih belum dapat mnyamai Cia Siau hong, yakni aku tidak mempunyai anak gadis, sekalipun dikemudian hari akan mempunyai anak gadis, tak nanti anak gadisku akan meniru cara Cia Siau giok yang brutal itu!"
Anak gadis seperti Cia Siau giok ini, mungkin Cia Siau hong sendiripun tak mampu untuk melahirkan untuk kedua kalinya, maka Ting Peng merasa hatinya amat tegang. Walaupun hal ini merupakan kekurangannya bila dibandingkan dengan Cia Siau hong namun dia rela sekali untuk mengaku kalah.
Dan persoalan ini pula yang merupakan satu-satunya kekurangan yang mau dia akui atas diri Cia Siau hong. Diapun percaya, tiada orang yang menginginkan anak gadisnya bersaing dengan Cia Siau giok.
* * *
LEMBAH KEMATIAN
TEMPAT ini merupakan sebuah lembah bukit yang dingin dan menyeramkan, sekalipun matahari sedang memancarkan cahayanya dengan terik ditengah hari bolong, lembah tersebut masih tetap diselimuti oleh kabut yang tebal.
Lembah itu sangat curam, apalagi karena sepanjang tahun diselimuti oleh kabut yang tebal sehingga sukar untuk diketahui dalam tidaknya, tentu saja tiada orang yang sudi untuk menelusuri tempat seperti itu.
Dibalik kabut yang tebal terendus pula bau busuk yang amat menusuk penciuman, tatkala tertimpa cahaya matahari, ternyata membiaskan cahaya tujuh warna yang berwarna warni. Inilah yang disebut sebagai kabut beracun, kabut itu sangat jahat dan mengerikan.
Seorang tukang penebang kayu yang terpeleset pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, ada seekor burung kecil hendak terbang melintas dari sana, karena kurang berhati-hati, tubuhnya terkena sedikit hawa kabut tersebut, akibatnya burung itu segera terjatuh ke bawah dan mati.
Ada pula yang tanpa sengaja berjalan ke sisi lembah itu, baru mengendus sedikit hawa kabut, tubuhnya segera roboh tak sadarkan diri. Itulah sebabnva orang lantas menyebut tempat itu sebagai lembah kematian.
Jauh dari lembah itu, pada jarak dua li dari mulut lembah, orang telah membuat peringatan diatas pohon yang menerangkan betapa berbahayanya keadaan didalam lembah tersebut dan menganjurkan kepada setiap orang agar jangan mendekat.
Tempat yeng bercahaya dan menyeramkan seperti ini tentu saja mempunyai pula banyak dongeng yang beraneka ragam, tapi yang paling aneh diantaranya adalah tinggallah seorang malaikat iblis di dalam lembah kematian itu.
Malaikat iblis itu adalah seorang perempuan yang cantik jelita, konon seorang penebang kayu pernah menyaksikan perempuan itu melayang-layang diantara kabut.
Ketika pada hari pertama tukang penebang kayu itu turun gunung, dia masih memujinya betapa cantik dan menariknya perempuan yang dijumpainya itu, tapi pada hari kedua, seluruh badannya sudah membengkak dan akhirnya mati dengan badan berubah menjadi hitam pekat, setelah mayatnya diperiksa, baru diketahui kalau dia tewas karena terkena sejenis kabut beracun yang jahat.
Maka orang-orang tua dalam dusun pun menyatakan kalau didalam lembah tersebut tinggal seorang malaikat kabut beracun. Mereka yang percaya dengan tahayul pun mulai membangunkan kuil dewa kabut beracun dibawah bukit itu, didalam kuil dipersembahkan sebuah patung perempuan.
Berhubung tukang kayu yang pernah melihat dewi kabut itu sudah mati, maka raut wajah dewi kabut pun dibuat sesuai dengan apa yang pernah dilukiskan tukang penebang kayu itu semasa hidupnya tapi sayang tukang pahatnya kurang pandai sehingga pada itu dilukiskan sebagai seorang perempuan setengah umur yang sedikit agak gemuk, sedikit pun tidak nampak cantik atau menarik..
Walaupun demikian, peziarah yang berkunjung kesana ternyata banyak sekali, kuil itu pun di jaga oleh seorang nenek sebagai juru kuncinya, setiap orang yang pernah terkena kabut beracun, asal membungkus abu hio dari kuil itu dan diminumkan, penyakitnya segera menjadi sembuh kembali, konon khasiatnya jauh lebih hebat daripada khasiat obat tabib.
Ada orang pernah membuktikan, ada seorang saudagar yang datang dari kota lain terkena racun kabut dan berbaring dalam rumah penginapan di kota, berbagai macam obat dari beberapa orang tabib kenamaan telah diminum namun penyakitnya belum juga disembuhkan.
Kebetulan kacungnya mendengar dari orang tentang cerita kuil dewi kabut beracun, diapun berkunjung kesitu dan minta sebungkus obat, ketika abu itu diminumkan kepada majikannya, ternyata penyakit yang di derita majikannya segera sembuh.
itulah sebabnya lambat laun nama kuil dewi kabut beracun pun menjadi tenar dan dikenal banyak orang. Suatu hari datang sebuah kereta yang indah dan mentereng yang berhenti dimuka kuil, kehadiran kereta itu sama sekali tidak menarik perhatian banyak orang sebab selama banyak tahun ini banyak orang dari tempat jauh yang datang kesitu minta obat, bahkan mereka yang tidak terkena kabut beracun pun datang kesana untuk minta obat.
Kedatangan kereta itu sangat mendadak mereka segera memborong kamar-kamar yang ada didalam rumah penginapan terbaik di kota itu. Kamar yang terdiri dari tujuh delapan buah itu mereka borong semuanya, dua orang tamu yang semula menginap disanapun dipersilahkan pindah karena pengurus rumah tangga tua itu bersedia mengeluarkan uang sebesar dua puluh tahil perak tiap orang untuk menyilahkan mereka pergi.
Sewa kamar yang semula setahil sehari ternyata ditukar dengan uang sebesar dua puluh tahil perak asal mau pindah, sudah barang tentu siapa saja bersedia untuk melakukannya.
Tahu begini, pemilik rumah penginapan itu pasti akan menyuruh seluruh isi keluarganya untuk menginap dulu disana. Ia lebih-lebih membenci diri sendiri, sebab sewaktu pengurus rumah tangga yang tua itu bertanya kepadanya apakah ada kamar kosong, dia mengatakan ada, bahkan membawanya untuk memeriksa kamar kosong itu satu persatu.
Pada saat itu dia hanya kuatir pihak lawan tidak jadi menginap disana, maka semua kamar yang dimilikinya segera di perlihatkan semua kepada tamunya. Tua bangka itu tiap kali melihat sebuah kamar segera mengangguk satu kali tanpa mengucapkan sepatah katapun, pada mulanya dia masih kuatir karena usahanya mungkin akan gagal.
Siapa tahu sampai pada akhirnya, ternyata semua kamar yang ada dalam rumah penginapannya diborong semua, malahan dia berunding sendiri dengan tamu yang tinggal disana dan bersedia membayar dua puluh tahil seorang untuk mempersilahkan mereka pindah tempat.
Dua puluh tahil perak sudah cukup untuk memborong seluruh kamar yang ada dirumah penginapan tersebut, tapi dia telah mempergunakannya untuk memindahkan tiap tamu dari kamarnya. Tahu begini, dia pasti akan menyuruh bininya, putrinya dan putranya untuk menempati kamar-kamar tersebut agar tiap orang bisa memperoleh uang pesangon sebesar dua puluh tahil.
Bila demikian akan bisa menarik seratus tahil perak lebih. Dia sudah mengangkat tangannya dan hampir saja hendak digaplokkan ke atas kepala sendiri. Untung belum digaplokkan, kalau tidak mungkin dia akan menyesal, sebab pengurus rumah tangga tua itu kembali bertanya.
"Apakah keluarggamu sendiri juga berdiam disini?"
Suatu kesempatan yang sangat baik telah datang, sebetulnya dia hendak menggeleng, tapi baru saja dia akan menggeleng, pengurus rumah tangga tua itu sudah menghela napas seraya berkata.
"Waah, kalau begitu sayang sekali, kalau tidak kau bisa beruntung sejumlah uang lagi!"
Buru-buru pemilik penginapan itu berseru. "Mereka berdiam di rumah penginapan ini, biniku berada didapur, putraku membantu mengerjakan apa saja, kami sekeluarga tiada yang menganggur, kami pun tidak memakai pembantu, maklum usaha kecil, coba bayangkan saja, mana kuat kami menggaji orang?"
Orang itu segera tertawa. "Bagus sekali kalau begitu, hujin kami memang kuatir disini terlalu banyak pembantu, kalau begitu kami akan tinggal disini saja, Aaaah, benar, berapa jumlah anggota keluargamu."
"Tidak banyak, Cuma empat orang, tidak... tidak, lima... lima orang, kami suami istri berdua, seorang putri dan dua orang putra jadi jumlahnya lima orang."
"Seandainya ada pelayan atau pembantu, harus menerangkan lebih dulu agar aku bisa memperhitungkan juga!"
"Tidak ada, kami hanya usaha kecil-kecilan."
"Baik, kami akan memborong seluruh penginapanmu ini dengan bayaran lima ratus perak sehari. Cuma harus dihitungkan pula dengan lima puluh tahil seorang bagi anggota keluargamu, kau tidak merasa kelewat banyak bukan?"
"Yaa, tidak banyak, tidak banyak!"
"Kalau ada uang, tentu saja tak akan dianggap terlalu banyak."
Sambil tertawa pengurus rumah tangga tua itu berkata lagi: "Baik, kita sudah menetapkan demikian, aku harap masing-masing tak boleh mengingkari lagi, berapa hari kami akan berdiam disini masih belum tahu, pokoknya sehari kami tinggal disini, sehari akan kami bayar kontan, inilah bayaran untuk hari ini, dua ratus lima puluh tahil perak, harap kau terima dulu!"
Tangan si pemilik penginapan yang dipakai untuk menerima uang tersebut kelihatan gemetar keras, namun dia tidak menjadi bodoh karena kegirangan, dia masih bisa memperhitungkan jumlah angka, maka segera serunya:
"Lo koan keh, bukankah kau berjanji akan memberi lima ratus tahil perak untuk satu hari?"
"Betul, nilai menyewakan lima ratus tahil, tapi dipotong dengan lima orang anggota keluargamu tiap kepala lima puluh tahil, maka jumlahnya tinggal dua ratus lima puluh tahil..."
"Mengapa kau memotong uang kami?"
"Begini ceritanya, nyonya kami suka akan kebersihan, kami tidak membutuhkan pelayanmu, pekerjaan apa saja akan melakukannya sendiri kebetulan kamipun menyewa rumah penginapan lain di kota maka kalian akan kami kirim untuk menginap sementara waktu disana, berhubung kamipun tak akan membiarkan anggota keluarga kalian berjumpa dengan orang lain, maka kami akan mengirim orang untuk memperhatikan kalian, harus memberi makan minum buat kalian, maka setiap orang harus dipotong lima puluh tahil perak, mungkin nilai ini kelewat tinggi tapi mereka adalah anggota keluargamu, kan sudah sewajarnya mengeluarkan uang buat mereka bukan? Jika kau mempunyai pelayan, libur saja dua hari suruh mereka pulang, bukankah kaupun akan menghemat? Untung saja anggota keluarga kalian cuma lima orang itu berarti kau masih untung bukan?"
Untung saja pemilik rumah penginapan itu tak sampai muntah darah, tentu saja dia tak dapat mengatakan tidak, karena dalam kenyataannya usahanya kali ini menguntungkan sekali, bahkan pada hakekatnya membuat tidak percaya.
Kembali Lo koan keh menggapai memanggil dua ekor kereta kuda, kemudian oleh lima orang lelaki kekar dia dan keempat anggota keluarganya segera dinaikkan keatas kereta.
* * *
DENGAN hormat sekali si singa emas mengetuk pintu kamar, sampai pada ketukan yang kedua, dari dalam kamar baru mendengar suara yang merdu merayu menegur:
"Siapa?"
"Lapor, sau-kiongcu, hamba yang datang!"
"Oooh, empek Kim, silahkan masuk, pintu tidak dikunci"
Singa emas mendorong pintu dan masuk tapi dengan cepat dia berdiri tertegun. Sebab Cia Siau giok sedang menyisir rambutnya. Menyisir rambut sesungguhnya bukan suatu pekerjaan yang mengejutkan, hampir setiap perempuan pasti menyisir rambut, sekalipun si nenek yang rambutnya telah beruban pun, setiap hari pasti akan membutuhkan banyak waktu untuk pelan-pelan menyisir rambutnya.
.... Halaman 48 - 49 hilang ....
Cia Siau giok tidak berpaling, yang terlihat oleh si singa emas tak lebih hanya bayangannya dibalik cermin tetapi senyumannya yang polos, suara yang manja telah membuat seluruh tubuhnya seakan-akan terjerumus ke dalam suatu keadaaan tiada aku.
Cia Siau giok tidak tahu kalau dia sudah berlutut, sambil tertawa tanyanya lagi. "Empek Kim, apakah kau sudah mengadakan hubungan kontak?"
"Sudah, hubungan kontak sudah kulakukan, besok pagi Kiongcu akan mengundang kita untuk masuk!"
"Ia bersedia menjumpai aku?"
"Sebenarnya tak mau, tapi kemudian setelah mengetahui kalau urusan yang budak tua kemukakan amat serius, dia baru mau mengabulkan."
"Mengapa sih dia menyembunyikan diri di tempat yang terpencil?"
"Untuk menyucikan diri dan menjauhkan diri dari keramaian dunia..."
"Tempat ini tidak sepi, terutama sekali segala peristiwa aneh yang diterbitkan olehnya, apakah dia bisa memperoleh ketenangan di tempat seperti ini?"
Kiongcu telah mendapat julukan sebagai malatkat kabut beracun, semua orang dibuat ketakutan olehnya, dan siapapun tak berani kesitu untuk menghantar kematian, dia adalah malaikat yang dihormati dan disegani oleh setiap orang."
"Aaah, paling paling cuma orang desa yang bisa digertak dan dibikin ketakutan olehnya, coba kalau ada orang yang pandai bersilat datang kesitu, niscaya mereka tak akan mempercayai dongeng tersebut, malahan bisa jadi akan melakukan penyelidikan kesana."
"Berapa tahun berselang memang terdapat manusia semacam ini yang pergi melakukan pengintaian, tapi kenyataannya mereka ditemukan tewas semua karena terserang kabut beracun, sejak itulah tak seorangpun manusia yang berani datang ke situ untuk menghantar kematian!"
Cia Siau giok tertawa. "Ya, mereka mampus karena orang-orang itu Cuma kawanan jago silat kasaran, coba kalau bertemu dengan jagoan yang sesungguhnya, kabut beracun itu tidak akan membuat mereka ketakutan."
"Kiongcu sama sekali tidak mencampuri urusan dunia persilatan, diapun tak mau melibatkan diri di dalam persoalan apapun, seorang jago lihay yang sesungguhnya tak nanti akan kesitu untuk mengusik ketenangan."
"Benarkah begitu? Untung dia tak berjumpa dengan Ting Peng, sifat ingin tahu yang dimiliki orang itu luar biasa sekali!"
Singa emas tak tahu bagaimana harus menjawab, terpaksa dia hanya membungkam dalam seribu bahasa. Cia Siau giok berpaling, sekarang dia baru tahu kalau si singa emas sedang berlutut, tanpa terasa serunya dengan terperanjat.
"Empek Kim, apa yang sedang kau lakukan? Ayo cepat bangun!"
"Oleh karena budak tua menyaksikan Sau kiongcu amat berwibawa, maka budak tua tak berani bersikap kurang ajar."
"Oooh, benarkah aku memiliki kekuatan iblis sedemikian besarnya sehingga bisa membuat Tianglo dari Mo kau seperti kau pun takluk seratus persen?"
"Benar, kekuatan tersebut sudah bukan termasuk kekuatan iblis sedemikian lagi, melainkan semacam kekuatan sakti kesucian dan keanggunan sau kiongcu cukup membuat siapa saja bertekuk lutut!"
"Termasuk perempuan?"
"Menurut pendapat budak itu, entah laki-laki entah perempuan baik yang tua maupun yang muda, semuanya sama saja!"
"Kalau begitu, aku harus muncul dalam sikap dan bentuk seperti ini...?"
"Benar, sayang sekali budak tua belum pernah menjumpainya dahulu, apabila sau kiongcu muncul dengan wajah seperti ini, seluruh kolong langit mungkin sudah terjatuh kedalam cengkeramanmu."
Cia Siau giok tertawa. "Aku mah sudah sejak dulu mengetahui akan hal ini", katanya.
"Oooh, bagaimana caranya sau kiongcu mengetahui akan hal ini?"
"Waktu itu aku masih muncul dalam bentuk sebagai Giok Bu sia, lotoa dari Lian im cap si sat, tatkala menjumpai suatu persoalan yang amat penting, waktu itu aku sedang menyisir rambut, tatkala menyaksikan diriku, akhirnya mereka sama-sama menjatuhkan diri berlutut diatas tanah."
"Kalau toh sau kiongcu sudah mengetahui kalau dirimu memiliki suatu kelebihan yang amat luar biasa, sudah seharusnya bila kelebihan tersebut kau manfaatkan dengan sebaik-baiknya."
Sambil tertawa Cia Siau giok menggeleng. "Sebenarnya aku pun mempunyai rencana untuk berbuat demikian, tapi akhirnya niatku itu terpaksa harus kuurungakan."
"Mengapa?"
"Sejak saat itulah, setiap anggota Lian im cap si sat yang bertemu dengan diriku selalu menunjukkan sikap yang amat menghormat, bahkan menghembuskan napas panjangpun tak berani!"
"Hal ini dikarenakan munculnya satu perasaan hormat yang timbul dari dasar hati kecilnya, sekarangpun budak tua tak berani menghembuskan napas keras-keras!"
"Tapi aku tak ingin kalian berubah menjadi begini!"
"Mengapa? Bukankah tujuan sau kiongcu adalah menaklukkan kolong langit? Inilah cara yang paling mudah dan gampang untuk dikerjakan"
"Yang kuinginkan adalah menguasahi kolong langit, bukan membuat semua orang bertekuk lutut dihadapanku!"
"Bila sau kiongcu ada perintah, budak pasti tak akan menampik dengan begitu saja!"
"Oooh, kalau aku suruh kau maju dan memeluk aku?"
"Soal ini, budak tak berani!"
"Bila ada orang menggunakan pisau yang ditempelkan dibelakang tubuhmu untuk emmaksa kau berbuat demikian?"
"Budak lebih suka ditusuk daripada mengusik dan menodai sau kiongcu..."
Cia Siau giok tertawa. "Itulah dia, justru karena alasan ini maka aku segan untuk melakukannya, aku tak mau seorang diri di puncak tertinggi seperti ibuku!"
"Apakah sau kiongcu tak pernah bertemu dengan kiongcu?" tanya singa emas dengan perasaan bergetar keras.
"Belum pernah, sejak berusia tiga tahun kalian telah membawaku pergi dari ibuku, sejak saat itulah aku tak pernah berjumpa lagi dengannya...!"
"Darimana sau kiongcu bisa tahu seperti kiongcu?"
"Bukankah kalian yang sering bercerita? Sejak kecil aku sudah sering kali mendengar kalian berkata bahwa wajahku mirip ibuku, selain itupun aku tahu dari ayahku"
"Apakah Cia tayhiap juga bilang kalau sau kiongcu mirip kiongcu?"
"Benar itulah sebabnya dia tak suka diriku, memandang kepadaku, pada hakekatnya tak pernah menganggap diriku sebagai putrinya!"
"Kiongcu dan sau kiongcu bukan manusia sembarangan inilah sebabnya sering kali menjumpai kejadian-kejadian yang luar biasa, bagaimana mungkin bisa disamakan dengan orang biasa?"
Dahulu Cia Siah giok sudah berulang kali mendengar orang berbicara demikian setiap kali dia menggerutu pasti ada orang yang menasehati dan menghiburnya dengan kata-kata seperti itu.
Setiap kali dia mendengarnya ucapan mana semangatnya lantas bangkit kembali membuat dia melupakan segala sesuatunya tapi sekarang, ketika Kim say tianglo mengulangi sekali lagi ucapan tersebut ternyata reaksi yang timbul sama sekali diluar dugaan. Sekarang Cia Siau giok bukan bocah cilik, tidak seperti dahulu gampang dibohongi..
Kini, dia sudah dapat merasakan sendiri semua rasa Cinta, benci, girang dan marah bahkan oleh karena kehidupannya beribu kali-kali lipat lebih rumit dari pada orang lain, maka diapun dapat meresapi hal tersebut beribu kali lipat lebih dalam.
Ketika si singa mengucapkan kata-kata hiburan yang tua itu, dia sendiripun tidak percaya, diapun tidak mengharapkan Cia Siau giok dapat mempercayainya. Dia hanya merasa bila mana perlu, ucapan tersebut harus diulangi kembali.
Siapa tahu tiba-tiba saja dari balik mata Cia Siau giok segera mencorong sinar tajam seperti seorang bocah-bocah yang secara tiba-tiba mendapatkan benda yang sudah lama disukai saja, ia nampak girang sekali.
"Benarkah aku berbeda dengan manusia biasa?" pekiknya.
"Benar, sau-kiongcu memiliki bakat alam yang sama sekali berbeda, dengan manusia biasa!!"
"Bakat alam? Bakat alam yang mana?"
Singa emas tertegun, padahal ucapan tersebut diutarakan sekenanya saja tanpa di sertai dengan pemikiran yang lebih mendalam sewaktu kecil dulu, penampilan Cia Siau giok memang luar biasa sekali. Hanya saja kelebihan dan keluar biasaan ini sulit untuk diterangkan kepada orang lain.
Misalnya saja, pada usia tujuh delapan tahun dulu, sifat dan daya tarik kewanitaannya sudah amat besar! sekalipun hanya sekulum senyuman belaka, kadang kala bisa membuat seorang pria menjadi terkesima dan tertarik kepadanya. Tentu saja daya tarik itu adalah semacam daya tarik seorang perempuan terhadap lawan jenisnya.
"Kau seperti ibumu, merupakan perempuan luar biasa yang berbakat alam, siluman iblis yang bisa memikat kaum pria sampai mampus, siluman rase yang luar biasa dan berbakat"
Ucapan seperti itu berkecamuk dalam benak Si Singa emas, namun dia tak berani mengutarakannya keluar, tapi diapun membutuhkan suatu jawaban yang tepat. Bila Cia Siau giok mangajukan suatu pertanyaan, maka pertanyaan tersebut harus dijawab, bahkan harus merupakan suatu jawaban yang bisa membuatnya merasa puas.
Kebiasaan seperti inipun merupakan didikan dari mereka sendiri, dia dan naga perak serta banyak lagi manusia-manusia seangkatan dari mereka semuanya rela untuk dicocok hidungnya oleh ibu dan anak berdua itu serta dituntun untuk pergi kemana saja, merekapun rela dan bersedia melakukan pekerjaan apapun, termasuk pekerjaan yang mereka sendiripun tak berani untuk melakukan.
Mengapa demikian? Bukan hanya satu kali dia mengajukan pertanyaan tersebut kepada diri sendiri tapi selamanya tak pernah memperoleh jawaban yang memuaskan, merekapun bukan hanya satu dua kali saja saling mengadakan tanya jawab.
Seandainya Cia Siau giok dan ibunya tidak memiliki suatu bakat alam, atau semacam daya pengaruh yang luar biasa, mustahil mereka bisa berbuat demikian.
"Sau kiongcu mempunyai semacam bakat terpendam yang membuat orang lain terpengaruh, sehingga tak berani bertatap pandang, takluk dengan hati tulus dan rela melaksanakan perintah apa pun"
Tentu saja, jawaban dari si Singa emas ini sudah melalui suatu pemikiran yang amat mendalam, semacam tehnik untuk menjawab.
"Apakah ibuku sejak kecil sudah memiliki daya kemampuan tersebut?"
"Benar, sejak kecil kiongcu sudah memiliki kemampuan untuk membuat semua orang tunduk dan takluk kepadanya, setiap orang yang pernah berjumpa dengannya, tanpa terasa selalu tunduk dan takluk dibawah telapak kakinya!"
"Tapi kenyataannya dia toh tak berhasil menguasai seluruh kolong langit?"
"Hal ini dikarenakan dia telah berkenalan dengan seorang lelaki yang sesungguhnya tak boleh dikenali, dia telah kehilangan kepercayaan atas dirinya sendiri!"
"Apakah lelaki itu adalah ayahku?"
"Benar, Cia tayhiap adalah seorang dewa pedang, juga merupakan seorang lelaki yang pamdai menaklukkan hati wanita!"
"Seperti Ting Peng?"
"Benar" dengan cepat Singa emas menjawab "mereka adalah manusia sejenis, oleh sebab itu paling baik jika sau-kiongcu menjauhi manusia seperti itu."
"Mungkinkah? Setiap kali kita hendak melakukan sesuatu, dia selalu datang mencari kita"
"Terpaksa kita harus memusnahkan dirinya!" Cia Siau giok menghela napas panjang.
"Empek Kim, kau bukan orang pertama yang menganjurkan diriku, akupun bukannya tak pernah mencoba, selama ini aku selalu memeras otak, aku tak akan meniru keadaan ibu yang putus asa, kecewa dan selalu murung, soal ini tentunya kau bisa melihatnya sendiri bukan?"
"Benar, sau kiongcu memang memiliki daya tarik yang jauh lebih besar daripada Kiongcu dulu!"
"Tapi aku tak mampu melenyapkan Ting Peng, bukannya tak tega untuk turun tangan, melainkan benar-benar tak mampu untuk menghilangkan dia dari muka bumi"
Suasana menjadi hening untuk beberapa saat lamanya, Singa emas tahu bahwa ucapan tersebut bukan alasan, melainkan suatu kenyataan, dia pernah menyaksikan kelihayan golok dari Ting peng, dia pun menaruh perasaan ngeri dan seram terhadap pemuda itu.
"Sudah lama ibuku mengasingkan diri ditengah bukit, apakah dia sedang melatih semacam ilmu!"
"Benar, setelah dia mengetahui kalau dengan cinta tak mungkin bisa menaklukkan Cia Siau hong, maka dia bersumpah hendak melatih ilmu silatnya sehingga jauh mengungguli dirinya!"
"Tapi, mungkinkah hal ini bisa dicapai?"
"Sudah lama Kiongcu tak pernah muncul di dalam dunia persilatan, dahulu dia selalu menjadikan Cia Siau hong sebagai sasarannya, mungkin saja ada kemampuan untuk melampauinya, tapi selama banyak tahun Cia Siau hong sendiripun mengalami kemajuan yang amat pesat, bila ditinjau dari situasi ketika bertemu dengan Ting Peng, agaknya Cia Tayhiap sudah berhasil mencapai suatu taraf yang baru, jauh lebih unggul daripada kemampuan Kiongcu!"
"Lantas mengapa kalian tidak pergi memberi tahukan hal tersebut kepadanya?"
Singa emas termenung beberapa saat, kemudlian baru jawabnya. "Selama ini Kiongcu tak pernah mau percaya dengan nasehat orang, selamanya dia menilai dunia melalui kaca matanya sendiri."
"Bila begini keadaannya, apakah ia akan berhasil?"
Singa emas berpikir sebentar, kemudian baru menjawab: "Tidak dapat, oleh sebab itu kami menumpahkan harapankami diatas tubuh sau kiongcu."
"Jadi kalian menganggap aku lebih punya harapan ketimbang ibuku?"
"Sejak mulai, Sau Kiongcu sudah melakukan hubungannya yang luas dengan seluruh umat persilatan, tentu saja pandanganmu akan jauh lebih mendalam daripada pandangan kiongcu, lagipula sau kiongcu juga mempunyai nama keluarga dari Sin kiam san ceng yang amat termashur, hal ini merupakan suatu kesempatan yang baik sekali bagi sau Kiongcu untuk maju lebih ke depan."
"Seandainya kedudukanku sebagai toa siocia dari keluarga Cia masih ada manfaatnya berarti aku harus mencegah ibumu agar jangan mengacau ayahku bukan?"
"Soal ini... tampaknya sau kiongcu harus membicarakan sendiri dengan kiongcu, sesungguhnya budak tua merasa kurang leluasa untuk turut memberikan pendapatnya, namun sau kiongcu tak usah kuatir, kemampuan yang dimiliki Cia tayhiap sekarang sudah tak mungkin bisa dipunahkan oleh siapa saja.
* * *
Fajar baru saja menyingsing, matahari belum mengolkan diri, hanya di ufuk timur terlihat lapisan cahaya merah menyelimuti jagad. Saat ini merupakan saat paling berbahaya untuk melintasi bukit, karena disaat beginilah kabut beracun sedang menyelimuti jagad dengan hebatnya.
Lembah kematian diliputi kegelapan, di atas permukaan tanah melayang kabut tipis yang berwarna-warni. Pemandangan semacam ini tak ubahnya dengan pendangan di pintu gerbang menuju neraka. Seluruh jagad seakan-akan dilapisi oleh hawa iblis yang menggidikkan hati.
Cia Siau giok mengenakan pakaian yang indah, dia didampingi oleh Singa emas yang bersikap menghormat. Di depan kuil dewi kabut berkerumun penduduk desa yang diliputi oleh perasaan ingin tahu, mereka menyembunyikan diri di tempat-tempat yang tidak mudah ditemukan dan menyaksikan perempuan muda yang sedang bersembahyang untuk kesembuhan dari suami dan ayahnya ini, mereka ingin tahu apakah permintaannya akan dikabulkan oleh dewi kabut.
Setelah berlutut tiga kali menyembah tujuh kali, memasang Hio, mempersembahkan korban, segala sesuatunya berjalan dengan lancar...
Selanjutnya,