Memburu Iblis Jilid 28 karya Sriwidjono - "Nona Souw, kau kenapa...? Apakah kau sakit?" tanpa menyadari kesalahannya pemuda itu bertanya.
Tapi dengan menguatkan hatinya Souw Lian Cu menggelengkan kepalanya. Diam-diam gadis itu menyembunyikan tetesan air matanya. "Tidak. Aku tidak apa-apa. Aku... aku... oh!" gadis itu berdesah serak hampir tak bersuara. "Teruskan ceritamu...!"
Yap Tai Ciang-kun dan Hong-lui-kun Yap Kiong Lee, yang juga pernah mendengar kisah percintaan mereka dulu, hanya dapat menghela napas saja. Mereka mulai mendapat gambaran tentang hubungan kedua muda mudi itu sekarang. Tampaknya kisah percintaan kedua orang itu masih tetap kurang mulus seperti dulu. Bahkan pada pertemuan mereka yang terakhir kali ini, sang pangeran justru telah memetik gadis yang lain, sehingga kedua muda-mudi itu menjadi cekcok satu sama lain.
Liu Yang Kun menelan ludahnya. Setelah yakin bahwa Souw Lian Cu memang tidak apa-apa, ia lalu meneruskan ceritanya. "Tapi.... aku sendiri tetap kurang yakin kalau aku ini adalah Pangeran Liu Yang Kun. Entah kenapa, tiba-tiba aku menjadi lupa pada masa laluku. Bahkan aku sampai lupa pula pada namaku sendiri. Tahu-tahu aku berada bersama seorang kakek buta bernama Lo-sin-ong dan muridnya yang bernama Tiauw Li Ing. Dari mereka itulah aku mendapat keterangan tentang diriku."
"Lo-sin-ong dan Tiauw Li Ing?" Souw Lian Cu, Yap Tai Ciang-kun, maupun Hong-lui-kun Yap Kiong Lee berdesah berbareng. Mereka bertiga sangat terkejut karena mereka mengenal sekali nama nama itu.
"Dari kedua orang itulah aku mendapat keterangan bahwa namaku Liu Yang Kun, putera Kaisar Han yang berkuasa saat ini. Dari mereka itu pulalah aku memperoleh keterangan bahwa aku telah kawin dengan gadis itu."
"Oooooh....!?" sekali lagi Souw Lian Cu berdesah. "Bahkan mereka itu pulalah yang memberitahu padaku, mengapa aku sampai menderita sakit 'lupa ingatan' seperti ini."
Liu Yang Kun terdiam lagi. Matanya melirik ke arah Souw Lian Cu, Yap Tai Ciang-kun dan yang lain-lain. Semuanya kelihatan masih bengong, kaget dan tertegun di tempat masing-masing. Namun semuanya sudah kelihatan mulai berpikir dan mulai mencernakan kata-katanya. Tampaknya mereka juga sudah mulai mengerti pula. Bahkan Souw Lian Cu kelihatan mulai bersemangat dan sangat menaruh perhatian sekali.
"Jadi... jadi kau telah kehilangan 'ingatanmu'? Apa kata mereka?" gadis itu mendesak dengan suara tak sabar."Yaaa... ya apa kata mereka tentang penyakit pangeran itu?" Hong-lui-kun Yap Kiong Lee ikut mendesak pula.
Sekali lagi Liu Yang Kun mengedarkan pandangannya. Lalu katanya perlahan tapi jelas. "Kata mereka aku telah dikeroyok oleh Giok-bin Tok-ong, Bok Siang Ki dan murid-muridnya sehingga luka parah. Luka-luka itulah yang menyebabkan aku menjadi lupa pada semua 'masa laluku'."
"Giok-bin Tok-ong? Bok Siang Ki?" Semuanya benar-benar sangat terkejut mendengar nama-nama itu. Nama-nama yang saat ini menjadi buah bibir yang mengerikan di kalangan orang-orang persilatan. Baru satu Giok-bin Tok-ong saja sudah merupakan hantu yang sangat menakutkan, apalagi masih ditambah dengan Bok Siang Ki lagi. Maka tidaklah mengherankan kalau mereka menjadi kaget dan terpaku diam di tempat masing-masing. Nama-nama itu memang betul-betul menggetarkan hati mereka.
Namun demikian di balik semua itu mereka pun menjadi semakin kagum pula kepada Liu Yang Kun. Sebab meskipun terluka parah, tapi untuk melawan pemuda itu ternyata iblis-iblis yang mengerikan itu terpaksa harus berjuang keras dengan mengeroyoknya.
"Pangeran..." akhirnya Hong-lui-kun Yap Kiong Lee berdesah perlahan. "Kalau begitu kami sekarang sudah tahu, mengapa sikap pangeran menjadi demikian anehnya terhadap kami. Ternyata pangeran telah terkena sebuah musibah sehingga 'menjadi lupa' kepada kami semua."
"Pangeran...?" Liu Yang Kun berdesah pula dengan termangu-mangu, "Jadi menurut Ciang-kun.... aku ini memang benar-benar Pangeran Liu Yang Kun?"
Yap Tai Ciang-kun cepat melangkah maju pula. "Benar, pangeran," sahutnya tegas. "Pangeran tak perlu ragu-ragu. Kami berdua juga yakin dan menguatkan keterangan... keterangan Lo-sin-ong itu. Pangeran memang benar-benar Pangeran Liu Yang Kun yang menghilang beberapa tahun lalu."
"Ya! Kami berdua telah membuktikannya tadi. Tiada seorangpun di dunia ini yang memiliki ilmu Kim-coa-ih-hoat itu selain Pangeran Liu Yang Kun sendiri." Hong-lui-kun Yap Kiong Lee ikut menambahkan pula.
"Ilmu Kim-coa-ih-hoat....?" Liu Yang Kun bergumam sambil mengerutkan dahinya.
"Benar! Ilmu silat yang pangeran keluarkan untuk melawan kami tadi adalah ilmu yang dahsyat itu. Ilmu silat itu pulalah yang membuat Pangeran menjadi tersohor beberapa tahun yang lalu. Mungkin banyak orang lain yang wajahnya mirip pangeran, tapi tak mungkin mereka itu memiliki Ilmu Kim-coa ih-hoat seperti pangeran!" sekali lagi Hong-liu-kun Yap Kiong Lee menandaskan.
"Ehmmmmm..." Liu Yang Kun bergumam dan mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia dapat menerima keterangan yang disodorkan oleh dua orang perwira kerajaan itu. Keterangan mereka memang masuk akal dan beralasan.
Namun demikian di dalam hati kecilnya masih ada juga sedikit ganjalan untuk menerima kenyataan itu. Entah mengapa hatinya tetap tak suka pada kedudukan sebagai pangeran itu. Tapi apa dayanya lagi. Semuanya telah meyakinkan dirinya, bahwa ia memang benar-benar Pangeran Liu Yang Kun. Dia sudah tak bisa ingkar pula.
"Baiklah, Tai Ciangkun. Lalu apa yang mesti kulakukan sekarang?" akhirnya ia berkata pasrah.
Yap Tai Ciangkun saling pandang dengan kakaknya. Hatinya menjadi gembira sekali. Ternyata mereka tidak pulang dengan tangan hampa. Mereka benar benar dapat membawa pulang Pangeran Liu Yang Kun. Betapa suka citanya hong siang nanti.
"Terima-kasih, pangeran. Kami betul-betul merasa lega sekarang. Sungguh, kami tak bisa membayangkan, bagaimana suka-citanya ayahanda baginda nanti? Beliau akan keluar dari penjaranya di Kuil Agung itu..." Yap Tai-Ciangkun berkata dengan gembira. Bersama kakaknya ia memberi hormat kepada Liu Yang Kun.
"Hong-siang....? Dipenjara di Kuil Agung?" Liu Yang Kun dan Souw Lian Cu berdesah bengong.
Sekali lagi Yap Tai Ciangkun saling pandang dengan kakaknya. Mereka tersenyum ketika memandang ke arah Liu Yang Kun lagi. "Panjang ceritanya, pangeran. Biarlah kami dan nona Souw Lian Cu nanti yang bercerita tentang masa lalu pangeran. Termasuk diantaranya, mengapa hong-siang sampai memenjarakan dirinya sendiri di Kuil Agung istana itu. Dan bagaimana pula sumpah hong-siang untuk tidak keluar dari halaman Kuil Agung itu sebelum Pangeran kembali ke istana." Yap Tai Ciang-kun menerangkan.
"Aku...? Mengapa aku juga harus bercerita pula?" tiba-tiba Souw Lian Cu menyela dengan kaget.
Lagi-lagi Yap Tai Ciang-kun tersenyum pula. "Maaf, nona Souw.... Kami tidak bermaksud untuk memaksa kepada nona Souw. Kami hanya bermaksud untuk meminta tolong kepadamu, karena kaupun juga paham dan tahu pula akan masa lalu Pangeran Liu Yang Kun. Bahkan mungkin lebih lengkap dari pada pengetahuan kami sendiri. Kami hanya...."
''Aku tidak mau!" dengan tegas Souw Lian Cu menolak.
"Tapi....?"
"Tidak! Aku akan pergi dari sini!" sekali lagi Souw Lian Cu menolak, kemudian melangkah pergi dari tempat itu.
"Tunggu...!" tiba-tiba Liu Yang Kun berteriak dan berkelebat pula mencegat gadis itu.
Souw Lian Cu terpaksa menunda langkahnya. Dia berdiri tegang di depan Liu Yang Kun. Matanya yang bulat indah itu menatap dengan tajamnya. "Pangeran... pangeran mau apa? Kenapa menghalangi langkahku?" katanya kaku.
Tiba-tiba Liu Yang Kun menekuk lututnya di depan gadis itu. Dengan suara lembut, seperti ketika dia memeluk kaki gadis itu tadi, ia berkata, "Nona Souw....! Kuminta dengan sangat kau jangan pergi dulu! Kau tolonglah aku dulu untuk memulihkan 'ingatanku yang hilang' itu. Dan bukankah nona belum berkata apa-apa kepadaku? Di dalam surat itu nona menyatakan bahwa nona ingin berkata sesuatu kepadaku..."
Pemuda itu memohon sambil menengadahkan mukanya. Perpaduan antara suara dan tatapan matanya seolah-olah menimbulkan getaran yang menyusup ke dalam hati sanubari Souw Lian Cu, sehingga batu-batu yang tersimpan di dalam dada gadis itu seakan-akan melumer dengan sendirinya.
Wajah yang tegang itu tiba-tiba mengendor, dan mata yang dingin itu tiba tiba juga menghangat kembali. Lalu dengan suara lirih, sehingga hampir-hampir tak terdengar oleh siapapun, gadis itu berbisik, "Tapi aku... aku tak bisa bercerita apa-apa. Dan... dan sebenarnya aku juga tak punya kata kata yang hendak kuucapkan kepadamu..."
Namun dengan suara yang tak kalah lirihnya, Liu Yang Kun tetap memohon pula dengan penuh perasaan. "Tapi bagaimanapun juga aku tetap memohon pertolonganmu, nona Souw. Janganlah kau biarkan aku terus-terusan menderita seperti ini."
Keduanya lalu terdiam untuk beberapa saat lamanya. Terjadi perang batin di dalam dada gadis ayu itu, antara mengabulkan atau menolak permintaan itu.
"Maukah....? Maukah nona menolong aku?" dengan suara bergetar Liu Yang Kun terus mendesak.
Akhirnya getaran batin Souw Lian Cu tak bisa menolak lagi. Rasa cinta yang selama ini tetap mekar di dalam hati gadis ayu itu telah mengalahkan segalanya. "Baiklah..." Bibir itu berbisik pelan seperti kepada dirinya sendiri.
Tiba-tiba Liu Yang Kun berlutut. Dengan suara gembira pemuda itu berdesah, "Terima kasih, Nona Souw. Terima kasih..."
Yap Tai Ciang-kun dan Hong-lui-kun Yap Kiong Lee tidak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan. Namun kedua perwira itu menjadi lega dan gembira pula tatkala menyaksikan akhir dari perselisihan itu. "Nah! Sekarang marilah kami persilahkan nona Souw dan Pangeran Liu Yang Kun untuk memasuki perkemahan kami...!"
Yap Tai Ciang-kun mempersilahkan mereka. Demikianlah, di bawah kawalan para perajurit yang semula telah mengeroyok mereka Souw Lian Cu dan Liu Yang Kun memasuki komplek perkemahan tersebut. Mereka langsung menuju ke tenda Yap Tai Ciang-kun, yaitu tenda yang terbesar dan terletak di tengah-tengah tenda-tenda yang lain.
Demikianlah para perwira dan perajurit yang ada di dalam perkemahan itupun lalu mengadakan pesta sederhana, untuk merayakan keberhasilan tugas mereka, karena telah menemukan kembali Pangeran Liu Yang Kun. Di dalam tenda Yap Tai Ciangkun pun juga diadakan perjamuan sekedarnya pula untuk menyambut kehadiran Pangeran Liu Yang Kun di antara mereka. Dan sambil makan minum sajian sederhana yang mereka suguhkan, Liu Yang Kun mendengarkan cerita Yap Tai Ciang-kun tentang dirinya. Kadang-kadang Hong-luikun Yap Kiong Lee dan Souw Lian Cu ikut pula menyela atau memberi tambahan dalam cerita itu.
Pangeran Liu Yang Kun memang mempunyai riwayat hidup yang sangat menarik. Dia lahir pada saat jaya-jayanya Kaisar Chin Si Hong-te almarhum. Dan secara kebetulan pula dia dibesarkan di dalam keluarga seorang pangeran Chin, karena ketika dia berusia dua bulan di dalam kandungan ibunya, ibunya itu diambil isteri oleh salah seorang dari putera Kaisar Chin Si Hong-te. Ibunya itu diambil secara paksa dari tangan Liu Pang, ayahnya, yang pada waktu itu masih merupakan seorang petani miskin di desanya. (Baca: Pendekar Penyebar Maut)
Sekarang Liu Pang telah menjadi Kaisar, bergelar Kaisar Han Ko Co. Dan ternyata ayah dan anak yang telah berpuluh tahun dipisahkan itu dapat bertemu kembali. Namun karena sesuatu hal keduanya terpaksa berpisah lagi. Liu Yang Kun yang menderita penyakit 'tubuh beracun' itu terpaksa pergi meninggalkan istana untuk menyembuhkan penyakitnya. Sementara sepeninggal puteranya, hong-siang telah bersumpah untuk tidak meninggalkan halaman Kuil Agung Istana sebelum Liu Yang Kun kembali pulang.
Demikianlah karena sesuatu hal pula Liu Yang Kun baru dapat diketemukan sekarang. Bahkan setahun yang lalu pemuda itu pernah dikhabarkan mati, sehingga hong-siang sempat hampir putus-asa karenanya. Untunglah hati hongsiang sangat kuat dan tidak mau percaya kalau puteranya sudah mati, sehingga beliau tetap saja mengirimkan orang-orang kepercayaannya untuk mencari Liu Yang Kun.
Lewat tengah malam perjamuan sederhana itu baru selesai. Selama itu pula Souw Lian Cu tidak berani menyebut-nyebut surat-suratnya yang telah beberapa kali dia titipkan orang untuk Liu Yang Kun. Gadis itu tahu bahwa Liu Yang Kun yang telah kehilangan ingatannya itu takkan ingat pula pada surat-suratnya yang terdahulu, sehingga ia diam saja dan tak berani mengutik-utik masalah surat itu. Apalagi gadis itu telah menjadi hambar hatinya begitu mendengar kekasihnya itu telah menikah dengan Tiauw Li Ing, gadis jahat yang telah membunuh keluarga Chu Seng Kun itu.
Ternyata Yap Tai Ciang-kun dan Hong lui-kun Yap Kiong Lee pun tidak berusaha mengorek keterangan tentang perkawinan Liu Yang Kun. Sebagai seorang perwira kerajaan mereka sudah terbiasa melihat para bangsawan memiliki beberapa orang isteri atau selir di rumahnya. Selain itu mereka juga ingin menjaga perasaan hati Souw Lian Cu yang mereka tahu pernah memiliki hubungan asmara dengan Pangeran Liu Yang Kun.
'Nah, pangeran... kami telah menceritakan riwayat hidup pangeran. Dan hanya itu pulalah yang kami ketahui selama ini. Kalau pangeran masih belum juga puas, pangeran bisa bertanya sendiri kepada hong-siang. Beliau akan bercerita tentang masa lalu pangeran sejelas-jelasnya," Yap Tai Ciangkun mengakhiri keterangannya.
Liu Yang Kun tidak segera menyahut. Pemuda itu masih tetap merenung mengawasi tikar tenda yang digelar sebagai alas ruangan itu. Meskipun ia sudah tak bisa ingkar lagi dan sudah sanggup menerima kenyataan itu, namun di dalam hati kecilnya pemuda itu tetap belum merasa puas juga. Selain dia tak menyukai kedudukan sebagai pangeran itu, dia sendiri juga sudah lupa pula kepada orang-orang yang berada di sekelilingnya dulu. Jangankan dengan punggawa-punggawa istana lainnya, sedangkan wajah hong-siang pun ia sudah tak ingat pula lagi. Bagaimana dia bisa senang dengan keadaan seperti itu?
"Paling tidak aku harus dapat mengembalikan ingatanku yang hilang itu dahulu, baru aku bisa berkumpul dengan hong-siang di Istana. Tanpa itu hatiku akan selalu tersiksa. Aku akan seperti orang asing yang terpenjara di sangkar emas..." akhirnya pemuda itu bergumam perlahan seperti kepada dirinya sendiri.
"Tapi dengan beradanya kembali pangeran di istana, ingatan yang hilang itu kemungkinan besar akan kembali pula dengan sendirinya. Apalagi kalau pangeran nanti sudah berdekatan dengan ayahanda baginda...." Yap Tai Ciangkun cepat-cepat memotong takut kalau tiba-tiba Liu Yang Kun membatalkan lagi niatnya untuk pulang kembali ke istana.
Perlahan-lahan Liu Yang Kun menggelengkan kepalanya. "Itu akan memerlukan waktu yang lama, Tai Ciang-kun. Aku tidak sabar lagi. Aku tidak tahan terlalu lama begini. Lebih baik aku mencari tabib yang pandai untuk mengobati 'penyakitku' ini. Baru setelah sembuh nanti aku akan kembali ke istana."
Yap Tai Ciang-kun memandang kakaknya dengan tegang. Ia tak tahu apa yang harus dilakukannya. Membiarkan Liu Yang Kun pergi berarti tugasnya gagal. Tapi kalau harus mencegah pemuda itu, ia merasa takkan mampu pula melakukannya. Kalau pemuda itu marah, semuanya akan menjadi runyam nanti.
"Di istana pun banyak tabib yang pandai, pangeran," akhirnya Hong-lui-kun Yap Kiong Lee mencoba untuk mencegah kehendak Liu Yang Kun itu.
Namun sekali lagi Liu Yang Kun menggelengkan kepalanya. "Maaf, ciangkun.... aku agak merasa kurang yakin dengan tabib-tabib istana. Kalau mereka itu benar-benar pandai, tentunya mereka juga bisa mengobati tubuhku yang beracun itu, sehingga aku tak perlu jauh-jauh pergi keluar istana seperti cerita ciangkun tadi...." pemuda itu membantah.
Hong-lui-kun Yap Kiong Lee menghela napas. "Lalu... apa yang hendak pangeran lakukan sekarang?" desaknya.
"Aku akan mencari tabib yang sekiranya bisa menyembuhkan penyakitku ini dulu..."
"Tapi...?" Yap Tai Ciangkun hendak memotong, tapi cepat-cepat menutup kembali bibirnya. Yap Kiong Lee tiba-tiba telah menggamit tangannya.
"Baiklah kalau pangeran memang menghendaki demikian...." jago silat nomer satu di istana itu segera meneruskan perkataan adiknya. "Tapi... tapi untuk itu perbolehkan kami semua membantu pangeran..."
Liu Yang Kun mengangkat wajahnya dengan kaget. "Maksud ciangkun?" desahnya.
"Maksud kami ialah agar kami diperbolehkan mengawal pangeran kemanapun pangeran pergi. Pangeran adalah putera Hong-siang. Tidak selayaknyalah kalau pangeran berjalan sendirian. Selain itu kami juga takut akan kemurkaan hong siang pula."
"Benar, pangeran. Perbolehkanlah kami semua mengantar pangeran mencari tabib sakti itu." Yap Tai Ciang-kun yang segera memahami maksud kakaknya itu cepat-cepat menambahkan.
Namun dengan cepat pula Liu Yang Kun menggelengkan kepalanya. "Wah, jangan....! Itu akan sangat merepotkan aku malah. Bagaimana aku harus menjelajah desa dan kota dengan pasukan sebanyak ini?"
"Tapi…?" Yap Tai Ciangkun hendak membantah pula. Untunglah kakaknya cepat menggamitnya lagi.
Lalu dengan tenang jagoan istana itu berkata, "Kalau begitu... biarlah aku sendiri saja yang mengawal pangeran. Selain tidak merepotkan pangeran, kami berdua juga tidak akan kena murka pula dari Hong-siang nanti."
Dengan kaget Yap Tai Ciangkun menatap kakaknya. "Toako, kau....?" tegurnya.
Tapi dengan tenang pula Hong-lui-kun Yap Kiong Lee menjawab teguran adiknya itu. "Biarlah, Khim-te. Inilah jalan tengah yang terbaik buat kita. Dari pada kita kehilangan jejak pangeran Liu Yang Kun lagi."
"Ah!" Panglima itu berdesah, memaklumi kebijaksanaan kakaknya.
"Bagaimana, pangeran? Kalau cuma aku saja yang mengawal, tentu tidak akan merepotkan pangeran, bukan? Bahkan aku bisa mengurusi segala kebutuhan pangeran di dalam perjalanan itu." Yap Kiong Lee mendesak pula.
Liu Yang Kun tersenyum kikuk. Tidak ada alasan lagi baginya untuk menolak tawaran Yap Kiong Lee itu. Maka dengan sangat berat ia terpaksa menganggukkan kepalanya.
"Terima kasih, pangeran..." jagoan istana itu menyatakan terima kasihnya dengan air muka berseri-seri.
"Tapi... kemanakah pangeran hendak mencari tabib sakti itu?" Yap Tai ciang-kun yang tetap tak ingin kehilangan jejak Pangeran Liu Yang Kun itu mencoba untuk mencari tahu tujuan perjalanan tersebut.
Liu Yang Kun menatap wajah panglima itu sebentar, lalu menggeleng pula dengan ragu-ragu. "Entahlah! Aku tidak tahu…" desahnya perlahan.
Di dunia persilatan pernah hidup seorang tabib sakti yang memiliki ilmu seperti dewa. Tabib itu bergelar Bu-eng-sin-yokong. Begitu hebat ilmu pengobatannya sehingga banyak orang yang mengatakan bahwa dia mampu menghidupkan kembali orang yang sudah mati. Namun sayang sekali orang itu hidup pada zaman seabad yang lalu." Yap Kiong Lee tiba-tiba bercerita.
Liu Yang Kun menoleh dengan cepat. "Apakah... apakah dia itu tidak mewariskan ilmunya kepada muridnya!" tanyanya bersemangat.
"Sebenarnya ada. Salah seorang cucu muridnya ada yang mewarisi ilmu ketabibannya itu. Namanya adalah Chu Seng Kun!" tiba-tiba Souw Lian Cu ikut menyela pula pembicaraan itu.
"Chu Seng Kun...?" Liu Yang Kun, Yap Tai Ciangkun dan Hong-lui-kun Yap Kiong Lee berdesah berbareng.
''Ya!" Souw Lian Cu mengangguk dengan kaku. Tiba-tiba matanya bersinar tajam penuh kebencian. "Namun sayang, beliau itu telah mati pula dibunuh orang!"
"Hah...?" sekali lagi Liu Yang Kun, Yap Tai Ciang-kun dan Hong-lui-kun Yap Kiong Lee berseru berbareng pula. Terutama yang paling keras adalah Hong-lui-kun Yap Kiong Lee, karena jagoan istana tersebut sudah sangat mengenal dengan Chu Seng Kun.
"Siapa yang telah berani membunuh tabib yang baik budi itu?" tiba-tiba Hong-lui-kun Yap Kiong Lee menggeram. Sekejap matanya seperti menyala di dalam terangnya sinar obor yang menyala di dalam ruangan itu.
Souw Lian Cu menggeram pula. Tiba-tiba matanya menatap ke arah Liu Yang Kun. "Yang membunuh beliau adalah orang-orangnya Tung-hai-tiauw! Mereka adalah Tung-hai Nung-jin, Tiauw Kiat Su dan Tiauw Li Ing!"
"Haaaah???" Hong-lui-kun Yap Kiong Lee dan Yap Tai Ciang-kun berseru kaget. Otomatis pandangan mereka juga tertuju ke arah Liu Yang Kun.
Yang tidak kalah kagetnya pula adalah Liu Yang Kun. Meskipun dia sudah tidak ingat lagi kepada Chu Seng Kun, namun melihat sikap dan cara mereka berbicara tentang tabib sakti itu ia bisa menggambarkan macam apa orang yang mereka ceritakan tersebut. Sehingga di dalam hatinyapun diam-diam telah timbul pula dugaan jelek kepada Tiauw Li Ing, wanita yang mengaku sebagai isterinya itu.
"Ayahnya seorang Raja Bajak Laut di Lautan Timur. Seorang bajak laut tentunya juga bukan orang baik-baik. Dia tentu suka merampok dan membunuh orang. Dan tampaknya nona Souw ini juga tidak berbohong pula tentang... tentang tabib sakti Chu Seng Kun. Oooh... aku menjadi bingung dan pusing memikirkannya. Benarkah... benarkah dia itu isteriku?"
Karena itu pula Liu Yang Kun tak berani menatap orang-orang yang duduk di depannya itu. Tiba-tiba kepalanya tertunduk. Keningnya berkerut. Bahkan beberapa kali mulutnya berdesah. Tak tega juga Yap Tai Ciang-kun dan Yap Kiong Lee menyaksikan keadaan itu. Sambil menghela napas panjang Yap Tai Ciangkun memandang ke arah Souw Lian Cu.
''Benarkah mereka membunuh Chu Seng Kun?" katanya kemudian dengan suara agak ragu pula.
Dengan cepat Souw Lian Cu lalu bercerita tentang kejadian yang menyedihkan di rumah keluarga Chu setengah bulan yang lalu. Bagaimana tabib sakti itu berusaha menolong dan melindungi seorang wanita yang mau melahirkan. Dan bagaimana pula seluruh keluarga tabib sakti itu dibasmi dan dibakar rumahnya oleh Tiauw Li Ing beserta kawan kawannya itu.
"Sungguh keji..." tak terasa mulut Liu Yang Kun bergumam. Namun mulut itu cepat-cepat terkatup kembali ketika teringat bahwa Tiauw Li Ing adalah isterinya.
"Memang sangat keji dan tak berperi-kemanusiaan. Oleh karena itu pula apabila ada kesempatan aku akan menuntut balas atas kejadian itu." Souw Lian Cu berkata tegas.
"Bagaimanapun juga paman Chu masih terhitung keluargaku pula, karena ibuku adalah adik perempuan paman Chu."
"Ah, benar...!" tiba-tiba Hong-lui-kun Yap Kiong Lee tergagap sadar dari ketermanguannya. "Souw Hu-jin (Nyonya Souw) memang adik dari Chu Taihiap. Kalau begitu Souw Hujin tentu mewarisi pula kepandaian kakaknya itu. Ehmmm, pangeran...! Bagaimana kalau kita menemui Hong-gi-hiap Souw Thian Hai dan isterinya saja? Siapa tahu Souw Hujin itu bisa mengobati penyakit pangeran itu?"
Liu Yang Kun tersentak kaget pula. Sesaat tampak sinar kegembiraan di matanya. Tapi di lain saat wajah itu kelihatan sedih dan ragu-ragu lagi. Apalagi ketika tampak di matanya wajah Souw Lian Cu yang keras dan kaku serta penuh dendam itu.
"Ini... ini... tentu saja terserah kepada nona Souw. Kalau nona Souw mau... mau mengantarkan aku kepada ibunya...." akhirnya pemuda itu berdesah perlahan seperti kepada dirinya sendiri. Dan sama sekali pemuda itu tidak berani menatap Souw Lian Cu.
Yap Tai Ciang-kun dan Hong-lui-kun Yap Kiong Lee segera menjadi maklum dan sadar pula. Tak terasa mereka lalu memandang kepada Souw Lian Cu dengan sinar mata penuh permohonan. "Nona Souw...? Maukah nona menolong Pangeran Liu Yang Kun?" Yap Tai Ciangkun lalu meminta dengan halus.
Namun dengan angkuh gadis itu melengos. Suaranya terdengar sangat keras dan kaku ketika menjawab permintaan itu. "Maaf, Tai-Ciangkun. Bagaimana aku bisa berjalan bersama dengan wanita yang telah membunuh keluarga paman Chu? Kalaupun aku mau, masakan ibuku juga mau mengobati suami orang yang telah membunuh kakaknya?"
"Ah... benar juga. Hmm... bagaimana, ya?" Yap Tai-Ciangkun tersipu-sipu.
Sementara itu Hong-lui-kun Yap Kiong Lee lalu mendekati Liu Yang Kun. "Pangeran...! Bagaimana menurut pendapat pangeran? Satu-satunya ahli waris Bu-eng Sin-yok-ong sekarang tinggal Souw Hujin saja. Tampaknya hanya dia yang mampu mengobati penyakit pangeran itu. Tapi... tentu saja Souw Hu-jin tidak mau dan tidak bersedia mengobati penyakit itu kalau... kalau isteri pangeran yang bernama Tiauw Li Ing itu ikut serta. Mereka saling bermusuhan."
Tiba-tiba Liu Yang Kun mengangkat wajahnya. Ditatapnya mata Hong-lui-kun Yap Kiong Lee lekat-lekat. "Ciangkun... Menurut pendapat Ciangkun, apakah benar dia itu isteriku...?" tanyanya mengagetkan.
Tentu saja ucapan itu terasa aneh di telinga Hong-lui-kun Yap Kiong Lee, Yap Tai Ciang-kun dan Souw Lian Cu. Begitu anehnya sehingga mereka bertiga menjadi kaget dan ternganga keheranan. Dan Liu Yang Kun sendiri ternyata dengan cepat juga menyadari keanehannya itu.
"Eh, maksudku... maksudku... aku sendiri juga kurang yakin akan hal itu. Begitu sadar dari pingsanku, dia... dia telah berada di dekatku. Dan dia pula yang mengatakan bahwa aku adalah suaminya. Terpaksa... terpaksa aku pun menerimanya. Aku beranggapan, masakan seorang gadis cantik seperti dia membohongi aku. Tapi di dalam hati kecilku aku agak... agak kurang yakin akan hal itu. Namun untuk membuktikannya aku tak bisa. Selain ingatanku telah hilang, akupun tak punya alasan dan bukti untuk menyanggahnya...." katanya kemudian dengan terbata-bata.
Sambil berkata matanya tak lepas memandang ke arah Souw Lian Cu. "Lalu mengapa pangeran menanyakan hal itu kepada kami? Tentu saja kamipun semakin tak bisa menjawab pertanyaan itu." Hong-lui-kun Yap Kiong Lee menjawab pula.
"Bukan begitu, ciangkun? Maksudku bagaimanakah menurut tanggapan ciang-kun tentang perkawinan itu? Masuk akalkah kalau aku ini kawin dengan Tiauw Li Ing itu? Maksudku... maksudku... kalau aku ini dalam keadaan sehat dan waras... bisakah aku ini kawin dengan wanita itu? Maksudku... dengan puteri seorang raja bajak laut itu?"
Hong-lui kun Yap Kiong Lee menghela napas panjang. Ia tahu pangeran itu membutuhkan pertolongan orang lain untuk menjawab pertanyaan itu. Namun bagaimana dia harus menjawabnya? Semuanya serba mungkin. Dan dia sendiri tak tahu persis lika-liku perjalanan hidup mereka.
"Ah... sungguh sulit untuk menjawabnya, pangeran. Semuanya itu memang bisa saja terjadi. Tiada yang tidak mungkin di dunia ini. Memang, kalau dipandang sepintas lalu... perkawinan pangeran itu seperti tidak mungkin. Sedikit banyak saya sudah mengerti watak dan pribadi pangeran. Begitu pula dengan watak dan pribadi anak Tunghai-tiauw itu. Dan kedua watak dan pribadi itu rasa-rasanya sulit dipertemukan. Apalagi pangeran adalah putera hong-siang, kaisar yang paling terhormat dan berkuasa di negeri kita ini. Sedangkan gadis itu adalah anak seorang raja bajak laut yang menjadi musuh negara..."
Belum habis perkataan Hong-lui-kun Yap Kiong Lee, tiba-tiba Liu Yang Kun melompat dan mengguncang lengan jago dari istana itu. Wajah pemuda itu tampak lega dan berseri-seri. "Ciang-kun! Itulah jawaban yang kumaksudkan! Rasa-rasanya hatikupun berpendapat begitu! Hanya... hanya aku sendiri tak bisa mengatakan...!"
Hong-lui-kun Yap Kiong Lee tersenyum, walaupun sebenarnya pundaknya terasa sakit. Selain luka dalam yang dideritanya tadi masih belum sembuh, cengkeraman Liu Yang Kun itu pun memang sangat kuat. Beberapa saat kemudian Hong-lui-kun Yap Kiong Lee lalu bertanya, "Lalu apa yang hendak pangeran lakukan setelah mengetahui jawaban saya itu?"
Liu Yang Kun terdiam. Tiba-tiba saja pemuda itu sadar kembali. Dengan wajah agak malu-malu ia melirik ke arah Souw Lian Cu. "Ciang-kun. kalau nona Souw memang menghendaki demikian, akupun takkan membawa Tiauw Li Ing pula. Biarlah untuk sementara ia tinggal bersama gurunya. Aku akan menemui dia lagi setelah penyakitku itu hilang, sehingga aku bisa menentukan sikap terhadapnya. Kalau aku dan dia memang benar-benar sudah kawin dan saling mencinta, yah... apa boleh buat, aku tentu akan kembali kepadanya. Tapi sebaliknya, kalau semua ini hanya lelucon dan sandiwara belaka, hmm... akupun tak mau tinggal diam pula. Aku akan membuat perhitungan dengan mereka!"
"Oooh!" Hong-lui-kun dan Yap Tai Ciang-kun berdesah lega. Kemudian semua pandangan terarah kepada Souw Lian Cu. Gadis itulah kini yang harus mengambil keputusan. Tadi dia telah mengajukan alasan dan keberatannya. Namun kini ternyata Liu Yang Kun sanggup meninggalkan Tiauw Li Ing.
"Nah, nona Souw... kau sekarang tidak berkeberatan lagi, bukan?" Yap Tai Ciang-kun berkata halus.
Souw Lian Cu tidak bisa mengelak lagi. Selain ia tak punya alasan untuk menolak lagi, sebenarnya hati kecilnya pun merasa tak tega pula melihat penderitaan orang yang dicintainya itu. Maka tiada jawaban lagi yang harus ia berikan, selain mengangguk.
"Terima kasih, nona Souw...." Liu Yang Kun hampir saja berteriak saking gembiranya.
Yap Tai ciang-kun saling pandang dengan kakaknya. Diam-diam mereka tersenyum sambil mengangguk-angguk. Ternyata jalinan kasih sayang di lubuk hati kedua muda-mudi itu sedemikian kuatnya sehingga masing-masing seperti saling mendekat dengan sendirinya. Padahal Pangeran Liu Yang Kun dalam keadaan 'hilang ingatan', dan sudah tak ingat lagi bahwa ia pernah mencintai gadis itu.
"Nah, twa-ko... bagaimana rencanamu sekarang?" Yap Tai ciang-kun berbisik kepada kakaknya.
"Kau boleh meneruskan perjalananmu ke kota raja besok pagi. Kauberitahukanlah kepada hong-siang bahwa Pangeran Liu Yang Kun telah kita temukan. Aku sekarang akan mengikuti Pangeran Liu Yang Kun kemanapun dia pergi."
"Kalau begitu... baiklah. Tapi kuharap twa-ko berhati-hati. Jangan sampai pangeran itu terlepas lagi."
Hong-lui-kun Yap Kiong Lee tersenyum. "Jangan khawatir, Khim-te. Aku akan mempertaruhkan seluruh jiwa dan ragaku untuk menjaga Pangeran Liu Yang Kun. Bagaimanapun juga dia harus kembali ke istana."
Demikianlah, malam itu juga Souw Lian Cu mengajak Liu Yang Kun untuk berangkat. Karena gadis itu juga tidak tahu dimana ayah dan ibu tirinya berada, maka ia memutuskan untuk pergi ke Cin-an saja. Siapa tahu ayah ibunya juga diundang pada pesta perkawinan Ketua Tiam-jong-pai itu?
Ketika mereka bertiga lewat di tepi hutan dimana Liu Yang Kun dan nona Souw Lian Cu tadi berjumpa, mereka melihat bekas-bekas pertempuran di sana. Dan tampaknya pertempuran yang terjadi di tempat itu sedemikian hebatnya, sehingga tempat itu seperti habis diamuk oleh kawanan gajah liar.
"Emm.... tampaknya baru saja ada pertempuran besar ditempat ini." Yap Kiong Lee berkata perlahan. Lalu tambahnya lagi dengan dahi berkerut.
"Tapi.... siapa saja yang telah bertempur itu? Mengapa suara dentang senjata mereka tidak terdengar sama sekali?"
Souw Lian Cu menoleh sambil mengangkat pundaknya. "Entahlah, saya juga tidak tahu. Tadi sore aku memang berada di tempat ini pula, tapi waktu itu aku tak melihat apa-apa. Mungkin pertempuran itu terjadi setelah aku meninggalkan tempat ini...."
"Aku juga tidak tahu pula. Namun aku bisa menduganya....." tiba-tiba Liu Yang Kun menyela.
"Apa? Pangeran mengetahui siapa mereka....?" Yap Kiong Lee dan Souw Lian Cu berdesah hampir berbareng. Otomatis keduanya mengawasi Liu Yang Kun dengan nada ingin tahu. Tapi dengan cepat Liu Yang Kun menggoyangkan tangannya. "Bukan begitu. Saya tidak mengatakan bahwa saya tahu. Saya hanya mengatakan bahwa saya dapat menduga saja...." ia menjelaskan.
Yap Kiong Lee tersenyum. "Maaf. Hmm... kalau begitu lekaslah pangeran mengatakannya," ujarnya kemudian. "Kedatanganku di tempat ini sore tadi, selain untuk menemui nona Souw Lian Cu juga untuk mengejar hantu kuntilanak yang mengganggu penduduk kota Cia-souw.
Namun karena datang terlambat, maka aku telah kehilangan jejak kuntilanak itu bersama para pengejarnya. Oleh karena itu aku mempunyai dugaan bahwa tempat ini digunakan sebagai ajang pertempuran oleh Kuntilanak itu dengan para pengejarnya."
"Oh.... jadi itukah sebabnya pangeran menuduh aku sebagai kuntilanak?" Souw Lian Cu berkata geram.
Liu Yang Kun menyeringai kikuk. "Benar..." desahnya kemalu maluan.
"Hantu kuntilanak....?" sebaliknya Yap Kiong Lee berseru heran. "Apa itu...?"
Liu Yang Kun memandang Jagoan istana yang kini menjadi pengawalnya itu. "Ciang-kun belum mendengarnya?"
Dengan kening tetap berkerut Yap Kiong Lee menggelengkan kepalanya. "Bagaimana dengan nona Souw? Apakah nona juga belum mendengar cerita tentang hantu itu?" Liu Yang Kun bertanya pula kepada Souw Lian Cu.
"Aku pernah mendengarnya. Bahkan tidak cuma di sini. Di kota Lai-couw dan Si-pouw pun aku pernah mendengar tentang kuntilanak itu."
Kota Lai-couw dan Si-pouw adalah kota kecil yang letaknya tidak jauh dari kota Cia-souw itu. Kedua kota kecil itu terletak agak jauh dari jalan utama yang menghubungkan kota Ciasouw dengan Cin-an, sehingga jarang sekali disinggahi para pelancong maupun pedagang. Maka sungguh mengherankan sekali kalau gadis itu sampai di sana.
"Apa saja yang nona dengar tentang hantu itu?" Liu Yang Kun mendesak.
Souw Lian Cu mengangkat wajahnya. Matanya yang bening itu menatap Liu Yang Kun sebentar. Setelah itu seraya melangkahkan kakinya ia menjawab, "Cukup banyak. Tapi sebaiknya kita meninggalkan tempat ini terlebih dahulu. Hutan ini cuma beberapa lie saja dari kota Cia-souw. Kau tidak akan jadi berangkat kalau isterimu menyusul kemari..."
"Ah....!" Liu Yang Kun berdesah kecut. Mukanya merah padam.
Hong-lui-kun Yap Kiong Lee tersenyum di dalam hati. Diam-diam ia merasa geli, namun juga bercampur dengan perasaan prihatin pula menyaksikan jalan percintaan mereka. "Hmm... sungguh mengherankan! Bagaimana sebenarnya hubungan kasih mereka itu? Demikian dekat hati mereka, tapi juga demikian jauh rasanya jarak mereka? Aneh benar....?!" Jagoan dari istana itu bergumam di dalam hati. Lalu tangannya menggandeng Liu Yang Kun dan membawanya melangkah mengikuti Souw Lian Cu.
Demikianlah mereka lalu bergegas meninggalkan hutan kecil itu. Mereka berjalan cepat melewati jalan utama yang menuju ke arah kota Cin-an. Mereka melangkah tanpa berbicara sama sekali, seolah-olah mereka itu memang berjalan sendiri-sendiri.
Sementara itu di penginapan Tiauw Li Ing tidur pulas sampai pagi. Permainan cinta yang menggelora sehari penuh bersama Liu Yang Kun itu membuatnya lemah dan lelah luar biasa. Ia baru bangun ketika gurunya yang buta itu mengetuk pintu kamarnya.
Tapi betapa kagetnya dia ketika Liu Yang Kun tak ada di sampingnya. Dan hatinya semakin menjadi kaget pula begitu menyadari dirinya juga belum berpakaian sama sekali. Apalagi ketika dilihatnya pembaringan itu masih kusut dan berantakan seperti kemarin malam.
"Aku.... aku telah tertidur malam tadi. Dan... dan... dia belum kembali dari melihat keributan itu! Oh!" dia menjerit di dalam hati. Bergegas Tiauw Li Ing mengenakan pakaiannya. Kemudian ia membuka pintu dan melompat keluar.
"Suhu, dia... dia pergi!" serunya serak. Matanya yang merah hampir menangis itu menatap kesana kemari dengan liarnya. Tentu saja Lo-sin-ong menjadi bingung dan kaget. Tak tahu apa yang dimaksudkan Tiauw Li Ing.
"Pergi? Siapa yang pergi? Suamimu....?"
"Benar. Suamiku... dia... dia telah pergi tadi malam. Sekarang belum juga kembali." Tiauw Li Ing menjawab gugup. Dan kini air matanya benar-benar telah menggenangi pelupuk matanya.
"Ooooh.....?" Orang tua itu tersentak dan buru-buru menarik tangan Tiauw Li Ing ke dalam kamar kembali.
"Mengapa? Bagaimana itu bisa terjadi?" desaknya sambil menutup pintu kamar.
Sekejap wajah yang cantik itu menjadi merah. Tapi di lain saat wajah itu kembali tegang dan ketakutan pula. Dengan suara gugup dan terputus-putus gadis itu lalu bercerita tentang kejadian malam tadi. Kecuali tentu saja mengenai permainan cintanya yang bergelora itu.
"Hmm... aku memang mendengar pula suara ribut tentang kuntilanak itu. Tapi aku tetap tinggal di dalam kamar.
Jadi... anak itu keluar dan belum kembali lagi? Mengapa kau sampai pulas begitu?" kakek buta itu akhirnya berkata dengan suara agak menyesal. Sekali lagi wajah Tiauw Li Ing menjadi merah. Ia tak bisa menjawab pertanyaan orang tua itu. Hanya air matanya saja yang mulai turun membasahi pipinya.
"Kalau begitu.... bersiaplah! Kita cari pemuda itu!"
"Ba-baik, suhu....!"
Demikianlah, sambil mendengarkan cerita orang tentang keributan yang terjadi tadi malam, mereka mencari Liu Yang Kun. Mereka membaurkan diri diantara orang-orang yang bergerombol di jalan, di warung-warung, yang semuanya rata-rata selalu membicarakan keributan yang dibuat oleh 'hantu kuntilanak' itu.
Dan semakin banyak mereka mendengar serta mengetahui kejadian itu, mereka justru semakin menyesal malah. Mereka sungguh tak mengira kalau keributan itu ternyata sedemikian hebatnya. Keduanya benar-benar menyesal tak ikut keluar melihatnya.
"Begitu dahsyat pertempuran yang terjadi di pinggir hutan itu, sehingga pohon-pohon besar bertumbangan. Dan hantu kuntilanak itu sedemikian saktinya, sehingga belasan pasukan keamanan itu terbang berhamburan terkena angin pukulannya. Bahkan Un Tai-jin yang berkepandaian tinggi itupun ikut terluka parah pula diterjang hantu wanita itu," seorang pemilik warung bercerita kepada para pembelinya.
Tiauw Li Ing dan gurunya sedikit mendongkol juga mendengar kisah yang berlebih-lebihan itu. Diam-diam mereka pergi meninggalkan warung kecil itu. Namun sebelum pergi mereka masih sempat mendengar pula pembicaraan di dalam warung itu.
"A Jui....! Apakah tadi malam kau juga berada di pinggir hutan itu?"
"Anu.... anu... tidak! Tidak! Aku hanya... hanya diberi tahu oleh keponakanku. Bukankah keponakanku menjadi pengawal Un-Tai-jin?"
"Ah, A Jui... yang benar saja. Pengawal atau pelayan? Hehehe...!" Dan warung Itu kemudian dipenuhi oleh gelak tertawa para pengunjungnya.
"Ada-ada saja orang itu. Tapi untuk membuktikan ucapan mereka, marilah kita pergi ke hutan itu," sambil berjalan Losin-ong bergumam.
"Marilah, su-hu..."
Walaupun keadaannya tidak seperti yang diceritakan oleh pemilik warung itu, namun bekas-bekasnya memang tampak bahwa tempat itu baru saja dipergunakan sebagai ajang pertempuran yang dahsyat. Dan Tiauw Li Ing lalu meneliti tempat itu dengan seksama seakan-akan ia ingin menemukan jejak Liu Yang Kun di sana. Tapi sampai pegal ia berdiri dan berjongkok, tetap saja ia tak bisa menemukan tanda-tanda bahwa Liu Yang Kun pernah ada di tempat itu.
"Li Ing.....? Mengapa kau cuma mondar-mandir saja tanpa bicara? Apa saja yang kaulihat di tempat ini? Apakah kau dapat menemukan jejak-jejak 'suamimu‘?" Lo-sin-ong bertanya tak sabar.
"Tidak, su-hu. Aku tidak bisa menemukan jejaknya di sini. Tempat ini memang rusak dan berantakan. namun aku tak bisa menemukan senjata, sobekan kain ataupun bekas-bekas mayat di tempat ini...."
"Kalau begitu marilah kita kembali ke kota lagi...! Tapi... tunggu dulu!"
"Ada apa, su-hu?" Tiauw Li Ing berseru kaget melihat gurunya itu tiba tiba berdiri tegang. Kepalanya yang berambut putih itu miring ke kanan, seakan-akan sedang mendengarkan sesuatu.
"Aku mendengar suara barisan itu lagi!‖ orang tua itu menjawab singkat.
"Oh....? Barisan perajurit kerajaan itu? Mengapa mereka lewat di tempat seperti ini? Bagaimana dengan pedati-pedati mereka?"
"Diamlah! Biarlah... ah, ternyata mereka lewat disana!" Lo-sin-ong tiba tiba menuding ke arah kota.
"He... benar! Sekarang aku mendengarnya pula. Oh, kalau begitu pasukan itu lewat di jalan yang mengelilingi tembok kota itu. Apa yang hendak kita lakukan, su-hu?"
"Marilah kita melihatnya! Siapa tahu 'suamimu‘ ada di sana?" Tiba-tiba wajah Tiauw Li Ing menjadi pucat. "Maksud su-hu... dia telah dibawa oleh panglima kerajaan itu?" serunya khawatir.
Lo-sin-ong tidak menjawab. Tapi dengan cepat tangannya menarik lengan Tiauw Li Ing dan mengajaknya melihat barisan itu. "Li Ing, meskipun aku tidak belajar ilmu meramal seperti halnya Toat-beng jin tapi perasaanku mengatakan bahwa keberangkatan pasukan kerajaan itu ada hubungannya dengan 'suamimu'," sambil berlari ia berkata kepada gadis itu.
"Su-hu... Mungkin benar juga dugaanmu. Aku tak melihat Hong-lui-kun Yap Kiong Lee diantara pasukan itu. Tentu ada apa-apa dengan jagoan dari istana itu. Mungkin dia memang berada bersama-sama dengan Liu Yang Kun. Keduanya sengaja berjalan lebih dulu agar tidak terlalu menyolok mata...." sehabis memperhatikan barisan itu dari tempat yang tersembunyi, Tiauw Li Ing mengutarakan pendapatnya.
''Bagus! Akupun berpikir demikian pula. Nah, Li Ing... kalau begitu marilah kita mengejarnya! Jalan manakah menurut pendapatmu yang telah dipilih oleh Hong-lui-kun Yap Kiong Lee?"
"Jalan ini menuju ke jalan utama yang menghubungkan kota Cia-souw dengan kota Cin-an. Agaknya Hong-lui-kun dan Liu Yang Kun menuju ke kota itu pula…"
"Bagus. Marilah kita berangkat!" Demikianlah, dengan hanya mengandalkan dugaan mereka saja, Lo-sin-ong bersama Tiauw Li Ing lalu menuju ke kota Cin-an.
Mereka tidak tahu persis, apakah Liu Yang Kun benar-benar pergi ke kota Cin-an atau tidak? Bahkan mereka juga tidak tahu dengan pasti pula, apakah Liu Yang Kun pergi bersama Hong-Lui-kun atau tidak. Lo sin ong hanya mengandalkan pada ketajaman perasaannya saja. Ketajaman perasaan seorang bekas ketua Im-Yang-kauw yang terkenal dengan ilmu Lin-cuishui-hoat itu.
Sementara itu Souw Lian Cu bersama Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee telah berada di sebuah kota kecil Lai-ying. Sebuah kota persinggahan yang cukup ramai karena terletak di persimpangan jalan antara Cia-souw ke Cin-an dan Tung san ke Thian-sin.
Banyak para pedagang dan orang-orang bepergian yang lewat dan kemudian singgah di kota itu. Selain di kota itu tersedia berbagai macam sarana bagi pengembara yang ingin singgah dan beristirahat sebentar di tempat itu, di kota itupun tersedia pula segala macam hiburan murah yang dapat mereka nikmati selama mereka berada di sana. Bahkan warung-warung arak dan tempat-tempat judi kecilpun ada pula di kota itu.
"Kita beristirahat dulu di kota ini. Ada sebuah urusan yang hendak kuselesaikan di sini. Silahkan Yap ciang kun mencari tempat beristirahat bersama pangeran. Aku akan menggabungkan diri lagi nanti malam," begitu memasuki kota itu Souw Lian Cu berkata kepada Yap Kiong Lee.
Tentu saja pendekar dari istana itu terkejut. Bahkan Liu Yang Kun yang selama perjalanan itu tak berani mengganggu atau mengajak berbicara dengan gadis itupun tampak pucat wajahnya. "Nona Souw....?" Yap Kiong Lee berdesah bingung.
"Ini... ini... oh, lalu bagaimana dengan...?" Liu Yang Kun berseru gugup.
Dengan nada tengadah Souw Lian Cu memandang Yap Kiong Lee dan Liu Yang Kun. Wajah yang amat cantik itu tampak keras dan dingin. "Jangan khawatir, pangeran. Aku takkan melarikan diri. Percayalah! Aku takkan menjilat ludahku sendiri. Silahkan saja memberi tanda dimana pangeran menginap, aku tentu datang. Tolong pesankan sekalian sebuah kamar untuk aku nanti."
"Oh! Lalu... kapan kita melanjutkan perjalanan kita lagi?" dengan agak tersipu-sipu Liu Yang Kun bertanya.
"Besok pagi! Nah, maafkan... aku permisi dulu!" Souw Lian Cu menjawab singkat, lalu menyelinap pergi diantara lalu lintas di jalan itu.
"Oooooh...!" liu Yang Kun menghela napas panjang. Tiba-tiba tubuhnya terasa lemas. Rasa-rasanya ada sesuatu yang hilang di dalam dadanya. Beberapa saat lamanya pemuda itu seperti orang bingung di tempatnya. Matanya menatap kosong ke depan arah mana Souw Lian Cu tadi menghilang. Dan tentu saja semuanya itu tak lepas dari perhatian Yap Kiong Lee.
"Pangeran," sapanya hati-hati. ―Biarlah. Marilah kita mencari penginapan dahulu! Kita turuti saja kemauan nona Souw itu."
Liu Yang Kun tersentak kaget. "Oh...! Tapi... tapi dia....?"
Sambil menggandeng lengan Liu Yang Kun dan mencari penginapan, Yap Kiong Lee mencoba menyelami lagi keadaan pemuda itu. "Pangeran, benarkah pangeran tidak ingat lagi akan hubungan pangeran dengan gadis itu?"
Sekali lagi Liu Yang Kun tersentak kaget, sehingga ia menghentikan langkahnya. Namun dengan cepat Yap Kiong Lee menarik lengannya dan mengajaknya berjalan lagi. "Maaf, pangeran. Tapi kurasa sikap gadis itu adalah akibat dari semua itu. Itulah sebabnya saya bertanya kepada pangeran...." Yap Kiong Lee menerangkan.
Liu Yang Kun menghela napas panjang. Kemudian sambil menatap wajah dan memegang lengan jagoan istana itu erat-erat pemuda itu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku benar-benar tidak berbohong, ciang-kun. Aku sama sekali tidak mengenalnya lagi. Ohhh...! Tolonglah. Ciangkun! Apakah sebenarnya yang pernah terjadi antara aku dan dia?"
Yap Kiong Lee balas menatap mata Liu Yang Kun. Melihat sinar kejujuran dan kesungguhan di dalam pandangan pemuda itu ia mengangguk. "Baiklah, pangeran. Aku akan bercerita. Tetapi tentu saja sejauh yang aku ketahui selama ini...." katanya kemudian dengan suara rendah.
Lalu berceritalah Yap Kiong Lee tentang hubungan Pangeran Liu Yang Kun dengan puteri pendekar besar Souw Thian Hai itu. Diceritakannya juga tentang hubungan mereka yang kurang begitu lancar, akibat kesalah-pahaman demi kesalah-pahaman, serta akibat kekerasan hati mereka masing-masing, sehingga percintaan mereka menjadi kacau dan tersendat-sendat. Padahal masing-masing sangat mencintai satu sama lain.
Kemudian Yap Kiong Lee bercerita pula tentang latar belakang dan keadaan keluarga Souw sewaktu gadis itu masih kecil. Bagaimana keadaan Souw Lian Cu setelah ibu dan kedua kakeknya dibunuh orang. Dan bagaimana pula keadaan Souw Lian Cu setelah ayahnya menjadi gila dan hilang ingatan karena ulah si pembunuh itu.
"Jadi sejak kecil gadis itu selalu menderita. Bahkan setelah menjelang dewasapun lengannya putus dibabat orang. Maka ketika bertemu dengan pangeran, gadis itu langsung merasa cocok, karena pangeran pun mempunyai riwayat hidup yang hampir sama dengan dia."
"Hampir sama dengan dia...?"
Liu Yang Kun mengerutkan dahinya. ―Bukankah ciang-kun mengatakan bahwa aku adalah putera hong-siang? Mengapa sekarang ciang-kun mengatakan bahwa riwayat hidupku hampir sama dengan dia?"
Yap Kiong Lee menundukkan kepalanya. Hatinya sedikit menyesal karena terlanjur mengatakan rahasia kerajaan itu. Tapi apa boleh buat, nasi telah menjadi bubur, ia sudah terlanjur mengatakannya. Dan ia sudah tak bisa mengelak lagi.
Oleh karena itu ia terpaksa menceritakannya bagaimana pangeran itu dipelihara oleh ayah angkatnya, seorang bangsawan Chin, yang menjadi musuh ayahnya sendiri. Ketika seluruh keluarga bangsawan Chin itu dibunuh orang, maka Liu Yang Kun juga hidup terlunta-lunta pula seperti halnya Souw Lian Cu.
"Oh, kiranya begitu." Liu Yang Kun berdesah. "Kalau demikian sungguh patut dikasihani gadis itu. Aku benar-benar tak menyangka kalau aku dan dia pernah menjalin persahabatan yang amat dalam. Itulah agaknya yang menyebabkan hatiku selalu bergetar bila menatapnya. Hmm.... ternyata aku tidak kehilangan hati dan perasaanku seperti halnya aku kehilangan semua ingatanku."
Demikianlah, kedua orang itu lalu berbelok ketika melihat sebuah rumah penginapan di pinggir jalan. Memang Cuma itulah rumah penginapan yang ada di jalan itu. Kota Lai-yin hanya memiliki dua buah rumah penginapan. Rumah penginapan yang lain ada di dekat pasar, agak jauh dari tempat itu. Mereka memesan dua buah kamar.
Satu kamar untuk mereka, dan satu kamar lagi untuk Souw Lian Cu nanti. Sebelum masuk mereka memberi pesan kepada pengurus penginapan, bahwa mereka sedang menunggu seorang gadis yang buntung lengan kirinya. Mereka meminta agar gadis itu segera dibawa masuk bila datang.
"Mungkin temanku itu datang agak malam..." Liu Yang Kun menerangkan.
"Baik, siauw-ya (tuan muda)...?" pengurus penginapan itu menyahut sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
* * *
Hari masih siang. Matahari baru saja lewat di atas kepala. Oleh karena itu Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee keluar lagi untuk mencari makan. "Baru malam nanti dia kembali. Sungguh lama benar. Kemanakah dia sebenarnya? Dan apa... apa saja yang diurusnya itu?" sambil melangkah Liu Yang Kun bergumam perlahan seperti kepada dirinya sendiri.
"Siapakah yang pangeran maksudkan?" Yap Kiong Lee menegaskan.
"Nona Souw...." Liu Yang Kun menjawab tersipu-sipu.
"Ooooo....?" Yap Kiong Lee mengangguk-angguk. "Entahlah...!"
Mereka masuk ke sebuah warung arak. Sebuah warung sederhana yang menyediakan belasan meja kursi untuk minum arak. Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee masuk ke tempat itu karena mereka melihat warung itu juga melayani tamunya dengan berbagai macam masakan pula.
"Wah, tampaknya kita tidak mendapatkan tempat duduk lagi, ciangkun. Semua meja telah penuh tamu..."
"Ssssst!'" Yap Kiong Lee berdesis sambil memberi tanda kepada Liu Yang Kun. "Jangan memanggil dengan sebutan ciang-kun di tempat umum! Lebih baik pangeran memanggilku Yap twa-ko saja..."
Liu Yang Kun berpaling, lalu tersenyum. "Baiklah, Yap twako. Tapi kuharap kau juga jangan memanggil aku dengan sebutan pangeran. Cukup Liu su-te atau..."
"Baiklah, pangeran. Aku juga akan memanggilmu su-te saja." Yap Kiong Lee berbisik perlahan.
Sementara itu pelayan warung arak itu tampak mendatangi mereka. "Wah, maaf... maaf... Warung kami memang selalu penuh setiap waktu makan siang tiba. Tapi kami masih bisa menyediakan kursi apabila Ji-wi mau duduk di ruang dalam," pelayan itu berkata ramah.
Liu Yang Kun memandang Yap Kiong Lee. "Bagaimana, twa-ko? Kita duduk di dalam?"
"Terserah sute... di luar dan di dalam sama saja bagiku."
"Baiklah. Biarlah kami duduk di dalam," akhirnya Liu Yang Kun berkata kepada pelayan itu.
"Silahkan, tuan.... silahkan!" pelayan itu mempersilakan mereka dengan suka cita. Mereka berjalan melewati tamu-tamu yang duduk memenuhi meja makan itu. Beberapa orang tamu tampak mengawasi mereka.
"Lewat pintu ini, tuan...." pelayan itu mendahului mereka dan masuk melalui pintu samping.
Mereka sampai di bangunan samping yang menghadap ke arah kebun. Di sana terdapat beberapa buah meja pula. Malah satu diantaranya telah ada yang memakainya, yaitu seorang kakek tua berpakaian sederhana. Jubahnya yang terbuat dari kain kasar berwarna kuning itu sudah kelihatan lusuh. Dan kakek tua itu asyik bermain catur sendirian.
Di depannya tersedia sebuah guci arak beserta cawannya, sementara di samping kursinya terletak sebatang tongkat kecil untuk membantu dia waktu berjalan. Liu Yang Kun mengangguk hormat ketika melewati orang tua itu. Begitu pula halnya dengan Yap Kiong Lee.
"Siapakah dia...? Tamu atau.... penghuni rumah itu sendiri?" Yap Kiong Lee berbisik kepada pelayan yang mengantar mereka itu.
Pelayan itu melirik sebentar, kemudian tersenyum. ''Tamu juga, tuan. Sejak tiga hari yang lalu dia berada di warung kami. Dia menyewa kamar kami di belakang. Tampaknya dia sedang menunggu keluarganya."
"Ooooh....?" Yap Kiong Lee dan Liu Yang Kun mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Ehm... apakah ji-wi ingin memesan makanan juga?" pelayan itu akhirnya bertanya.
"Ya. Selain kami minta arak yang enak kami pun minta kau sediakan pula masakan yang paling nikmat di warung ini. Bisa....?" dengan cepat Yap Kiong Lee menyahut. Bibirnya tersenyum dan matanya melirik ke arah Liu Yang Kun.
"Tentu.... tentu! Masakan kami sudah terkenal di kota ini, tuan. Apakah tuan ingin masakan udang, kepiting atau ular laut?"
"Ular laut?" Liu Yang Kun berseru hampir berbareng dengan Yap Kiong Lee.
"Ya, ular laut...! Ular laut dari jenis pemakan penyu putih yang banyak terdapat di Laut Kuning. Tepatnya di Teluk Lai-couw. Ular itu enak sekali dimasak dengan arak wangi dari Hang-couw. Selain rasanya agak manis serta nikmat luar biasa, khasiatnya juga hebat tiada terkira...!" pelayan itu memuji masakannya setinggi langit.
Yap Kiong Lee dan Liu Yang Kun tak bisa menahan senyum mereka. Dengan saling mengangguk dan mengedipkan mata mereka, mereka sepakat untuk mencoba daging ular yang dipuji setengah mati itu.
"Kau sungguh pandai menawarkan masakanmu. Cobalah kauberikan kepada kami masakanmu itu. Kami ingin mencicipinya,‖ Yap Kiong Lee berkata.
"Benar, tuan. Tuan takkan menyesal nanti. Percayalah...!" Bergegas pelayan itu kembali ke depan untuk melayani pesanan itu.
Sedangkan Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee lalu menarik kursi dan duduk menghadap ke arah kebun. Sekilas mereka melirik ke meja yang dipakai oleh orang tua tadi. Namun betapa terkejutnya mereka ketika meja itu telah kosong. Orang tua berjubah kuning sederhana itu telah tiada lagi di tempat itu. Bahkan papan caturnya tadi juga sudah tiada pula di sana. Liu Yang Kun memandang Yap Kiong Lee.
"Kemanakah dia tadi? Masakan dia bisa menghilang begitu saja tanpa kita ketahui gerakannya?" pemuda itu berdesah keheranan.
"Entahlah... saya juga tidak tahu. Padahal dia begitu dekatnya dengan kita." Yap Kiong Lee berbisik pula dengan suara tak percaya. Diam-diam berdesir juga hatinya.
"Hah...?" Tiba-tiba mereka terperanjat. Seperti tahu saja kalau dirinya sedang dipercakapkan, orang tua itu tiba-tiba keluar dari kamarnya yang tadi ditunjuk oleh pelayan. Dengan langkah tertatih-tatih orang tua itu berdiri di depan pintu dengan bantuan tongkatnya.
"Heran. Mengapa sampai sekarang bocah itu belum juga datang!" terdengar desahnya yang berat dan agak serak.
Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee terpaku diam seperti patung di tempat masing-masing. Dan mereka berdua segera membuang muka ketika orang tua itu tiba-tiba menatap ke arah mereka. Mereka berdua benar-benar seperti tukang intip yang takut ketahuan oleh orang yang mereka intip. Sungguh sangat menggelikan.
"Gila! Kenapa kita menjadi salah tingkah begini?" akhirnya Liu Yang Kun berdesis perlahan tatkala orang tua itu sudah masuk ke kamarnya kembali.
Yap Kiong Lee menghela napas dan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Bukan main...!" serunya perlahan pula.
"Hah? Apanya yang 'bukan main'?"
"Wibawa orang tua itu! Wibawa orang tua itu benar-benar besar sekali, sehingga orang seperti kitapun masih bisa tercengkam olehnya! Bukan main! Saya berani bertaruh, orang tua itu tentu memiliki kesaktian yang maha hebat!" Yap Kiong Lee berdecak kagum.
Liu Yang Kun tertegun. Tiba-tiba kesadarannya seperti terbangun pula mendengar ucapan Yap Kiong Lee itu. "Benar," pikirnya. "Aku memiliki Bu-eng Hwe-teng yang boleh dikatakan sudah mencapai ke tingkat yang paling tinggi. Namun demikian ternyata aku tetap tidak bisa menangkap gerakannya. Hemmm... kalau begitu gin-kangnya rasa rasanya masih lebih tinggi dari pada gin-kangku. Bukan main....!"
Demikianlah, karena mereka selalu memikirkan kejadian itu, maka lidah mereka tidak bisa menikmati kelezatan masakan 'ular laut' itu. Bahkan kemudian mereka seperti menjadi tergesa-gesa untuk meninggalkan tempat tersebut.
"Bagaimana, tuan? Lezat sekali, bukan?" sambil tetap memuji masakan warungnya itu pelayan tadi mengantar mereka sampai ke pintu. Dengan senyum kecut Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee terpaksa menganggukkan kepalanya. Mereka lalu bergegas menuju ke jalan raya...