Kemelut Kerajaan Manchu
Kemelut Kerajaan Manchu merupakan seri kedua dari serial Dewi Sungai Kuning (Huang-ho Lihiap) karya Kho Ping Hoo. Kisah ini merupakan lanjutan langsung dari Dewi Sungai Kuning yang terdiri dari 14 jilid.
MATAHARI memuntahkan panasnya melalui cahayanya yang membakar seluruh permukaan bumi. Hari menjadi amat cerah, langit bersih seolah semua awan ketakutan menyingkir dari cahaya matahari. Namun Sungai Kuning (Huang-ho) seolah tidak merasakan teriknya matahari. Di sepanjang sungai dan kedua tepinya yang dihias pohon-pohon dan tumbuh-tumbuhan subur itu tampak hijau dan sejuk.
Seolah sungai yang lebar itu menyerap semua hawa panas yang mengandung kehidupan itu. Burung-burung dan binatang lain mencari perlindungan di bawah pohon-pohon dan di antara daun-daun yang sejuk. Bahkan para nelayan yang biasanya menjala atau memancing ikan, pada siang hari yang terik itu pergi mengaso, tidak kuat menahan panasnya sinar matahari. Huang-ho (Sungai Kuning) tampak sepi pada siang hari itu.
Tiba-tiba dari jauh tampak meluncur seorang wanita di atas air sungai. Kalau ada yang melihatnya pada saat itu, tentu dia akan tercengang keheranan, mungkin lari ketakutan dan mengira bahwa wanita itu adalah setan yang dapat berjalan di atas air! Akan tetapi kalau dilihat dari jarak agak dekat, tentu dia akan mengira bahwa yang meluncur di atas air itu adalah seorang Dewi atau Bidadari!
Ia memang cantik jelita. Rambutnya yang digelung ke atas itu agak terurai karena hembusan angin sehingga beberapa gumpalan anak rambut bermain-main di dahi dan pipinya. Rambut yang hitam lembut panjang dan agak berikal. Mukanya berbentuk bulat telur, sepasang matanya mencorong tajam dan memiliki daya tarik yang memikat.
Hidungnya mancung dan mulutnya bersaing indah dengan matanya, memiliki daya pikat yang akan menimbulkan gairah dalam hati setiap orang pria yang melihatnya. Apalagi di kanan kiri mulutnya terdapat lesung pipi yang amat manis. Kulitnya putih bersih dan kini kedua pipinya kemerahan karena panas matahari.
Ia bukanlah seorang dewi apalagi setan penunggu sungai. Ia seorang gadis yang usianya sekitar dua puluh tahun, bertubuh sintal denok dan berwajah cantik jelita. Pakaiannya dari sutera putih dan kalau ia tampak seperti orang berjalan di atas air, sesungguhnya ia sedang meluncur dengan cepat di atas air!
Bukan berdiri di atas kedua kakinya, melainkan ia menggunakan terompah papan selancar. Dengan ilmu gin-kang (meringankan tubuh) yang sudah tinggi tingkatnya, ia dapat berdiri di atas papan, lalu dengan pengerahan khi-kang ia dapat mendorong kedua kaki yang menginjak papan itu sehingga ia meluncur dengan cepat di atas air!
Gadis itu bernama Ciu Thian Hwa, seorang pendekar wanita yang selain cantik jelita juga amat lihai. Ia malang melintang di dunia kang-ouw, membela kebenaran dan keadilan, menentang kejahatan dengan keras sehingga ia terkenal dengan julukan Huang-ho Sian-li (Dewi Sungai Kuning).
Setelah mengalami banyak hal yang menimbulkan kepahitan dan kekecewaan hati yang membuat hatinya terasa sedih, akhirnya ia mengambil keputusan untuk mencari gurunya yang juga menjadi kakek angkatnya. Gurunya adalah Thian Bong Sianjin yang dulu sebelum bertobat menjadi pendeta berjuluk Huang-ho Sui-mo (Setan Air Sungai Kuning).