Si Tangan Halilintar

Novel silat Mandarin, Si Tangan Halilintar karya Kho Ping Hoo
Sonny Ogawa

Si Tangan Halilintar karya Kho Ping Hoo - Angin menderu-deru bertiup kencang mengguncang pohon-pohon yang meliuk-liuk seperti menari-nari sambil berdesah panjang. Semakin besar dan tinggi pohon itu, semakin hebat pula ia terlanda angin yang mengamuk. Melihat betapa angin lebih hebat mempermainkan pohon kecil pendek.

Novel silat Mandarin Si Tangan Halilintar karya Kho Ping Hoo

Maka terasa kebenaran kaum bijaksana jaman dahulu yang mengatakan bahwa makin kaya dan makin tinggi kedudukan seseorang, makin banyak pula godaan menerpa dirinya. Karena itu orang bijaksana memilih menjadi orang kecil yang hidup sederhana dan tidak menonjol sehingga hidupnya tenteram dan damai.

Musim dingin telah tiba. Sejak tadi matahari tidak tampak karena terhalang awan dan mendung hitam tebal sehingga cuaca remang dan angin kencang membuat hawa terasa sangat dingin menyusup tulang. Hawa udara seperti itu amatlah buruknya dan semua orang tahu bahwa keadaan macam itu biasanya membawa datang bermacam-macam penyakit. Yang sudah pasti, akan banyak orang terserang panyakit batuk pilek.

Kota Lin-han-kwan yang biasanya cukup ramai itu, kini tampak sunyi. Toko-toko dan pintu-pintu rumah banyak yang tutup. Orang-orang, terutama yang berbadan lemah, merasa lebih aman untuk tetap tinggal dalam rumah, menghangatkan diri dengan baju atau selimut tebal dan mendekati perapian.

Jalan-jalan sunyi karena siapa yang mau dilanda sunyi karena siapa yang mau dilanda angin kencang yang mengamuk di luar rumah itu? Lebih baik terlindung di dalam rumah. Kecuali mereka yang terpaksa keluar rumah untuk bekerja, mereka yang hidup miskin dan mengandalkan hidupnya dari hari ke hari dari hasil pekerjaan mereka.

Sehari saja tidak bekerja, berarti besok tidak ada beras untuk dimakan keluarga! Mereka inilah yang tepaksa keluar rumah untuk bekerja, para pekerja kasar, kuli angkut dan segolongannya. Biarpun tubuh mereka hanya terbungkus kain kasar yang tidak tebal.

Namun tubuh yang sudah terbiasa dengan udara buruk itu telah menjadi kebal. Angin kencang itu agaknya tidak mampu menembus mereka yang sudah membaja. Kecuali para pekerja kasar yang miskin ini, tidak ada orang lain yang keluar rumah...

Silahkan pilih jilid dibawah ini untuk membaca secara lengkap!

Post a Comment

AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.