Pendekar Cengeng
Pendekar Cengeng karya Kho Ping Hoo adalah novel silat dengan latar belakang budaya Tiongkok, yang mengisahkan perjalanan seorang pendekar bernama Yu Lee, dikenal cengeng karena sifatnya yang sering menangis.
Dunia persilatan gempar, para tokoh Liok-lim dan kangouw, datuk-datuk serta cabang-cabang atas, baik dari aliran putih (bersih) maupun hitam (sesat) menjadi geger dengan munculnya seorang pendekar muda yang terkenal dengan sebutan Pendekar Cengeng!
Dunia persilatan menyebutnya Pendekar Cengeng karena pendekar muda yang perkasa ini sering kali menangis. Tangannya amat ampuh, tongkat maupun pedangnya amat lihai merobohkan lawan-lawan yang kuat.
Akan tetapi kedua matanya selain bercucuran air mata dan ia menangis sedih menyaksikan mayat-mayat lawan yang roboh di tangannya. Juga ia selalu tidak dapat menahan air matanya kalau mendengar penuturan yang menyedihkan dari mereka yang mohon pertolongannya.
Di dalam waktu Kurang dari setahun saja Pendekar Cengeng ini telah membasmi tujuh buah sarang bajak sungai di sepanjang Sungai Yangce-kiang serta belasan buah sarang perampok di hutan-hutan.
Semua perbuatan ini dilakukan karena ada sebabnya, bukan sekali-kali ia mencari sarang penjahat-penjahat itu. Kalau tidak dia sendiri yang kebetulan dihadang perampok tentu ada orang-orang lain yang menjadi korban kejahatan dan ia kebetulan melihatnya.
Yu Lee, Si Pendekar Cengeng ini tidak pernah lupa kata-kata gurunya, serta tidak mau mencari permusuhan bahkan tidak mengusik para penjahat kalau saja ia tidak melihat kejahatan dilakukan orang. Kalau ia kebetulan melihatnya, barulah ia turun tangan dan sekali ia membasminya celakalah gerombolan penjahat itu.
Para tokoh kangouw kaum sesat merasa sakit hati kepadanya, sebab kematian kawan-kawan mereka serta saudara-saudara seperguruan mereka dan mereka selalu mencari kesempatan buat membalas dendam serta membunuh Pendekar Cengeng.
Sebaliknya, para tokoh kangouw kaum pendekar merasa iri hati dan penasaran kepadanya serta merekapun mau bertemu dengan pendekar muda ini buat ditantang berpibu (Mengadu kepandaian silat).