Golok Bulan Sabit Jilid 26

Cerita Silat Mandarin Golok Bulan Sabit Jilid 26 karya Khu Lung
Sonny Ogawa

Golok Bulan Sabit Jilid 26

Cerita silat Mandarin Karya Khu Lung
SEBAGAI juru kuncinya adalah seorang nenek yang bersifat sangat aneh, mukanya tetap kaku tanpa emosi. sama sekali tak nampak perubahan apapun disebabkn keistimewaan dari tamunya ini.

Selesai bersembahyang seperti biasa dari atas meja altar meluncur jatuh selembar kertas. Ketika itu berwarna putih yang tiada tulisan, biasanya harus dibakar dahulu sebelum muncul huruf diatas kertas mana. Biasanya tulisan itu di beri resep obat dan memberi tahukan kepada pemohon obat apakah yang harus di minum.

Tapi petunjuk yang tertera diatas kertas kali ini ternyata tidak berisi resep, setelah nyonya muda itu membaca petunjuk tersebut, dia lantas bangkit berdiri dan berjalan menuju ke arah tebing curam ditepi lembah tersebut.

Pada saat itulah si pengurus rumah tangga tersebut baru maju untuk membaca isi petunjuk itu, kemudian sambil mengejar dari belakangnya dia berseru:

"Nyonya muda, nyonya muda, jangan" Dia mengejar kedepan, dan menuju ke tepi jurang, tapi nyonya perempuan itu sudah melompat masuk ke dalam jurang tersebut.

Semua penonton yang menyaksikan kejadian tersebut menjerit kaget, tak tahan lagi mereka bersama-sama munculkan diri. Ketika Lo koan keh itu mengejar nyonya mudanya, dia datang agak terlambat selangkah, yang berhasil ditarik hanya sedikit ujung bajunya saja. Dia termangu-mangu berapa saat lamanya di tepi jurang, akhirnya dengan suara parau katanya:

"Sau hujin, kau bawalah serta budak tua, kalau tidak bagaimana mungkin budak tua bisa mempertanggung jawabkan diri nanti"

Maka diapun ikut terjun ke dalam jurang. Kejadian ini kontan saja membuat semua orang menjerit kaget, kali ini bukan berasal dari tempat persembunyian lagi, melainkan sudah munculkan diri.

Tapi orang-orang itu tak mampu mencegah terjadinya tragedi tersebut, siapapun tak berkemampuan untuk mencegah kedua orang itu berbuat nekad, siapa pun hanya bisa menyaksikan kedua orang manusia hidup itu memasuki lembah kematian.

Akhirnya semua orang pun berbondong-bondong mendatangi altar dewi kabut, mereka ingin tahu isi dari tulisan yang telah terbakar sampai hangus tersebut.

"Suamimu telah membuat dosa terhadap dewa penyakit, karenanya ditakdirkan untuk terjangkit penyakit parah sehingga mati dan hancur tak berwujud badan. Bila ingin memperoleh pertolongan dan terhindar dari malapetaka, kau harus bersedia menjadi dayang kami."

Tulisan itu ditulis dengan huruf yang sangat indah, kuat dan bertenaga. Seorang nyonya muda yang berhati tulus mengharapkan suaminya bisa tertolong dari musibah untuk menyelamatkan jiwanya, ia rela terjun ke dalam lembah kematian. Seorang pelayan tua yang biasa mengikuti majikan perempuannya terjun pula kedalam lembah kematian.

Maka sejak saat itu beredarlah suatu dongeng baru tentang lembah kematian, hal mana menambah pula seramnya suasana di situ. Apakah suami yang kejangkitan penyakit parah itu akhirnya dapat sembuh?

Tiada orang yang tahu sebab pelayan yang datang bersama mereka itu sudah pergi secara diam-diam, pergi entah kemana dan tak bisa ditelusuri lagi. Tapi tiada orang yang curiga, sebab jaman itu orang masih percaya dengan tahayul.

* * *

YOK LIU DAN THIAN BI

SURAT perintah yang hangus itu di bawa orang dan berpindah dari satu tangan ke tangan lain, akhirnya lenyap secara misterius, dikirim ke suatu tempat. Atau tepatnya kehadapan seorang kakek.

Kakek itu duduk saling berhadapan dengan seorang nenek, memandang tulisan itu sekulum senyuman dingin segera menghiasi ujung bibir kakek tersebut. Rupanya dia bersembunyi disana, tak aneh kalau selama banyak tahun tak pernah menemukan jejaknya!

"Sudahlah, kalau toh tuan putri telah menjauhkan diri dari keramaian dunia, anggap saja urusan sudah selesai, buat apa kita mesti mengejarnya terus?" kata nenek itu.

"Bagaimana mungkin aku bisa berpeluk tangan belaka? Semua usahaku dan perjuanganku akhirnya kandas ditangannya, aku tak bisa melepaskan dia dengan begitu saja."

Nenek itu termenung beberapa saat lamanya, kemudian berkata lagi. "Cukong, kau tak bisa menyalahkan dia, kita sendiripun mempunyai kekeliruan"

"Kesalahanku yang terbesar adalah membiarkan dia hidup terus, bahkan menerimanya, aku sudah tahu kalau dia adalah bibit pembawa bencana..."

"Cukong tegakah kau. Dapatkah kau melupakan bait syair yang dicantumkan diatas golok tersebut? Siau-lo it-ya-teng Cun-hi... bagaimanapun juga dia adalah putrimu, siapa tahu dia adalah putri kandungmu sendiri?"

Hawa pembunuhan yang semula mencorong keluar dari balik mata kakek itu segera lenyap tak berbekas, sebagai gantinya muncul selapis perasaan sedih dan murung yang amat tebal setelah menghela napas panjang katanya kemudian:

"Aku betul-betul tidak percaya, seorang perempuan yang suci bersih semacam dia, ternyata dapat melahirkan seorang putri semacam itu."

Nenek itu turut menghela napas. "Haai, antara malaikat dan iblis sesungguhnya hanya berbeda sejengkal, mungkin kaulah yang terlalu berhutang kepada ibunya!"

"Aku... aaai, kau tak akan mengerti!"

"Cukong, aku tidak mengerti kejadian apakah yang telah berlangsung diantara kalian, bila kau tak bersedia mengutarakan, mereka yang mengetahui juga tak akan bersedia untuk menjawab, tapi aku mengerti, si bocah perempuan yang datang kemari itu adalah seorang bocah yang amat menarik hati, setiap orang akan menyukainya bila bertemu, dia bisa berubah menjadi begitu, karena kita tidak mendidiknya secara baik!"

Mendadak kakek itu menggebrak meja sambil bangkit berdiri, dengan suara yang bersungguh-sungguh katanya: "Tidak bisa, aku tak bisa membiarkan dia melakukan keonaran lebih jauh, dia telah memusnahkan diriku dan ini sudah cukup, aku tak bisa membiarkan dia untuk menghancurkan pula diri Ting Peng!"

"Bagaimana mungkin dia bisa menghancurkan Ting Peng?"

"Tahukah kau siapa yang telah terjun ke dalam jurang itu? Bila kau tahu siapakah orang itu maka kau akan tahu apa pengaruhnya terhadap Ting Peng!"

"Siapa?"

"Singa emas dan Cia Siau giok!"

"Cia Siau giok, Bukankah dia adalah putri Cia Siau hong! Mengapa bisa berada bersama-sama singa emas?"

"Aku tidak tahu, tapi hubungan antara mereka sudah pasti sangat akrab, Ting Peng pernah membacok mati naga perak disekitar perkampungan Sin kiam san ceng"

Kembali si nenek termenung beberapa saat lamanya, setelah itu lalu ujarnya. "Cukong, walaupun aku tidak setuju, tapi selama banyak tahun aku selalu tunduk dan patuh atas setiap petunjukmu, aku percaya setiap petunjukmu itu sungguh-sungguh dan benar, sekarang kau suruh aku berbuat apa...??"

"Hujin darimana kau bisa tahu kalau aku akan menyuruh kau untuk berbuat sesuatu?"

Nenek itu tertawa. "Soal itu mah gampang untuk ditebak, selama banyak tahun kau jarang sekali mencariku untuk merundingkan sesuatu, tapi kali ini kau telah memperlihatkan surat itu kepadaku, hal ini berarti kalau kau ada urusan dan hendak menugaskan aku untuk mengerjakannya!"

Kakek itu merenung sebentar, kemudian baru menghela napas panjang: "Aaaai... benar, Hujin. Mungkin kau dan si Unta tembaga yang harus mengerjakannya, berhubung tenaga dalamku telah kusalurkan sebagian besar ke dalam tubuh Ting Peng, kini sudah tak mampu untuk mengerjakan sendiri pekerjaan itu."

"Kalau begitu aku harus pergi bersam si Unta tembaga?"

"Benar, bukan cuma kalian berdua saja yang harus turun tangan, bahkan semua jago-jago lihay yang berada disisiku juga kalian bawa semua."

"Hal ini mana boleh jadi? Bukankah dengan begitu tiada orang yang akan mendampigimu?"

"Buat apa mereka mendampingi diriku? Sekarang aku sudah merupakan seorang tua renta yang tak berguna, tiada orang akan tertarik lagi dengan diriku"

"Cukong, sekarang kita bukan lagi bergurau, akupun tidak lagi bergurau, walaupun naga perak dan walet emas sudah mati, masih ada si Singa emas. Secara paksa si Unta tembaga masih mampu untuk menahannya. Sedangkan perempuan rendah itu hanya kau yang mampu untuk menghadapinya. Sedangkan sisanya boleh kau bawa untuk berjaga-jaga menghadapi mereka yang lain. Itulah sebabnya kau harus membawa semua mereka yang terbaik!"

"Jadi kami pergi beradu jiwa!"

"Paras muka kakek itu berubah menjadi amat serius, dia segera mengangguk. "Benar, bunuh mereka semua, jangan biarkan seorangpun diantara mereka berhasil meloloskan diri, kali ini kita harus membersihkan perguruan dari unsur-unsur penghianat!"

Nenek itu seperti hendak mengucapkan sesuatu lagi namun si kakek sudah mengulapkan tangannya sambil berkata:

"Kau tak usah berbicara lagi, keputusan ini kuambil setelah kupertimbangkan berulang kali, kita bukan berbuat sok-sokan, bukan mencari nama, sekalipun Mo kau harus punah dari muka bumi, paling tidak kita tak boleh membiarkan sebuah bibit bencanapun masih tetap hidup didunia ini"

Nenek itu termenung beberapa saat lamanya, kemudian baru berkata: "Baiklah, kalau begitu kita putuskan demikian, aku pasti akan melaksanakan perintahmu itu, aku tahu kau bukan seorang manusia yang sembarangan mengambil keputusan."

"Terima kasih banyak atas kepercayaanmu terhadapku."

Nenek itu memandang ke arahnya, sinar cinta kasih yang tebal mencorong keluar dari balik matanya, walaupun mereka sudah hidup sebagai suami isteri selama enam puluh tahun, namun rasa cinta kasihnya tak pernah menjadi luntur.

Nenek, nenek itu pun mendadak merasakan suatu kepedihan, tiba-tiba dia menemukan bahwa suaminya yang selalu tetap awet muda itu mendadak berubah menjadi tua sekali.

"Pergilah dengan berlega hati, tempat ini terpencil letaknya tak mungkin ada orang yang akan mencari sampai disini, aku akan turun kedapur sendiri untuk menyiapkan dua macam sayur, moga-moga saja kalian bisa pulang membawa kemenangan dan keberhasilan!"

Kakek itu menghantar rombongan sampai didepan lembah, sambil menggapaikan tangan mengucapkan kata-kata penambah semangat yang dihantarpun merasa gembira.

Dengan wajah berseri si Unta tembaga berkata: "Kali ini cukong nampak amat cerah dan segar, selama tiga puluh tahun belakangan ini, belum pernah kusaksikan dia segirang ini,"

"Benar, inilah keputusannya yang terbesar, selama hidupnya dia telah menurunkan perintah pembunuhan yang amat besar"

"Semestimya Cukong sudah menurunkan perintah terhadap perempuan rendah ini sejak dahulu, aku sudah banyak tahun menantikan perintah ini dan akhirnya berhasil juga kuperoleh!"

"Unta tembaga kau tidak mengetahui perasaannya."

"Aku tahu kalian selalu mengira Thian bi adalah putri Cukong, maka tidak tega untuk menghadapinya!"

"Apakah bukan? Menurut perhitungan usiapun kira-kira cocok sekali..."

"Hamba tahu bahwa hal ini tidak mungkin!"

"Mengapa? Darimana kau bisa tahu?"

"Aku tahu dengan pasti, setiap orang mengira Yok liu hujin adalah seorang perempuan suci, kecuali cukong dan aku, tiada pria lain yang tahu kalau dia adalah seorang perempuan cabul!"

"Unta tembaga, kau tak boleh berkata begitu!"

"Aku boleh saja berkata demikian, karena aku mempunyai bukti!"

"Bukti apa?"

"Dia pernah merayuku!"

"Kau, Unta tembaga? Waktu itu kau masih berumur berapa?"

"Aku masih berumur empat belas tahun, pada hakekatnya belum mengetahui urusan keduniawian, tapi dia tak bisa kehilangan lelaki didalam seharipun, waktu itu kebetulan dia datang mencariku, berdaya upaya untuk merayuku dan memancingku naik ranjang, tapi sebelum aku benar-benar merasakan tubuhnya, kebetulah cukong telah pulang!"

"Aaah, Mengapa aku tidak mengetahui tentang persoalan ini?"

"Disinilah letak kebijaksanaan cukong, dia selalu merahasiakan kesalahan orang, waktu itu aku masih ingat, ketika cukong melangkah masuk kedalam kamar, dia lantas melompat bangun dari pembaringan dan sambil menangis melapor kepada cukong bahwa aku menganiayanya, akulah yang hendak menodainya!"

"Apa yang di katakan cukong?"

"Cukong hanya tertawa, dia bilang aku tak lebih cuma seorang kanak-kanak, darah muda masih panas, diapun berwajah begitu cantik sehingga mungkin tak sanggup menahan diri, dia lantas suruh aku minta maaf kepadanya dan melupakan kejadian itu, bahkan menjamin aku tak akan berbuat demikian lagi dikemudian hari."

"Oooh, jadi cukong percaya kalau kaulah yang bermaksud untuk memperkosa dirinya."

Si Unta tembaga mendongakkan kepalanya. "Dalam kenyataan aku sendiri pun kurang mengetahui keadaan yang sebenarnya terjadi pada waktu itu... sebab teknik Yok liu hujin dalam merayu kaum lelaki benar-benar kelewat lihay, dia selalu seperti sengaja tak sengaja untuk membangkitkan hawa napsu birahi kaum pria, menanti kaum pria masuk perangkap dengan sendirinya, seperti laron yang memapaki api!"

"Apakah cukong mengetahui akan wataknya ini?"

"Selanjutnya aku kurang begitu jelas, tapi waktu itu dia sama sekali tidak tahu"

"Tapi dia toh mau bersikap bijaksana dan berjiwa besar dengan memaafkan perbuatanmu?"

"Benar, itulah sebabnya aku amat berterima kasih kepada cukong dan setia kepadanya terus sampai mati!" "Kalau begitu Singa emas sekalian pasti telah berbuat serong dengannya, apalagi usia mereka jauh lebih besar daripada dirimu!"

Si Unta tembaga termenung sebentar, lalu baru berkata: "Aku pikir hal ini memang tak dapat dihindari, itulah sebabnya mereka menunjukkan sikap yang begitu setia dan membela terhadap Thian bi, aku rasa kebanyakan disebabkan oleh hubungan tersebut!"

"Dari mana pula kau bisa membuktikan kalau Thian bi bukan putri Cukong...?"

"Karena Thian-bi mempunyai buah jari pada tangan kanannya"

"Bukti macam apakah hal ini?"

"Jari tangan yang bercabang-cabang merupakan keturunan, Cukong justru tak punya jari."

"Setiap orang dalam keraton tidak memiliki, siapa tahu kalau hal ini hanya merupakan warisan dari berapa generasi?"

"Aku tahu ada seseorang yang sejak di lahirkan sudah mempunyai cabang pada jari tangannya, namun dia bukan orang Mo kiong, orang itu adalah pamanku, suatu hari dia datang menjengukku."

"Mengapa dengan pamanmu itu!"

"Tak lama kemudian, Yok liu hujin pun lenyap secara misterius, kami telah melakukan pencarian ke mana-mana akan tetapi tak pernah berhasil menemukan jejaknya, empat tahun kemudian baru ada orang yang membopong Thian-bi datang ke istana"

"Bagaimana pula cara pembuktiannya? Waktu itu Thian bi sudah berusia tiga tahun lebih, seandainya Yok liu hujin sudah berbadan dua ketika pergi, anaknya memang akan berusia sebaya dengannya."

Si Unta tembaga menggeleng. "Aku telah menyaksikan Thian bi memiliki cabang dalam jari tangannya, maka akupun minta ijin untuk pulang sekalian baru menyelidiki persoalan ini, akhirnya baru kuketahui kalau pamankulah yang telah mengajak Yok liu kabur dan hidup di dusun kelahiranku..."

"Hebat juga pamanmu itu!"

"Sesungguhnya dia memang seorang lelaki tampan, pandai merayu lagi, dan yang paling penting adalah pandai mengambil hati perempuan, sehingga kaburnya Yok liu bersamanya sesungguhnya bukan suatu kejadian yang luar biasa, aku sudah mendapat kabar bahwa mereka telah melahirkan seorang putri"

"Dia adalah Thian-bi?"

"Benar, gadis itu memang berperawakan lebih besar dari usia bocah sebayanya sewaktu dihantar ke sana, katanya sudah merumur tiga tahun lebih, padahal cuma dua tahun lebih sedikit."

"Kalau begitu Thian-bi adalah putri pamanmu, yakni adik tongmu sendiri, bila sewaktu datang dia hanya berusia dua tahun lebih, hal ini membuktikan kalau dia bukan darah daging cukong sendiri!"

Si Unta tembaga hanya membungkam dalam seribu bahasa.

Kembali si nenek bertanya: "Mengapa mereka mengirim putrinya agar kita yang memelihara?"

"Pamanku adalah seorang lelaki romantis, tapi sejak dia melarikan Yok liu, ternyata hidupnya menjadi amat beraturan, dia selalu berada di rumah menjaganya, dua tahun pertama masih mendingan, kemudian untuk melatih semacam ilmu pamanku telah bersikap agak dingin terhadapnya, maka diapun mulai tidak tenteram hidup dalam rumah!"

"Perempuan semacam dia memang tak pernah akan merasa tenteram bila dibiarkan hidup kesepian!"

"Pamanku tidak berjiwa besar seperti cukong, ketika akhirnya tertangkap basah kalau bininya serong, dia segera membacok kedua orang itu sampai mampus, kemudian diapun bunuh diri!"

Nenek itu termenung beberapa saat lamanya, kemudian baru menghela napas panjang. "Aaai... padahal buat apa dia harus berbuat demikian? Yok liu toh bukan miliknya, dia menganggap tiada lelaki yang tega untuk membunuhnya, tapi akhirnya dia toh ketemu batunya juga, kali ini dia betul-betul mampus."

"Cubo, tampaknya kau seperti sudah mengetahui akan watak dari Yok liu ini?"

Nenek itu tertawa. "Jangan lupa, akupun seorang wanita, biasanya wanita lebih mudah memahami perasaan sesama wanita!"

"Kalau memang begitu, mengapa kau tidak memberitahukan hal ini kepada cukong?"

Kembali nenek itu tertawa. "Hanya perempuan terbodoh yang akan menyerang perempuan lain dihadapan suaminya, selama banyak tahun cukong selalu menaruh hormat kepadaku, karena aku tahu bagaimana harus menjadi seorang perempuan yang sebenarnya!"

Kali ini si Unta tembaga membungkam, diapun menaruh sikap yang amat hormat terhadap Cubonya ini, tapi inipun disebabkan karena dia merupakan istri cukongnya. Dia sendiri tidak mempunyai daya tarik apapun. Kalau dibilang wajahnya termasuk cukupan, tidak terlalu cerdik, tidak pula terlalu bodoh.

Selain tidak suka berbicara, tak pernah mengemukakan pendapat, tiada sesuatu yang luar biasa, bahkan seakan-akan seorang yang tak bisa dan tak punya apa-apa, tapi cukong selalu besikap sungkan dan hormat terhadapnya. Hal inilah yang selalu membuat dia tak habis mengerti.

Ada kalanya dia merasa sayang untuk cukongnya ini, dia merasa cukongnya gagah perkasa lagi pula tampan, tidak seharusnya dia memiliki seorang bini seperti ini. Sekarang, baru sampai detik ini baru mengerti dimanakah letak kelebihan dari cubonya, justru dialah memiliki kecerdasan yang tinggi, kebesaran jiwa yang mengagumkan, penamplian yang wajar dan sikap yang anggun, hampir semua keindahan dari seorang perempuan dimilikinya tanpa ada yang ketinggalan.

Apabila seorang lelaki dapat menemukan seorang perempuan semacam ini, maka akan bahagialah hidupnya sepanjang masa, sayang sekali perempuan semacam ini biasanya memang sedikit sekali. Tanpa terasa timbul perasaan yang amat menghormat dalam hati si Unta tembaga terhadap cubonya ini.

Tiba-tiba nenek itu mengalihkan kembali pokok pembicaraannya ke soal lain, katanya. "Unta tembaga, apa pula yang terjadi dengan bait syair Siau lo it ya teng cun hi tersebut?"

"Ooh, itulah bait syair yang membuat cukong tertarik kepada Yok-liu hujin sewaktu pertama kali mereka bertemu, waktu itu kami sedang melakukan perjalanan melewati sebuah dusun wilayah Kanglam, pemandangan alam sangat indah, dari sebuah rumah gubuk ditepi sebuah sungai suara senandung tersebut berkumandang, suara itu segera menarik perhatian kami untuk melakukan penyelidikan dan kami pun segera menjumpai Yok-liu hujin. Waktu itu dia hanya putri seorang guru desa, seorang gadis dusun yang berbaju sederhana tapi memiliki kecantikan yang luar biasa dan dia tampaknya tertarik oleh kegagahan serta ketampanan cukong dalam pembicaraan yarg berlangsung berapa saat itulah akhirnya dia memutuskan untuk pergi bersama kami, pergi meninggalkan ayahnya seorang diri."

"Kemudian, apakah dia tak pernah kembali lagi?"

"Tidak, dia seperti sudah melupakan sama sekali akan ayahnya sebaliknya cukong masih teringat dengannya, ia suruh aku mengunjunginya, waktu itu ayahnya sedang di rundung kemiskinan dan hidup melarat, maka aku meninggalkan sejumlah emas, perak dan permata untuknya, ketika aku menjenguknya untuk ke dua kalinya dia telah memanfaatkan harta yang kutinggalkan itu untuk membeli sawah, membangun rumah bahkan mengawini perempuan muda sebagai istrinya, kehidupan mereka nampak amat bahagia, maka cukong pun melarang aku untuk berkunjung ke sana lagi"

"Mengapa?"

"Dengan suasana kita pada waktu itu masa jaya sedang diambang pintu, ibaratnya matahari di tengah angkasa, kurang baik bagi kita untuk mengadakan hubungan dengan seorang rakyat biasa."

Nenek itu segera menghela napas panjang. "Aaai... cukong memang manusia begitu, dia selalu meikirkan orang lain, manusia semacam ini sesungguhnya tidak cocok untuk menjadi seorang kaucu!"

"Berbeda sekali bila cukong sedang mengatasi masalah perkumpulan, dia tak pernah bersikap ramah, semuanya tandas dan tegas."

"Betul, memang dia harus begitu berbicara menurut perasaan, tidak salah lagi bila Mo kau dianggap sebagai perkumpulan kaum sesat umat persilatan sebab Mo kau mempunyai banyak peraturan dan banyak cara melatih ilmu yang sesat dan jahat, cukong ingin merubah pandangan orang kepada Mo kau agar apa yang didengar tentang Mo kau berbeda dengan Mo kau yang sebenarnya karena itu dia baru menerapkan banyak peraturan secara ketat mengendalikan anggotanya untuk berbuat sewenang-wenang, tapi justru karena inilah menimbulkan rasa tak puas dari banyak orang sehingga akhirnya terjadi peristiwa penghianatan."

"Tak bisa dibilang begitu, sampai sekarang cukong toh masih mempunyai banyak pengikut yang tetap setia sampai mati kepadanya!"

"Tapi jumlahnya sudah menciut sehingga menjadi sedikit sekali, orang-orang itu bisa bergabung dengan kita tak lain karena tertarik oleh ilmu perkumpulan kita yang aneh dan sakti dan berharap bisa mewarisi kepandaian tersebut."

Si Unta tembaga membungkam dalam seribu bahasa.

Kembali si nenek bertanya: "Mengapa cukong mengukir bait syair tersebut pada tubuh goloknya?"

"Tentang soal ini hamba kurang begitu tahu, sejak Yok liu hujin lenyap, ada sementara waktu sifat cukong menjadi berangasan sekali dan membunuh banyak orang."

"Perempuan luar biasa semacam itu memang sulit dilupakan oleh siapapun, jangankan cukong, bahkan akupun merasa seperti kehilangan sesuatu..."

Si Unta tembaga berpikir sebentar, kemudian katanya lagi. "Walaupun cukong merasa gusar karena hilangnya Yok liu hujin, mungkin dia pun kemudian merasa kalau kemarahannya itu tidak berdasar dan salah, maka dia lantas mengukir syair tersebut diatas goloknya untuk mengendalikan luapan emosi sendiri, ada beberapa kali kusaksikan dia mencabut keluar goloknya dan memandang sekejap bait syair yang terukir diatasnya, kemudiain hawa amarahnya pun segera mereda!"

"Kalau begitu mungkin dikarenakan alasan ini, semenjak saat itu ilmu goloknya juga berhasil maju ke tingkatan yang lebih tinggi, permainan goloknya nampak bertambah tangguh hingga membuat nama perkumpulan kita berkembang menjadi pesat dan tenar, tapi hal itu pula yang akhirnya mencelakai dia."

"Benar, waktu itu perkembangan Mo-kau memang kelewat cepat, bahkan sudah melampaui nama besar dari semua partai dan perguruan lainnya sehingga menimbulkan perasaan tak tenang dari semua orang, justru karena perkembangannya terlalu, cepat sehingga cukong tak bisa melakukan pemeriksaan sendiri atas setiap persoalan yang ada, ia suruh si singa emas sekalian bertanggung jawab sebagian atas masalah, tapi kenyataannya mereka justru menanamkan banyak permusuhan untuk perkumpulan kita!"

Si nenek menghela napas panjang. "Benar, setelah kejadian cukong merasa menderita kerugian yang amat besar, tapi dia tidak menyalahkan orang lain, karena menganggap kesalahan tersebut merupakan kesalahan sendiri!"

"Hal ini tak bisa menyalahkan Cukong, dia bermaksud demi kebaikan kita semua"

"Unta tembaga, apakah kau masih belum memahami cukong? Apakah dia adalah seorang manusia yang berwatak macam begitu? Dia adalah seorang kaucu, tentu saja dia bertanggung jawab atas berhasil atau tidaknya semua masalah, disamping itu masih ada sebuah alasan lain yakni dia adalah seorang manusia yang tinggi hati, dia selalu beranggapan tiada tandingannya dikolong langit, tapi tempo hari dia justru menderita kekalahan diujung pedang Cia Siau-hong!"

Si Unta tembaga tidak berbicara lagi.

"Cukong merasa bakatnya terbatas dan tahu kalau dalam hidupnya tak mungkin dia mencapai kemajuan lagi, meski bacokan goloknya lihay, tapi dia tak mampu untuk melebihi Cia Siau hong, karena itu dia benar-benar menjadi putus asa dan tak ada niat untuk bangkit kembali. Setelah murung selama banyak tahun, akhirnya dia berhasil menemukan Ting Peng, bakat dari pemuda ini merupakan suatu bakat luar biasa yang tak akan dijumpai dengan mudah, maka dia pun melimpahkan seluruh harapannya ke tubuh anak muda ini!"

"Bocah muda ini memang hebat, konon kemajuan yang berhasil dicapainya sekarang sudah melebihi kemampuan cukong dulu, Gin liong dan Thi yan kedua-duanya tewas dalam satu bacokan saja!"

Si nenek manggut-manggut. "Benar, cukong juga telah membahas masalah itu, kematian naga perak bukan sesuatu yang aneh, tapi putusnya lengan Thi yan baru benar-benar luar biasa karena dia bisa menguasahi golok itu dan digunakan menurut kehendak hatinya, justru karena dia sudah dapat melepaskan diri dari lingkungan pengaruh ibis maka ia baru dapat maju untuk mencapai taraf malaikat"

"Apakah cukong belum dapat mengendalikannya?"

"Tidak dapat, selama hidup dia hanya bisa berputar terus dalam taraf iblis, meski pun serangan goloknya bisa diperhebat namun ia tak pernah berhasil untuk menguasainya."

"Kalau begitu perkampungan kita dapat bangkit dan jaya kembali ditangan Ting Peng"

"Itulah pengharapan cukong!"

"Mengapa kita tidak menyerahkan semua persoalan perkumpulan kepadanya saat ini juga?"

"Tak boleh terlampau terburu napsu karena cukong harus mengurusi masalah perkumpulan, apalagi kemajuan dari ilmu silat perkumpulan kita makin mencapai tarap terakhir semakin sukar untuk melangkah maju, kalau tidak diperjuangkan dengan sepenuh tenaga dan seluruh perhatian tidak terhimpun menjadi satu sulit rasanya untuk mencapai taraf tersebut, maka cukong memutuskan untuk membiarkan dia berkembang dulu secara bebas, jangan dibebani dahulu oleh persoalan lain!"

"Cubo, kali ini kita hendak menyerbu sarang Thian-bi, apakah hal tersebut juga dikarenakan Ting Peng?"

Nenek itu termenung beberapa saat lamanya, kemudian baru berkata: "Walaupun cukong berkata demikian, tapi aku percaya bukan begitu..."

"Bukan?"

"Menurut apa yang kuketahui, keadaan yang berhasil dicapai Ting Peng saat ini sudah tak mungkin bisa dilukai oleh siapapun, cukong sengaja berbuat demikian tujuannya tak lain adalah untuk membasmi sisa-sisa kejahatan dan unsur-unsur munafik dari Mo-kau yang masih hidup di dunia ini, dan selanjutnya menyerahkannya kepada Ting Peng seorang untuk mendirikan sebuah perguruan yang suci dan bersih."

"Cukong benar-benar seorang manusia yang luar biasa!"

* * *

Sekembalinya kedalam lembah tiba-tiba si kakek merasakan suatu kesepian yang luar biasa, belum pernah ia merasakan kekosongan seperti apa yang dialaminya saat ini. Semua orang penting dalam lembah telah pergi semua, yang tersisa hanya beberapa orang murid yang baru masuk perguruan dan mengurusi soal-soal kecil.

Seandainya benar-benar ada orang yang menyusup ke dalam, mereka tak akan memiliki sedikit kekuatanpun untuk melakukan perlawanan, walaupun dia pernah bilang tempat ini terpencil letaknya dan tiada orang yang bisa menemukannya.

Tapi dia sendiripun tahu, ucapan tersebut tidak dapat dipercaya seratus persen. Suatu organisasi yang terdiri dari banyak orang, tak mungkin bisa manyembunyikan diri kelewat rahasia, apalagi kalau pihak lawan memiliki ketajaman hidung yang melebihi ketajaman hidung anjing pemburu.

Selama banyak tahun, dia dapat melindungi diri dengan aman tenteram, yang paling penting adalah dia menggantung diri pada kekuatan dan keampuhan yang dimiliki dari sisa-sisa kekuatan perkumpulannya.

Beribu orang jago lihay melakukan penjagaan yang ketat terhadap seluruh markas besar mereka, tak nanti musuh dalam jumlah kecil dapat menyusup ke dalamnya, sedang musuh dalam jumlah besar akan diketahui dari tempat kejauhan. Mereka dapat menghindarkan diri atau berpindah tempat sebelum orang-orang itu tiba disana.

Tapi sekarang semua orang yang paling diandalkan telah pergi semua meninggalkan tempat itu. Penjagaan di dalam lembah boleh di bilang sama sekali tak ada, sekarang asal ada seorang jago kelas dua saja sudah mampu untuk menyusup masuk secara mudah. Satu-satunya orang yang bisa melindungi dirinya hanyalah dia sendiri.

Untuk membuat Ting Peng berhasil, dia tak segan untuk menyalurkan segenap hawa murni yang dilatihnya selama ini kepada pemuda itu. Meski kemudian dia mengandalkan semacam ilmu sim-hoat dan dibantu obat-obatan dapat mengembalikan hawa murninya hingga mencapai tiga bagian, tapi dengan kekuatan sebesar tiga bagian, mampukah dia untuk menghadapi ancaman dari luar?

Persoalan itu segera akan menjadi suatu kenyataan, karena dia melihat ada tiga orang, tiga orang yang tidak seharusnya berada didalam lembah itu, dua orang perempuan dan seorang lelaki.

* * *

SERGAPAN MAUT

Dia kenal dengan dua orang perempuan itu sebab mereka adalah dua orang dayang ditugaskan untuk melayani Cing cing. Cun Hoa dan Ciu Gwat. Sebaliknya yang lelaki belum pernah di jumpai sebelumnya. Kakek itu merasa tercengang dan diluar dugaan tapi tidak memperlihatkan rasa kaget dan keheranan yang terlampau besar, hanya tegurnya dengan suara hambar.

"Cun Hoa, Ciu Gwat, kenapa kalian kemari? Baik baikkah nona?"

Cun Hoa tertawa: "Apakah nona berada dalam keadaan baik budak kurang begitu jelas!" jawabnya.

"Mengapa kalian tidak begitu jelas? Bukankah kalian ditugaskan melayani nona?"

Ciu Gwat segera tertawa, katanya pula: "Nona telah menyerahkan kami berdua untuk melayani Liu toaya ini, maka budak tidak mengetahui jelas keadaan yang sebenarnya dari nona"

"Lantas... mengapa kalian datang kemari?"

"Nona memerintahkan kepada kami untuk mengikuti terus Liu toaya ini kemanapun dia pergi kami tak boleh melepaskannya, karena itu ketika Liu toaya kemari, terpaksa kamipun ikut kemari!"

Dengan cepat kakek itu mengalihkan sorot matanya ke arah lelaki tersebut, kemudian katanya sambil tertawa dingin: "Siapa yang bernama Liu toaya? Siapa yang berhak untuk menyebut dirinya sebagai toaya dihadapanku?"

Saat itulah lelaki tersebut baru membungkukkan badannya dan berkata sambil tertawa: "Boanpwe Liu Yok siong!"

"Hmmm, kawanan tikus yang tak tahu malu!" tak tahan lagi terlintas sikap sinis di atas wajah kakek itu.

Liu Yok-siong tidak marah malah katanya sambil tertawa: "Boanpwe tidak menyangka kalau diriku adalah kawanan tikus tapi cianpwe sendiri pun tidak lebih hebat dari padaku, kaum rase satu jenis dengan kaum tikus, jadi sebenarnya kita hanya manusia-manusia dari jenis yang sama!"

Kakek itu marah sekali, seorang manusia kawanan kita seperti Liu Yok siong ternyata berani mengucapkan ucapan semacam itu untuk berbicara dengannya, hal ini merupakan suatu kejadian yang membuat orang tak tahan. Dengan gusar lantas ia menuding ke arah pintu seraya membentak. "Enyah, enyah kalian dari sini!"

Kembali Liu Yok siong tertawa. "Asal benda yang harus boanpwe peroleh sudah didapatkan, tentu saja aku akan segera pergi dari sini!"

kakek itu segera menarik sebuah tali yang berada dibelakang pintu itulah tali untuk memanggil orang, sebab setiap murid dilarang masuk kedalam sebelum mendapat panggilan.

"Loya-cu..." kata Cun Hoa kemudian sambil tertawa, "Apa yang kau inginkan? Perintahkan saja kepada budak, biar budak yang melayani dirimu, tentu jauh lebih baik dari pada mereka yang melayani kau."

Ciu Gwat turut tertawa katanya pula: "Mungkin kami bodoh dan bebal, sulit untuk memenuhi keinginan majikan tua, tapi paling tidak kami masih hidup, orang hidup toh jauh lebih baik dari pada orang mati bukan?"

Kakek itu menghela napas, diapun tahu bahwa ketiga orang ini bisa masuk dengan semaunya sendiri karena orang-orang yang berada diluar sudah mengalami musibah. Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu dia menatap kedua orang perempuan itu sehingga membuat mereka merasakan sedikit kurang leluasa kemudian katanya: "Semenjak kapan kalian berkomplot dengan si singa emas?"

"Sudah lama sekali" Ciu Gwat sambil tertawa. "semenjak dahulu kami adalah budak dari Kim say tianglo, kemudian kami baru dipanggil untuk melayani nona"

Perasaan si kakek semakin tenggelam, kembali dia menghela napas panjang. "Aku mengira setelah kalian berganti lingkungan maka sikap kalian akan berubah lebih baikan, tapi kalau ditinjau sekarang, tampaknya kalian tetap cabul dan jalang!"

Cun Hoa kembali tertawa. "Loya cu, perkataan semacam itu tidak seharusnya muncul dari mulutmu, sewaktu kami bergabung dengan perkumpulan ini, apa yang kami kerjakan toh semuanya merupakan perintah dari kau orang tua!"

"Tapi kemudian, bukankah aku suruh kalian bertobat dan meninggalkan jalan sesat untuk kembali ke jalan yang benar?"

"Benar, kau pernah berkata begitu, tapi kau tidak memberitahukan kepada kami apa yang disebut sebagai jalan benar itu" ucap Ciu gwat sambil tertawa.

Cun Hoa pun menyambung: "Kau lebih-lebih tak pernah mengajarkan kepada kami bagaimana caranya untuk kembali ke jalan yang benar!"

"Mengapa tidak?" teriak kakek itu gusar, "sudah kukatakan kalau semua perbuatan dari perkumpulana kita dimasa lalu adalah sesat dan jahat, kalian diharuskan melepaskan semua yang lalu, mengekang diri sendiri..."

Ciu Gwat tertawa. "Loya cu, kami sudah mengorbankan waktu bekerja sepuluh tahun untuk mempelajari berbagai macam ilmu sesat dari perkumpulanmu itu, tapi kau hanya ingin merubah kami dengan sepatah kata saja, bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi?"

Kakek ini menghela napas panjang. "Yaa, aku tahu kalau ini susah, tapi bukan berarti tak mungkin, untuk bisa meloloskan diri dari pengaruh sesat, dari Mo-kau hanya ada satu cara yakni berusaha mengekang dan mengendalikan diri sendiri, segala sesuatunya tergantung pada diri sendiri, tiada orang kedua yang dapat membantu lesbian, tapi buktinya banyak orang dari perkumpulan kita yang berhasil melepaskan diri dari kekangan sesat!"

"Aku tahu, kata Cun hoa sambil tertawa, "orang-orang yang selama ini mendampingi loya cu terus menerus adalah anak murid loya cu yang paling setia!"

"Benar" kata si kakek dengan wajah berseri, dari sini membuktikan kalau Mo kau belum tentu sesat dan jahat, kami masih tetap dapat menjaga diri dan dihormati oleh semua orang!"

"Mungkin saja ada kemungkinan semacam itu, tapi kami kakak beradik dua orang sudah tak mempunyai kesempatan lagi untuk berbuat demikian" ucap Ciu Gwat tertawa.

Kakek itu tertegun, serunya: "Tidak ada kesempatan seperti ini? Kesempatan bagi kalian banyak sekali, aku sengaja mengirim kalian untuk mendampingi Cing Cing tak lain karena aku mengharapkan dialah yang mengawasi dan membimbing kalian berdua!"

"Nona adalah satu-satunya perempuan suci dari perkumpulan kita!" kata Ciu Gwat tertawa.

'Benar! Dia tak tersentuh dan terpengaruh oleh kesesatan dan kejelekan perkumpulan kita, bila kalian mengikutinya maka kalian akan memperoleh kesempatan yang lebih banyak untuk maju."

Cun Hoa tertawa. "Nona sendiri adalah perempuan suci, tapi dia tak pernah mengajarkan kepadaku, bagaimana caranya menjadi perempuan suci, tugas yang dia berikan kepada kami selalu merupakan pekerjaan sesat dan jahat, di suruh kami untuk melayani Liu toaya ini."

"Dia suruh kalian melayani kawanan tikus ini?"

"Itu mah tidak, dia hanya suruh kami mengawasi toaya ini, cuma loya cu cerdik juga tahu, Liu toaya ini adalah manusia paling sesat didunia ini!"

"Siapa bilang tidak?" sambung Ciu Gwat sambil tertawa, "walaupun dia bukan anggota perkumpulan kita, tapi jauh lebih sesat daripada manusia tersesat dari perkumpulan kita, menugaskan kami untuk menghadapi manusia seperti ini ibaratnya dua ekor kucing yang ditugaskan menjaga seekor ikan besar, bagaimana mungkin bisa ditahan hal-hal yang tak diinginkan?"

Kakek itu memandang kearah mereka lalu menghela napas dengan penuh penderitaan. "Aaai... sudah, sudahlah, siapa berani berbuat kejahatan, ia tak boleh dibiarkan hidup, terhadap kalian berdua, lohu pun tak akan banyak berbicara lagi"

"Loya cu, bila kau masih ingin memberi pelajaran kepada kami, tentu saja kami akan mendengarkan dengan senang hati, sebab setelah lewat hari ini, mungkin tidak banyak kesempatan lagi bagi loya-cu untuk menasehati orang!"

Kakek itu memandang sekejap ke arah mereka, tiba-tiba tanyanya: "Sebenarnya apa tujuan singa emas mengirim kalian datang kemari?"

Untuk sesaat kedua orang gadis itu menjadi gelagapan dan tak sanggup menjawab.

Kembali kakek itu menghela napas, katanya lagi: "Padahal aku tak usah bertanya lagi, sejak mereka berani menghianati aku secara terang-terangan, dia selalu mencari jejak ku!"

"Ucapan loya cu memamg benar, hidupmu di dunia ini bagi mereka merupakan duri dalam mata!"

Kakek itu segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. "Haaah... haaah... haaah... kalau toh dia mempunyai kalian sebagai mata mata, rasanya bukan suatu pekerjaan yang sulit baginya untuk mengetahui jejak ku, mengapa dia tidak datang saja kemari dan membunuhku?"

Ciu Gwat tertawa. "Mereka tak berani sebab bacokan geledek dari kau orang tua tiada orang yang bisa membendungnya kecuali Cia Siau hong dari perkampungan Sin kiam san-ceng, apalagi sejak pertarunganmu dengan Cia tayhiap tempo hari kaupun jarang sekali mencampuri urusan dalam dunia persilatan lagi, oleh karena mereka tak bisa menemukan orang yang bisa menandingimu, tentu saja mereka tak berani datang mengganggumu..."

Sambil tertawa Cun Hoa menyambung: "Apalagi kecuali kau masih ada banyak anggota perkumpulan yang setia kepadamu, mereka adalah rekan-rekan lama oleh sebab itu mereka tak berani datang mengusikmu dengan begitu saja."

"Bagaimana dengan ini hari? Mengapa diapun tak berani datang kemari...?" tanya si kakek sambil tertawa.

Cun Hoa tersenyum. "Hari ini dia pun tak kemari karena dia telah pergi ke tempat Thian-bi kuncu menemani majikan muda ke situ."

"Majikan muda, siapa majikan muda?"

"Putri Thian-bi kuncu!"

"Thian bi juga mempunyai anak? Dia kawin dengan siapa? Putri siapakah itu?"

Thian-bi kuncu belum kawin tapi sudah melahirkan seorang putri, dia telah menyerahkan segala sesuatunya kepada putrinya ini."

Kakek itu mendengus. "Hmmm, benar-benar suatu kejadian yang tak gampang, ternyata dia tak memperdulikan nama sendiri dan mengadakan hubungan gelap dengan orang sehingga melahirkan anak, lelaki itu pasti seorang lelaki yang luar biasa sekali?"

"Benar, dia adalah Cia Siau hong, Cia tayhiap!"

"Apa? Cia Siau hong?"

"Betul, kecuali Cia Siau hong siapakah yang bisa membuat Thian-bi kuncu menjadi jatuh hati?"

Hawa amarah segera menyelimuti seluruh wajah kakek itu, bentaknya dengan suara keras: "Tak heran kalau waktu itu Cia Siau hong datang mencariku, haaahhh... haaahhh... haaahhh... Cia Siau hong, wahai Cia Siau hong, sia-sia saja kau mempunyai nama besar, rupanya kau tak lebih hanya seorang manusia hidung bangor yang suka bermain perempuan."

"Loya cu, kau harus memahami kemampuan dari Thian-bi kuncu. apabila dia sudah mengeluarkan tehnik merayunya, tiada seorang pria pun yang bisa melepaskan diri!"

Kakek itu menghela napas panjang. "Betul, apabila dia sudah berlagak serius, siapapun akan terpengaruh oleh kesucian dan kepolosannya, seandainya tempo dulu lohu tidak mudah menpercayai hasutannya, bagaimana mungkin perkumpulanku bisa porak poranda dan amggotaku banyak yang berhianat seperti saat ini?"

Ciu Gwat tertawa... "Tapi kenyataannya loya cu masih sanggup untuk berjuang dan meloloskan diri di bawah pengaruhnya, hal ini sudah merupakan suatu tindakan yang tak gampang."

Kakek itu tidak menjawab, dia cuma tertawa getir belaka.

Kembali Cun Hoa berkata: "Akhirnya Cia tayhiap pun menyadari kalau dia sedang memperalat dirinya dalam keadaan gusar ia lantas meninggalkan dirinya, didunia ini mungkin hanya kalian berdua saja yang bisa melepaskan diri darinya atas kemampuan sendiri!"

Tampaknya kakek itu merasa sedikit terhibur, katanya kemudian: "Jadi akhirnya Cia Siau hong juga meninggalkan dirinya? Hal ini membuktikan kalau di dunia ini masih terdapat lelaki yang tidak terpengaruh oleh kaum wanita, bagus, bagus sekali."

Kalau begitu nama besar Cia sam sauya sebagai si malaikat pedang memang bukan nama kosong belaka. Pada mulanya dia masih mencerca dan mencemooh Cia Siau hong, tapi dalam waktu singkat dia sudah mulai memuji-muji kehbebatan Cia Siau hong.

Cuma, bukan sesuatu yang gampang untuk mendapatkan pujian dari mulut kakek ini, dari sini bisa diketahui bahwa untuk melepaskan diri dari pengaruh perempuan sesungguhnya dibutuhkan suatu kemauan dan keteguhan imam yang besar, dan bukan sembarang orang dapat melaksanakannya.

Terdengar Ciu Gwat berkata lagi: "Berhubung Thian bi kuncu dua kali mengalami kegagalan total ditangan loya cu serta Cia tayhiap, dia menganggap kejadian ini sebagai suatu peristiwa yang memalukan, dia lantas merusak wajah sendiri dan menutup diri didalam lembah terpencil, setiap hari dia melatih tekun ilmu silatnya dan bersumpah pada suatu ketika dia akan menggunakan ilmu silat yang sejati untuk mengalahkan kalian dan menguasahi seluruh kolong langit!"

Mendengar itu, si kakek segera tertawa terbahak-bahak. "Haahhh... haaahhh... haaahhh... ambisinya boleh dikagumi, tapi... dia itu manusia dengan bakat macam apa? Jangan harap sepanjang hidupnya bisa mengungguli aku dan Cia Siau hong melalui pertarungan ilmu silat."

"Tentarg soal itu kurang begitu jelas, semenjak Thian-bi Kuncu mengasingkan diri di tempat terpencil, dia sudah putus sama sekali hubungannya dengan dunia luar, hanya Kim dan Gin dua orang tianglo yang kadang kala pergi menjenguknya, mereka masih tetap setia terhadapnya."

Kuakui kalau Thian-bi memiliki suatu kemampuan untuk menguasai orang lain, ia bisa menarik Kim say dan Gin liong dari sisiku membuktikan kalau dia memang tangguh. Bahkan sewaktu berita itu tersiar, aku sendiri pun tidak percaya, aku malah mengira yang besar kemungkinannya berhianat adalah Thi Yan suami istri, kedua orang ini paling tak bisa dibikin tenang, kedua adalah Si Unta tembaga, sebab dia paling angkuh dan tinggi hati"

Cun Hoa segera tertawa. "Konon Thian bi Kuncu telah menggunakan banyak waktu dan pikiran untuk berhasil menguasahi Tong tou tianglo, sayang Si Unta tembaga kelewat menaruh hormat terhadap loya-cu sehingga tak pernah mau menerima bujuk rayunya, itulah sebabnya Thian bi Kuncu selalu mengumpatnya sebagai budak rendah berjiwa kere"

Kakek itu menghela napas panjang. "Aaai, kesetiaan si Unta tembaga terhadapku membuat aku sangat terharu, tapi dia kelewat kaku hatinya, karena kuatir menyedihkan hatiku, pelbagai rencana busuk yang dilakukan Thian bi secara diam-diam tak pernah dia laporkan kepadaku, coba kalau sejak dahulu aku tahu bila Thian bi ada maksud untuk merampas kedudukanku ini, tak nanti akhirnya akan berakhir seperti ini!"

"Namun harapan Thian bi Kuncu untuk mewujudkan ambisinya selalu kecil, dia telah melimpahkan semua tumpuan harapannya ke atas tubuh Cia Siau giok!"

"Ooh, jadi Cia Siau giok adalah putri Thian bi dengan Cia Siau hong...?"

"Benar, jarang orang persilatan mengetahui hubungan antara Cia Tayhiap dengan Thian bi Kuncu, tapi dia tak pernah menyangkal tentang kehadiran putrinya itu karena itulah Cia Siau giok disamping mempunyai dukungan dari Thian bi Kuncu, dia pun mendapatkan nama dan pengaruh dari Sin-kiam san ceng, inilah suatu kesempatan yang baik baginya untuk berjuang lebih jauh"

"Bagaimana dengan bocah perempuan itu?"

"Bagus juga, dia memiliki kecerdikan seperti Cia Siau hong, tapi memiliki juga kecantikan dan daya pikat seperti Thian bi Kuncu, sewaktu masih berada di perkampungan Sin kiam san ceng, banyak sudah keturunan keluarga kenamaan yang jatuh hati kepadanya. Sehingga andaikata dia berminat untuk menjagoi dunia persilatan, aku pikir hal tersebut bukan suatu persoalan yang besar!"

"Bagaimanapun tangguhnya dia menguasai kolong langit, jangan harap dia dapat menaklukan Ting Peng!" ucap si kakek sambit tertawa penuh kepercayaan pada diri sendiri.

Cun Hoa turut tertawa. "Betul juga perkataan ini, buktinya beberapa kali Cia Siau giok harus menderita kerugian ditangan Ting kongcu, bahkan hampir saja perkampungan Sin kiam san ceng kena diobrak abrik, itulah sebabnya didampingi oleh Kim say tianglo, dia telah berangkat ke tempat pengasingan Thian bi kuncu untuk mohon bantuan"

"Sekalipun Thian bi turun tangan sendiri apakah dia mampu berbuat sesuatu terhadap Ting Peng?"

"Soal ini budak kurang tahu, namun budak dengar selama beberapa tahun belakangan ini Thian bi Kuncu sedang mendalami ilmu silat yang diperolehnya dari kitab Mo-kau pit kip, bahkan sudah berhasil dikuasahi dengan sempurna!"

Kakek itu mendengus lalu tertawa dingin. "Heeehh... Heeehh... heeehhh... hampir semua kepandaian tersebut diperoleh dengan menipu dari tangan lohu, memangnya lohu tidak jelas, mana mungkin ia bisa menguasahi ilmu silat yang maha dahsyat? Paling banter dia cuma dapat menyamakan kemampuan lohu, bila ingin menyusul Ting Peng kecuali kalau dia bisa berganti tulang lebih dulu"

Tiba-tiba Cun Hoa berkata dengan nada yang amat menarik: "Loyacu, kemampuan yang dimiliki Ting kongcu dapat melampaui beberapa puluh tahun hasil latihanmu, kejadian ini benar-benar merupakan suatu kejadian yang tak bisa masuk di akal!"

Kakek itu tertawa. "Sesungguhnya tiada suatu yang aneh" katanya, "keberhasilan Ting Peng tidak lebih karena dia memiliki bakat yang luar biasa"

"Padahal kepandaian silat yang dimiliki Ting Kongcu dulu amat biasa dan tiada sesuatu yang aneh, bahkan tidak nampak juga kalau dia mempunyai suatu bakat yang luar biasa."

"Dia tidak berbakat untuk belajar ilmu pedang, maka dalam jurus pedangnya dia hanya berhasil tapi kecil sekali", sahut si kakek tertawa, "tapi setelah belajar ilmu golokku maka dia menjadi luar biasa, karena bakatnya memang cocok untuk mempelajari ilmu tersebut, ditambah lagi dia telah mengalami pelbagai kejadian dan memiliki bakat yang bagus, maka serta merta keberhasilannya bisa mencapai tingkatan yang luar biasa sekali..."

Wataknya seakan-akan berubah menjadi amat tidak terima dengan sesuatu persoalan bahkan dengan kedua orang budak itupun bisa berbicang-bincang dengan gembiranya, seakan-akan sudah melupakan posisi mereka yang berdiri saling berhadapan sebagai musuh.

Tapi pada saat itulah ada seseorang yang mulai tidak sabar, ia mulai mendengus dingin. Orang itu adalah Liu Yok siong. Tampaknya nyali bangsat ini menjadi sangat besar sekali, dalam situasi dan kondisi seperti inipun berani mengeluarkan dengusannya yang menunjukkan sikap tak sabar.

Kakek itu segera mendengar suara dengusan tersebut, dengan gusar dia lantas menegur: "Hei, apa yang membuatmu mendengus! Kau anggap ditempat dan keadaan seperti ini, kau masih mempunyai hak untuk bersuara?"

Liu Yok siong segera tertawa. "Walaupun cianpwe tidak memandang sebelah matapun terhadap boanpwe, tapi boanpwe bukan orang yang tidak becus seperti apa yang cianpwe bayangkan!"

"Apakah Kim say menyuruh kalian datang untuk membunuh lohu?" tegur kakek itu dingin.

Cun Hoa segera tertawa. "Aaaah, masa budak sekalian berani bersikap demikian terhadap loya cu, apalagi kedatangan budak sekalian inipun bukan atas perintah dari Kim say tianglo."

"Bukan?"

"Bukan...!"

Kakek itu manggut-manggut. "Yaa, aku pikir memang tak mungkin, bukankah si singa emas sedang pergi ke tempat pengasingan Thian bi? Seharusnya berita yang lohu terima tak bakal salah!"

"Benar, bukan saja Kim say tianglo telah pergi ke tempat pertapaan Thian bi kuncu bahkan Lo hujin bersama Tong tou tianglo pun dengan membawa sekawan jago lihay meluruk semua kesitu, perjumpaan kali ini pasti akan diteruskan dengan suatu pertempuran yang amat seru, siapa yang kalah akan ditumpas sampai habis, tapi yang unggul pun tak memperoleh keuntungan apa-apa?!"

Mendadak kakek itu berseru denga kaget. "Darimana kalian bisa tahu?"

Cun Hoa segera tertawa. "Mana mungkin budak bisa memiliki kepandaian sebesar ini? Semuanya ini tak lain adalah berita yang berhasil didengar oleh Liu toaya, dia memang luar biasa terutama sekali kemampuan untuk mencari berita, kelihayannya luar biasa sekali"

Sambil tertawa Liu Yok siong berkata pula. "Seandainya boanpwe tidak tahu kalau segenap jago inti yang ada dalam lembah sudah pergi semua, masa kami berani datang kemari? Selama beberapa tahun belakangan ini, meski Mo-kau sudah mendekati keruntuhannya, namun kekuatan yang berada disekitar cianpwe masih merupakan sesuatu kekuatan yang tak boleh dianggap enteng oleh siapa saja"

"Lantas, apa maksud kedatangan kalian kemari?" tegur kakek itu lagi dingin.

"Pertama datang untuk menjenguk Cianpvwe"

"Bujuk rayu, hmmm! Lohu paling benci dengan manusia semacam ini..." damprat kakek itu marah.

Liu Yok siong tertawa, dia sama sekali tidak menggubris dampratan orang, katanya lebih lanjut: "Ke dua, akupun ada sedikit persoalan yang hendak dirundingkan dengan cianpwe!"

"Diantara kita berdua, tiada persoalan yang dapat dirundingkan lagi..."

"Cianpwe janganlah kelewat keras kepala dengan ucapanmu itu, kalau dibilang berunding, lebih cocok kalau boanpwe ingin mengajukan sebuah permintaan!"

"Kau hendak memohon sesuatu dari lohu?"

"Boanpwe menggunakan istilah "memohon" tak lain hanya berharap agar ucapan ini kedengaran lebih enak, padahal yang lebih cocok lagi adalah aku datang untuk membantu cianpwe dengan sepenuh tenaga"

"Dalam apa lohu membutuhkan bantuanmu?"

Liu Yok siong tertawa. "Sekalipun tak bisa dibilang membantu, paling tidak juga merupakan kebaikan buat cianpwe, boanpwe mohon cianpwee sudi menghadiahkan rahasia dari ilmu golok tersebut untuk boanpwe"

"Apa? Kau bilang apa?" Kakek itu benar-benar amat terperanjat, ternyata kawanan tikus yang pengecut, tak tahu malu dan munafik ini berani datang untuk meminta rahasia ilmu golok sakti.

Dengan suara yang meyakinkan Liu Yok siong berkata lagi: "Aku ingin mempelajari rahasia dari ilmu maut tersebut."

"Tahukah kau apa yang dinamakan rahasia ilmu golok maut?"

"Tahu, ilmu tersebut merupakan sebuah ilmu silat paling tinggi dari Mo-kau, bila golok maut dicabut maka korbannya pasti akan tewas, kecuali pedang sakti dari Cia Siau hong, tiada orang didunia ini yang sanggup untuk menandingi kehebatan dari ilmu golok tersebut!"

Si kakek segera tertawa terbahak-bahak. "Haaahh... haaaahh... haaahh.... seandainya bacokan itu dilancarkan oleh Ting Peng, Cia Siau hong sendiripun belum tentu sanggup untuk menghadapinya!"

"Tentang soal ini, Cia taybiap serdiripun sudah mengakui, itulah sebabnya ketika Ting kongcu datang keperkampungan Sin kiam san ceng untuk menantangnya berduel meski dua orang itu belum jadi melangsungkan pertarungan, Cia tayhiap sendiripun tidak mengatakan kalau dia mampu menerima bacokan maut itu."

"Kalau toh kau sudah mengetahui kehebatan dari ilmu golok tersebut mengapa datang kemari untuk mohon rahasia ilmu golok sakti itu dari lohu?"

"Selamanya boanpwe mempunyai pandangan yang kelewat tinggi, seandainya ilmu golok tersebut tidak sedemikian hebatnya boanpwe tidak akan sudi untuk memohonnya."

"Liu Yok siong, mungkin otakmu sedikit kurang beres."

Liu Yok siong tertawa. "Soal itu, mah kau boleh bertanya kepada kedua orang nona ini, di dalam beberapa hal mungkin boanpwe sudah tidak berkemampuan hebat lagi, namun benakku masih cukup sehat, sama sekali tak ada yang tidak beres."

"Kalau memang begitu, mengapa kau bisa datang kemari untuk minta rahasia ilmu golok tersebut dari lohu?"

"Sebab cianpwe merupakan satu-satunya orang yang mengerti rahasia ilmu golok tersebut, walaupun sudah ada beberapa orang yang mempelajari ilmu golok itu, tapi mereka hanya tahu bagaimana cara mempergunakannya tapi tak bisa mengajarkan kepada orang lain bagaimana cara untuk berlatih ilmu tersebut."

"Hmm, tampaknya tidak sedikit yang berhasil kau ketahui!"

"Selama ini boanpwe selalu menguatirkan persoalan tersebut, apalagi dunia persilatan dewasa ini sudah bergolak, rasanya tiada orang kedua yang lebih mengerti daripada aku..."

Sambil tertawa Ciu Gwat segera menambahkan: "Dalam hal ini dia tidak mengibul Loyacu, termasuk lima partai besar dan pelbagai perguruan lainnya, tiada gerak gerik yang dapat lolos dari pengamatannya."

Liu Yok siong kembali tertawa. "Walaupun boanpwe tidak memiliki nama dan kedudukan yang tinggi, namun mempunyai banyak sahabat karib yang tersebar luas di seluruh kolong langit, mereka semua amat baik kepadaku, bila boanpwe ingin mengetahui tentang suatu berita mereka tentu akan memberitahukannya kepadaku!"

"Apakah didalam perguruanku juga terdapat orangmu?"

"Kalau bukan begitu, darimana boanpwe bisa tahu kalau semua orangmu sudah pergi dan boanpwe pun bisa datang tepat pada saatnya?"

Kakek itu menghela napas panjang. "Aku tahu, dahulu kau adalah seorang yang berambisi sangat besar!"

"Sampai kinipun boanpwe belum pernah melepaskan ambisiku itu."

"Apakah kau masih ingin membentuk suatu kerajaan di kolong langit yang berada di bawah telapak kakimu?"

Liu Yok siong tersenyum. "Aku tidak menyangkal pernah menderita pecundang yang amat besar ditangan Ting kongcu dan nona Cing Cing, tapi peristiwa itu justru mendatangkan kebaikan untukku!"

"Oooooh..."

"Penampilanku setelah menderita kalah amat rendah dan berkurang, bahkan mereka yang punya sedikit nama saja sudah tak sudi berhubungan denganku, hal mana membuat perhatian orang terhadapku menjadi berkurang, sebaliknya dulu, perkampungan Siang siong san ceng ku paling termashur, sedemikian termashurnya sampai membuat beberapa orang merasa amat tidak tenang."

"Sungguh tak disangka perbedaan keadaan panas dan dingin serta pukulan batin yang begitu besar masih bisa kau hadapi dengan tabah..."

"Yaaa, aku harus tabah menghadapi keadaan, sebab bila seseorang ingin berhasil dengan usahanya, dia harus memiliki kesabaran yang luar biasa!"

Mendadak si kakek mempunyai suatu perasaan dan pandangan yang baru terhadap Liu Yok siong, dia merasa dipunggungnya seakan-akan terdapat seekor ular yang sedang merambat naik, membuatnya amat tak enak hingga membuatnya berseru tertahan.

Setelah menghela napas panjang, Liu Yok siong berkata lebih jauh: "Semenjak kegagalanku di perkampungan Siang siong san ceng, aku seolah-olah kehilangan segala sesuatunya, bahkan perkampungan Siang-siong san ceng pun tak dapat kupertahankan!"

Akhirnya kakek itu mengangguk juga. "Apakah kau belum kehilangan segala sesuatunya?"

Liu Yok siong tidak menjawab pertanyaannya itu secara langsung, sebaliknya berkata sambil tertawa. "Sementara berjuang sementara mendapat hasil, untuk memperjuangkan berdirinya perkampungan Siang siong san ceng, hampir boleh dibilang aku sudah menggunakan segenap kemampuan yang kumiliki, bagaimana mungkin aku rela melepaskannya dengan begitu saja?"

Tak tahan sekali lagi kakek itu mengangguk. "Kau memang seorang yang pintar"

Liu Yok siong tertawa. "Pintarnya sih tidak, tapi aku memang bukan seorang yang bodoh, aku menjadi bodohnya seperti babi selama Ting Peng sedang melaksanakan perbuatannya untuk membalas dendam terhadapku. Berbicara menurut liangsim, bagaimara mungkin aku Liu Yok siong dapat melakukan perbuatan sebodoh itu, menerima penderitaan sebesar itu dan tertipu sampai habis-habisan!"

"Ya, kau memang tak mungkin!" kakek iiu tak bisa tidak harus mengakui juga.

"Waktu itu, kehadiran Siang siong san ceng sudah membuat banyak orang merasa tak tenteram, banyak sekali orang kenamaan yang berdatangan untuk melakukan hubungan, sejak itu aku sudah tahu kalau situasi semacam ini bukan suatu keadaan yang menguntungkan!"

"Maka kau pun menggunakan kesempatan itu untuk merahasiakan kekuatanmu yang sesungguhnya."

Liu Yok siong tertawa. "Belum pernah kuperlihatkan kekuatanku yang sebenarnya, selamanya aku adalah manusia yang berhati-hati, tapi sampai dimanapun hati-hatinya seorang toh ada waktunya juga menimbulkan kecurigaan orang, Ting Peng datang mencari balas kepadaku, bagiku inilah kesempatan yang terbaik untuk menghilangkan jejak, suatu kesempatan untuk mengalihkan perhatian orang lain dari diriku kepada orang lain, sejak peristiwa itulah orang tak pernah ada yang memperhatikan diriku lagi, setiap orang menganggap aku bagaikan sampah yang tiada harganya untuk diperhatikan"

Kakek itu berpikir sebenar, kemudian ujarnya: "Belum tentu demikian, buktinya ada orang yang mengatakan dihadapanku, bahwa kau bukan seorang manusia yang sederhana?"

"Namun cianpwee toh tak pernah mempercayainya....?"

AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.